Tampilkan postingan dengan label Buku Self-Improvement. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Buku Self-Improvement. Tampilkan semua postingan

Kamis, 27 Maret 2025

Catatan Baca: Slow Productivity dari Cal Newport



     Quality over quantity

     Dengan adanya tren hustle culture, banyak dari kita yang terjebak untuk melakukan pekerjaan banyak, agar terlihat produktif. Dampaknya, kualitas kerjaan yang dihasilkan pun jadi kurang maksimal, mengingat fokus yang diberikan terpecah belah di waktu yang singkat.

     Karena aku termasuk orang yang terjebak di fenomena itu, beberapa waktu lalu aku tertarik buat baca buku Slow Productivity dari Cal Newport. Adapun beberapa poin menarik yang pengen aku bagi di sini di antaranya:

Minggu, 29 September 2024

Catatan Baca: Hidden Potential dari Adam Grant


      Buku Adam Grant tuh hampir semuanya selalu ngasih insight baru buat lebih rajin lagi memperbaiki diri. Soalnya, di setiap buku yang dia tulis selalu berusaha "meluruskan" bias manusia, yang sering bikin orang susah maju. Misalnya di buku Think Again, di situ dia berkali-kali menekankan para ahli untuk memisahkan identitas dengan opininya, supaya nggak merasa benar ketika dikritik, dan mau berpikir ulang dari perspektif lain. Begitu pula dengan buku terbarunya Hidden Potential ini. 

     Ngomongin potensial, kita sering menjumpai orang yang menganggap bahwa tolak ukur potensi seseorang itu dari seberapa cepat dia mendapatkan prestasi. Padahal balik lagi ke latar belakang tiap orang, seperti: apa aja tantangan yang dihadapi? bagaimana kesempatan dan peluang yang dimiliki?dan lain sebagainya. Dengan kata lain, garis start tiap orang nggak sama. Oleh karena itu, jika kita terlalu fokus ke prestasi seseorang yang sudah terlihat, yaa orang yang berpotensi lainnya bakal tenggelam.

     Buku Hidden Potential ini bukan ngajak kita untuk berambisi besar sehingga bisa berprestasi cemerlang, tapi fokusnya ke proses nemuin potensi diri serta gimana kita bisa nikmati fase belajar itu. Secara garis besar, di buku ini Adam Grant membahas tentang:

1. Pentingnya karakter dalam self-improvement,

2.Pentingnya strategi biar tetap termotivasi,

3. Membangun Sistem yang memperluas peluang bertumbuh.

     Ngomongin yang pertama dulu, yakni karakter. Sebelumnya, kita perlu memberi batas definisi dari sifat dan karakter. Sebab keduanya berbeda. Sifat sendiri adalah sesuatu yang kita tunjukkan sehari-hari, sementara karakter adalah sesuatu yang kita gunakan untuk mempertahankan prinsip kita. Dengan kata lain, ketika kita berhadapan dengan sesuatu yang sulit, di sinilah karakter itu muncul.

     Karakter dalam proses pembelajaran penting banget, soalnya berkaitan dengan tantangan yang muncul saat belajar. Misalnya:

a. Gimana kita bisa tetep nyaman di situasi yang nggak nyaman?

b. Gimana kita mau mengakui kelemahan yang dimiliki?

c. Gimana kita bisa berani berbuat kesalahan tanpa takut di-judge?

Karena tau sendiri lah, yang namanya belajar itu nggak ada yang gampang. Tantangan seperti di atas bakal sering muncul sebagai tanda untuk bertumbuh. Masalahnya, apakah kita mau menerima tantangan tersebut dengan berani? Atau masih tetep ngasih makan ego dengan nggak mau ngakuin kelemahan?

     Karakter ini nanti juga berkaitan dengan manajemen emosi saat belajar. Gimana kita masih tetap disiplin di tengah mood yang awur-awuran? Contohnya aja prokrastinasi. Banyak orang yang melakukan prokrastinasi karena merasa "tertantang" ketika memasuki waktu akhir deadline. Sebenarnya nggak masalah kalau hasilnya bisa maksimal, kalau sebaliknya gimana?

     Dalam proses pembelajaran sendiri, kita dituntut untuk disiplin biar hasilnya maksimal. Karena dengan disiplin, otak kita bisa menerima informasi dengan teratur secara berkala. Sementara kalau pakai sistem kebut semalam, otak akan kelelahan karena harus menerima informasi banyak di waktu yang cepat.

     Jujur aja sih, aku sendiri bukan golongan yang disiplin. Oleh karena itu, ketika aku baca buku ini, ada banyak statement yang bikin aku tersinggung :'). Alhasil aku berusaha untuk mulai mengubah mindset-ku, dan bakal sering lihat statement-statement tersebut yang sebagian aku catat di buku catatan. Buat reminder gitu lahh.

     Selanjutnya yang kedua, tentang strategi biar tetap termotivasi. Dalam proses belajar, nggak ada orang yang terbebas dari fase burnout, stuck  dan capek. Sehingga, butuh istirahat biar otak ke-reset sembari melihat dari perspektif lain.

     Hal yang aku suka di bagian ini adalah ketika Adam Grant bilang: Backing up to move forward. Jadi ketika kita ngerasa stuck dan bingung mau ngapain lagi, coba berhenti sejenak, sambil lihat alternatif lain yang bisa ngasih momentum. Ibarat ketika kita nyasar masuk gang buntu, pasti hal yang dilakukan pertama adalah: balik lagi ke jalan awal, sembari nyari jalan lain kan?

     Selain itu, aku suka juga bagian yang dia bahas tentang taking detour, yakni nyari selingan lain yang beda dari apa yang dipelajari. Misalnya, saat ini aku belajar coding, maka aku nyari aktivitas atau hobi lain, yakni merajut. Fungsi kegiatan lain ini adalah untuk "ngisi bensin" lewat kemenangan kecil yang didapat dari kegiatan itu. Kalau bensinnya udah terisi, barulah kita bisa dapat momentum lagi.

     Yang ketiga adalah Membangun Sistem. Bagian ini fokusnya sudah ke lingkup kelompok sih, misalnya seperti menciptakan sistem pendidikan yang bisa maksimalin potensi siswa. Dalam hal ini Adam Grant ngambil studi kasus di Finlandia. Di antaranya, anak dididik dengan guru yang sama selama masa SD, jadi tiap naik kelas nggak ada perubahan guru. Hal ini dilakukan biar si guru bisa mengamati perkembangan anak dengan baik.

     Kemudian Adam Grant juga bahas tentang "nemuin berlian di rekruitmen kerja", jangan terlalu fokus ke pengalaman yang banyak aja. Tapi tentang gimana karakter dia buat bertahan di situasi sulit.

     Jadi dapat disimpulkan bahwa, setiap manusia selalu punya potensi. Hanya saja, belum semuanya tau tentang cara menggali dan memaksimalkannya. Kunci awalnya ada di karakter, dan buku ini beneran ngajak buat memperbaiki karakter kita lewat pembahasan bias-bias manusia yang terlanjur tertanam di mindset.

Senin, 01 Januari 2024

Mengapa Kita Perlu Menyerah? Catatan Baca dari Buku The Dip - Seth Godin

Foto Buku The Dip dari Seth Godin


      Menyerah seringkali diidentikkan dengan hal yang buruk, karena itu artinya usaha yang telah dibangun sebelumnya terasa sia-sia. Alhasil, banyak orang yang takut berhenti, meskipun mereka stuck dan nggak tau mau ngapain.

It's human nature to quit when it hurts. But it's that reflex that creates scarcity

     Buku The Dip dari Seth Godin memberikan perspektif baru terkait menyerah atau quitting, di mana menyerah bisa jadi opsi terbaik ketika dihadapkan dengan situasi yang buruk. Sebab, ketika kita memaksakan untuk melanjutkan usaha tersebut, yang terjadi, kerugian yang didapat semakin meningkat.

Contohnya gimana?

     Misalnya, Levi ingin membuka kedai teh di Kota Kediri dengan range harga per-cangkir sekitar 30 ribu - 40 ribu. Alasannya, Levi merasa bahwa harga tersebut sudah ideal dengan produk yang dibuat. Sayangnya mayoritas penduduk Kediri merasa, harga segitu termasuk mahal untuk secangkir teh, mengingat pendapatan di sana tidak terlalu tinggi. Alhasil, setelah 6 bulan buka, pelanggan yang datang tidak mampu menutup biaya operasional. Apa yang harus dilakukan Levi?

a. Tetap lanjut menuruti idealismenya.

b. Menurunkan kualitas teh agar harga yang ditawarkan sesuai dengan kemampuan warga

c. Pindah kota atau ganti produk yang dijual

     Opsi A, memiliki resiko kerugian yang terus meningkat. Sementara opsi B dan C, memberikan peluang baru, meski dapat dikatakan, 2 opsi ini artinya menyerah. Inilah yang dimaksud menyerah dalam buku The Dip.

Nah, cara memutuskan lanjut atau menyerah gimana?

     Dalam buku ini, Seth Godin memberikan gambaran 3 kurva untuk membantu pembaca, memahami situasi kapan harus menyerah. Di antaranya:

1. The Dip

Gambar Kurva The Dip dari Seth Godin

     The Dip adalah jembatan yang menghubungkan kondisi pemula dan master. Di fase ini, kita akan mengalami situasi yang bingung, bosan, dan penurunan motivasi. TAPI, di fase ini kita juga mengalami kenaikan sedikit demi sedikit. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada gambar di atas.

     Contohnya adalah ketika kita akan belajar piano. Di awal, kita merasa sangat excited dan lancar dalam belajar, soalnya yang dipelajari masih mudah (perkenalan do-re-mi, chord dasar dan memainkan musik yang mudah). Kemudian, tingkat kesulitan mengalami peningkatan, di mana kita harus belajar dinamika dan scale. Di sini, kita akan mengalami fase bosan dan bingung, karena merasa progresnya hanya sedikit peningkatannya. Tapi, kalau misal terus dilanjutkan kita bisa menjadi master.

     Pola The Dip, biasanya selalu diawali dengan motivasi untuk menjadi yang terbaik. Selama kita punya motivasi untuk itu, sudah seharusnya untuk terus dipertahankan.

2. The Cul-de-sacs


     Kurva Cul-de-sacs menggambarkan proses yang datar, tidak meningkat tapi nggak turun juga. Istilahnya dead-end yang berkelanjutan. Di situasi ini, kita bertindak seperti robot, yang hanya melakukan sesuatu karena "wajib".

     Kurva ini terjadi ketika motivasi kita terhadap sesuatu tidak terlalu jelas. Jadi hanya sekadar ingin, tanpa berniat mencari tahu lebih jauh.

3. The Cliff


     Nah, kalau The Cliff adalah kebalikan dari The Dip. Kurva ini menggambarkan situasi yang jelas-jelas merugi dan menurun, tapi kita bersikukuh untuk melanjutkan tanpa berniat redirection, sebagaimana kasus Levi di atas.

     Mungkin kita akan dibuat bingung untuk bedainnya. Oleh karena itu, kita perlu melakukan refleksi atau evaluasi kinerja, agar lebih paham, condong ke kurva mana nih yang aku lakuin?.

     Kuncinya, kalau kita sejak awal nggak terlalu excited, nggak sampai nemu kondisi Dip, dan terkesan merugi, emang harus stop. Selain itu, kita juga harus menyadari juga sebelum memulainya. Jika dari awal ambisi kita kurang kuat buat jadi yang terbaik, mending dipikir lagi. Jangan setengah-setengah.

If you're going to quit, quit before you start. Reject the system. Don't play the game you realize you can't be the best in the world.

 Demikian catatan baca tentang Buku The Dip dari Seth Godin. Semoga bisa jadi bahan refleksi kita ke depannya, dan Selamat Tahun Baru 2024!

Minggu, 31 Desember 2023

Catatan Baca: Mengenal Ichigo Ichie? Mengapa Begitu Populer di Jepang?



     Apa itu Ichigo Ichie?

      Hidup dengan fokus ke masa sekarang memang cukup sulit, apalagi bagi mereka yang sering dihadapkan dengan kecemasan masa lalu atau ketakutan masa depan. Untuk itulah ada salah satu prinsip dalam Jepang yang cukup sering digaungkan untuk menjaga "kesadaran" di masa kini, yakni Ichigo Ichie.

     Ichigo Ichie memiliki arti: one moment, one opportunity, atau bisa dibilang ajakan untuk mengajak fokus ke masa sekarang, karena kesempatan ini tidak akan berulang. Dalam buku Ichigo Ichie karya Hector Gracia dan Francesc Miralles, mereka memberikan gambaran perayaan Ichigo Ichie dalam upacara minum teh di Jepang, di mana acara ini akan mengajak pesertanya untuk mempersiapkan teh, memberikan apresiasi terhadap alat yang digunakan, serta minum teh dengan penuh penghayatan tentunya.

     Selain itu, dibuku ini juga menggambarkan perayaan Ichigo Ichie lain yakni perayaan festival bunga sakura. Nah, karena bunga sakura hanya mekar setahun sekali, penduduk Jepang harus benar-benar fokus menikmati acara ini, karena untuk melihat bunga sakura mekar, harus nunggu setahun lagi. Jadi, nikmatin sekarang, atau harus nunggu lama lagi?

     Buku ini cukup menarik ya, apalagi bagi pecinta budaya Jepang. Pada tulisan kali ini, aku ingin berbagi catatan bacaku terkait buku ini. Kalau tertarik membaca rangkumannya, bisa dibaca tulisan ini sampai selesai!

5 Poin Menarik dalam Buku Ichigo Ichie dari Hector Gracia dan Francesc Miralles

1. Filosofi Kintsugi

     Dalam huruf Jepang, Kintsugi memiliki kombinasi kanji Kin (artinya emas), dan Tsugi (memperbaiki dengan menempelkan 2 biji yang terpisah). Dalam seni Jepang, Kintsugi merujuk pada seni memperbaiki keramik yang pecah dengan mencampurkan lacquer dengan bubuk emas. Kira-kira, contohnya ada di gambar berikut:

Sumber gambar: Kintsugi Labo Japan

     Lalu, apa keterkaitannya dengan Ichigo Ichie?

     Kintsugi mengajarkan kita bahwa selalu ada keindahan di balik ketidaksempurnaan. Jadi, tentang bagaimana kita memandang sesuatu masalah. Jika kita terlalu meratapi kesedihan dengan berusaha lari dari masalah, maka yang terjadi adalah penderitaan. Sementara kalau kita berusaha untuk "menikmati" dan melangkah maju, masalah tadi bisa diubah menjadi sesuatu yang indah.

     Jadi keterkaitannya dengan Ichigo Ichie adalah, fokus menerima masalah yang dimiliki, sembari memikirkan jalan keluar yang sesuai. Karena, masalah atau musibah yang dimiliki, merupakan cara untuk "menempa" kemampuan diri menjadi versi terbaik kita.

2. Merayakan hal-hal sederhana

     Terkadang, kita merasa hari-hari yang telah dilalui terkesan biasa aja dan sering terlewatkan. Sehingga, kita sering lupa untuk bersyukur akan hal-hal baik yang telah kita punya. Ichigo Ichie mengajak kita untuk sering merayakan segala hal baik meski dengan sederhana. Karena dengan perayaan itu, kita jadi merasa bahwa hal-hal sederhana tadi sebenarnya spesial dan "hadiah" yang diberikan Tuhan kepada kita. Jadi, bisa lebih fokus untuk menikmati apa yang dimiliki sekarang.

3. Mono no Aware

     Mono no Aware memiliki arti perasaan nostalgia bercampur kesedihan karena segala sesuatu di dunia ini tidak ada yang abadi. Perasaan ini bukanlah negatif, sebab akan mengajak manusia untuk lebih terhubung dengan makna hidup. Alhasil, perasaan ini akan membawa kita ke Ichigo Ichie.

4. Zensation

     Zensation sebenarnya merujuk pada Meditasi Zazen, yakni bentuk meditasi dengan posisi duduk tegak dengan kaki bersila. Di mana tujuannya adalah memfokuskan pikiran kepada masa kini dan mengamati hal sekitar tanpa terikat dengan pikiran yang muncul.

     Hal ini berarti, kita membiarkan pikiran di otak lewat tanpa penghakiman, entah seburuk apapun pikiran itu. Dengan mengabaikan masa lalu dan masa depan sembari merasakan sensasi masa kini.

     Nah, ada 8 pelajaran penting Zen terkait Ichigo Ichie:

a. Duduklah dan rasakan apa yang sedang terjadi

b. Rasakan setiap momen seperti ini adalah saat terakhirmu

c. Hindari distraksi

d. Bebaskan diri dari segala sesuatu yang tidak penting

e. Dirimu adalah temanmu sendiri

f. Rayakan ketidaksempurnaan

g. Latih rasa welas asih

h. Lepaskan segala jenis ekspektasi

     Nah itu tadi 4 poin menarik dari buku Ichigo Ichie karya Hector Gracia dan Francesc Miralles, semoga bermanfaat. Terima kasih buat yang udah baca.

Senin, 18 September 2023

Review Buku: The Boy, The Mole, The Fox and The Horse dari Charlie Macksey



      Buat yang suka buku grafis dengan tulisan yang pendek-pendek, kayaknya bakal suka dengan buku ini. Buku The Boy, The Mole, The Fox and The Horse dari Charlie Macksey merupakan kisah dari seorang anak laki-laki kecil bersama tikus tanah, rubah dan kuda. Mengingatkan dengan Little Prince, karena berisi tentang pikiran anak kecil yang polos.

     Buku ini dibuka dengan pertemuan bocah laki-laki yang punya rasa ingin tahu, dengan tikus tanah yang bijaksana. Si bocah menanyakan beberapa pertanyaan terkait kehidupan kepada tikus, hingga muncullah "quote" yang akan menghiasi sepanjang buku ini.

     Setelah itu, mereka akan bertemu dengan rubah yang "introvert" dan kuda yang lembut. Dengan interaksi mereka yang filosofis, keempatnya pun menjalin persahabatan.

     Sebenarnya, nggak banyak yang bisa aku tulis di sini terkait sinopsis-nya. Soalnya, isi bukunya ya seputar quote kehidupan. Kalau pernah baca Little Prince, pasti tau lah kira-kira modelnya seperti apa. Soalnya ya mirip-mirip itu. Dengan asal mula rasa ingin tau bocah laki-laki, akhirnya muncullah percakapan yang bisa direnungkan oleh pembaca buku ini.

     Buku ini bisa dibilang adalah fabel? Soalnya ada unsur percakapan antar binatang. Jadi emang ini hanyalah fiksi atau imajinasi penulis yang mengandung pelajaran tertentu.

     The Boy, The Mole The Fox, and The Horse memiliki kelebihan di grafisnya yang punya style unik. Tulisannya juga nggak terlalu baca, jadi buat yang sedang reading slump atau buat yang nggak terlalu suka baca, buku ini bakal jadi kelebihan tersendiri. Apalagi tulisannya emang quotable. Bagus banget kalau buat dibuat bahan foto estetis ala-ala.

     Akan tetapi, aku sendiri merasa kurang nyaman dengan font-nya. Soalnya modelnya hand-writing, jadi agak susah dibaca. Apalagi aku baca digital, jadi harus zoom out zoom in Kindle-ku.

     Terkait "isi" bukunya, sebenarnya bukan yang outstanding banget. Tapi beberapa emang cukup memorable buatku. Di antaranya adalah quote-quote berikut:

'Sometimes I worry you all realise I'm ordinary', said the boy. 'Love doesn't need you to extraordinary', said the mole.

 We often wait for kindness, but being kind to yourself can star now, said the mole.

 This storm will pass.


Nah, itu tadi review buku The Boy, The Mole, The Fox and The Horse dari Charlie Macksey. Terima kasih bagi yang udah baca!

Rabu, 29 Maret 2023

Memaksimalkan Aktivitas Teknologi dengan Digital Minimalism

Catatan Baca Digital Minimalism dari Cal Newport


      Bicara mengenai pengelolaan aktivitas digital, salah satu referensi yang menarik untuk dibaca adalah buku Digital Minimalism karya Cal Newport. Buku ini membahas tentang pentingnya mengelola aktivitas digital kita. Jika kita mengenal Marie Kondo sebagai sosok yang mengajarkan kita tentang declutering barang di rumah. Di sini Cal Newport berupaya mengenalkan kita dengan declutering digital dalam kehidupan sehari-hari kita.

     Mengapa harus digital minimalism?

Dalam bukunya yang berjudul Deep Work, Cal Newport pernah memaparkan bahwa salah satu distraksi terbesar manusia dalam menjalankan deep work adalah banyaknya penggunaan alat digital yang tidak perlu. Misalnya, ketika jam kerja, kita tergoda untuk membuka instagram, lalu scroll secara mindlessly hingga tidak terasa waktu udah berlalu cepat.

    Lalu, apakah kita harus sepenuhnya lepas dengan alat-alat digital?

Tujuan buku ini bukanlah memaksa kita untuk melepas penggunaan alat-alat digital, seperti Instagram atau Spotify, dan semacamnya. Karena sebagaimana yang kita tahu, di era digital seperti saat ini, pekerjaan-pekerjaan digital semacam digital marketing semakin membumi. Dan tentu saja, orang-orang yang bekerja di bidang tersebut tidak sepenuhnya bisa lepas. Oleh karena itu, buku ini menawarkan tentang:

Bagaimana kita bisa memaksimalkan penggunaan aplikasi digital yang minimal?

Dan pada artikel ini, aku ingin membagikan beberapa catatan baca dari buku Digital Minimalis karya Cal Newport. Menurutku pribadi, ada banyak hal-hal yang menarik dan layak untuk dicoba, terutama jika sering capek dengan alat-alat digital yang ada.

Rangkuman Buku Digital Minimalism

     Gencarnya pertumbuhan media sosial diawali dengan kemunculan Facebook di tahun 2009. Di mana saat itu, banyak orang penasaran dengan adanya jejaring yang mampu menghubungkan manusia yang beda tempat di belahan dunia.

     Tujuannya mungkin saat itu adalah sebagai sarana komunikasi, di mana orang-orang bisa tetap terhubung dan berkenalan meskipun di dunia nyata tempat mereka berjarak. Akan tetapi, semakin bertambahnya media sosial lain seperti Twitter, Instagram yang mungkin punya tujuan serupa, nyatanya malah memengaruhi seseorang hingga dalam kondisi: kecanduan. 

     Tak hanya aplikasi jenis media sosial, aplikasi khusus games, musik atau bahkan edit foto, nyatanya berhasil membuat banyak orang lupa waktu, karena secara tak sadar, mereka sering membuka-tutup aplikasi-aplikasi tersebut secara mindlessly. Dampak lain dari banyaknya aplikasi yang beredar, ternyata cukup membuat orang merasa terdistraksi, anxiety dan sering lelah tanpa sebab.

     Oleh karena itu, penting bagi manusia untuk mulai menata aplikasi yang digunakan dengan penerapan Digital Minimalism pada kehidupan mereka. Perlu diketahui, digital mnimalism di sini bukan melarang seseorang untuk menggunakan aplikasi-aplikasi tersebut. Melainkan untuk bijak dalam memanfaatkan teknologi yang sebelumnya memiliki tujuan baik.

     Jadi, sebelum melangkah lebih jauh, Digital Minimalism memiliki beberapa 3 prinsip utama, di antaranya:

  1. Ketidakteraturan aplikasi yang dimiliki berharga mahal. Maksudnya, ketika kita mengkonsumsi banyak aplikasi secara acak tanpa tujuan, banyak hal yang akan kita korbankan, seperti energi, waktu dan fokus kita.
  2. Memaksimalkan sesuatu yang dimiliki. Dalam artian, pasang aplikasi seperlunya, yakni aplikasi yang dinilai mampu menambah "value diri".
  3. Sesuaikan dengan tujuan. Sebelum memasang sebuah aplikasi, sesuaikan dengan pekerjaan dan tujuan yang ingin dicapai. Misal, kamu adalah seorang Social Media Specialist, berarti aplikasi yang sesuai dengan tujuan dan pekerjaanmu adalah beberapa jenis media sosial tertentu.

Sebagaimana dengan prinsip tersebut, poin pentingnya adalah gunakan aplikasi yang mendukung hidup kita. Karena setiap orang punya hidup yang berbeda, tentu saja keperluan akan aplikasi mereka juga pasti berbeda. Oleh karena itu, terkait Digital Minimalism, Cal Newport memaparkan 3 langkah penting dalam menjalankan "program" ini, yakni:

1. Definisikan kehidupan teknologimu

     Karena setiap orang memiliki pekerjaan dan kepentingan yang berbeda-beda, tentu saja mendefinisikan kehidupan teknologi ini merupakan langkah penting. Semisal, seseorang yang bekerja di bagian digital marketing, tentu akan berbeda dengan mereka yang bekerja di data analyst.

     Atau sebagai contoh, Fakhri adalah seorang Data Analyst di sebuah start up unicorn. Dengan banyaknya tools analisis yang beredar, perusahaan Fakhri ternyata hanya menggunakan SQL dan Tableau sebagai tools utama di pekerjaan mereka. Selain itu, kantor Fakhri ternyata meminta karyawannya untuk branding lewat media sosial Instagram. Oleh karena itu yang diperlukan Fakhri saat ini berarti hanya aplikasi: Instagram, Tableau dan SQL (entah di smartphone ataupun laptop dia). Sehingga aplikasi di luar itu, untuk sementara ini "dihentikan" dulu.

2. "Puasa" aplikasi yang tidak diperlukan selama 30 hari

     Sebagaimana kasus Fakhri di atas, untuk menerapkan Digital Minimalism, Fakhri harus menghentikan penggunaan aplikasi di luar Instagram, Tableau dan SQL terlebih dahulu. Entah itu Twitter, Netflix dan semacamnya (kecuali aplikasi penunjang seperti m-banking dan Whatsapp).

3. Kenalkan kembali aplikasi yang sempat "dihentikan" penggunaannya

     Selama 30 hari tidak "menyentuh" aplikasi yang tidak diperlukan, coba kenalkan kembali, dan rasakan, apakah kita masih butuh aplikasi ini? Jika tidak dan merasa lebih "enteng", itu berarti tujuan digital minimalism telah berhasil.

Lantas, apa hiburan kita apabila kita "menghentikan" aplikasi non penunjang?

     Kalau biasanya kita mengisi waktu luang kita dengan scroll aplikasi di gadget kita, di masa "puasa" digital ini, coba isi dengan kegiatan yang bersifat "nyata", seperti membaca buku, olahraga, belajar alat musik atau kegiatan serupa lainnya.

     Inti dari Digital Minimalism ini adalah memaksimalkan aplikasi yang diperlukan, dengan tujuan untuk melatih fokus kita yang sering terkena distraksi akibat penggunaan aplikasi secara berlebih.

     Demikian Catatan Baca dariku tentang Buku Digital Minimalism dari Cal Newport. Semoga berguna buat pembaca! Terima kasih bagi yang sudah baca hingga selesai.

Jumat, 24 Maret 2023

Sering Males di Pagi Hari? Coba Baca Metode 20/20/20 dari The 5 AM Club ini!

Rangkuman Buku 5 am Club dari Robin Sharma



      Banyak yang bilang, "bangun pagi, banyak rezeki". Soalnya, ketika di pagi hari, energi manusia masih melimpah setelah menjalani tidur di malam hari. Tapi bagi aku sendiri, kadang rasanya sulit buat bisa bugar di pagi hari. Sehabis bangun buat shalat subuh, biasanya mood selalu pengen males-malesan. Badan rasanya capek dan "nyawa belum sepenuhnya ngumpul".

     Akhirnya, aku mulai bertanya-tanya, gimana supaya pas bangun pagi, badan bisa merasa lebih fresh dan "melek"?

    Akhirnya, setelah hunting buku ke sana kemari, ketemulah dengan buku The 5AM Club dari Robin Sharma ini. Setelah baca sinopsis dan ulasan dari orang-orang, aku tertarik buat menelusuri lebih jauh terkait tips-tips yang dibagikannya di buku ini. Dan, di postingan inilah aku ingin membagikan beberapa poin pentingnya, sekaligus sebagai Catatan Digital yang mungkin bisa berguna buat kamu yang akhirnya berkunjung ke blog ini.


Rangkuman Buku The 5 AM Club

     Buku ini cukup beda dengan buku pengembangan diri pada umumnya. Sebab, buku ini dikemas secara fiksi dengan beberapa tokoh di dalamnya, di antaranya: Riley Stone, Sang Seniman, Sang Pengusaha dan Sang Pemikat. Riley Stone sendiri adalah mentor yang mengajarkan ke "murid-muridnya" tentang manfaat bangun pagi dalam menggapai kesuksesan.

     Meskipun buku ini membahas tentang "ritual pagi", buku ini terlebih dahulu membahas tentang hal penting yang perlu disoroti, yakni kegiatan kita dalam melakukan persiapan tidur. Sebab, kualitas tidur kita akan sangat berpengaruh dengan mood setelah bangun. Oleh karena itu, di sini Robin Sharma "bercerita" tentang ritual sebelum tidur buat dilakuin dulu. Di antaranya:

  1. Hindari bermain gadget 1 jam sebelum tidur
  2. Makan malam di awal waktu
  3. Melakukan meditasi dan kegiatan menenangkan seperti membaca buku atau mendengar podcast.

     Intinya, ketika manusia berhasil mendapatkan kualitas tidur terbaik, pas bangun rasanya bakal lebih bugar dan "enteng" badannya. Oleh karena itu, penting untuk melakukan aktivitas yang mendukung peningkatan kualitas tidur.

     Setelah bangun tidur, barulah aktivitas pagi dimulai. Dan demi mendapatkan kondisi flow dalam keseharian kita, perlu adanya fondasi yang mengawali keseharian kita. Di sini Robin Sharma menuliskan tentang metode 20/20/20, di mana metode ini merupakan garis besar atau poin penting yang disoroti dari buku ini.

Wah, apa itu metode 20/20/20?

     Metode 20/20/20 merupakan pembagian waktu dari 60 menit (1 jam pertama ketika bangun pagi), di mana kita diajak buat melakukan kegiatan di setiap 20 menit. Nah, tiap 20 menit ini ada penggolongannya, di antaranya:

  • 20 menit untuk bergerak (05.00 - 05.20)
  • 20 menit untuk merenung (05.20 - 05.40)
  • 20 menit untuk bertumbuh (05.40 - 06.00)

     Setiap kegiatan yang ada di tiap-tiap rentang waktu itu sebenarnya ada tujuannya. Untuk lebih jelasnya, aku bikin tabel yang memuat contoh aktivitas, alasan dan manfaatnya. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat di tabel berikut:

Formula 20/20/20 dalam Buku 5 am club

     Jadi secara garis besar, setelah bangun tidur kita diminta untuk melakukan "pemanasan" dari segala aspek tubuh kita. Dimulai dari pemanasan fisik berupa olahraga ringan, yang bertujuan supaya otot mulai menyesuaikan diri dengan kegiatan hari itu (tidak lemes terus ngantuk).

     Kemudian pemanasan batin, berupa menulis jurnal, meditasi atau kalau muslim ya shalat subuh (dengan khusyuk). Di mana hal tersebut bertujuan untuk "menenangkan" isi pikiran (supaya mood lebih baik karena pikiran tidak terlalu berisik).

     Selanjutnya adalah pemanasan otak, dengan kegiatan mendengar podcast atau membaca. Di mana otak yang setelah bangun tidur terasa "lambat", dipanaskan dengan kegiatan ringan yang mampu memancing kinerja otak.

     Intinya, kegiatan dari metode 20/20/20 ini bebas mau diisi dengan apa. Asalkan aspek pemanasan dari fisik, batin dan otak terpenuhi. Oleh karena itu, bagi yang sering merasa males-malesan di pagi hari, barangkali bukan karena kita yang males, bisa jadi tubuh kita yang perlu "dipanaskan" setelah istirahat semalaman.

Jumat, 17 Maret 2023

Buku-Buku Ini Bakal Bantu Mengasah Kemampuan Berpikirmu!


Rekomendasi Buku Tentang Kemampuan Berpikir

     Menjadi orang "pintar" emang menjadi impian banyak orang. Apalagi kalau pintarnya bukan sekadar "pintar akademik", melainkan pintar yang juga bisa berpikir kritis dan sistematis.

    Di luar sana, banyak sekali tips-tips bertebaran. Terutama dari influencer yang fokus kontennya cenderung ke arah edukatif. Tapi, ada yang pernah tau nggak? Kalau ternyata, ada buku yang khusus ditujukan untuk meningkatkan kemampuan berpikir. Dan yang terpenting buku ini ditulis berdasarkan penelitian oleh orang yang ahli di bidangnya!

Sabtu, 11 Maret 2023

Catatan Baca: The Power of Now dari Eckhart Tolle

Quote Buku The Power of Now

      Sering susah mindfulness karena selalu kepikiran masa lalu atau masa depan nggak? Sama, aku juga gitu. Misalnya ketika aku lagi baca buku, niatnya pengen fokus, eh tiba-tiba ada "trigger" yang bikin kepikiran masa lalu dan masa depan. Alhasil, untuk beberapa saat, pikiranku jadi melayang ke mana-mana.

     Sudah ada banyak buku tentang mindfulness, tapi sebagian dari mereka lebih fokus ke "caranya", yakni latihan meditasi. Nah, tapi ada yang sadar nggak sih, sebenarnya sumber masalah: "kenapa kita susah fokus?" ini ada di mana?

Kamis, 23 Februari 2023

Catatan Baca: Nudge, Tentang Dorongan yang Memengaruhi Pengambilan Keputusan

      Pernah nggak, ketika kalian masuk ke sebuah minimarket, kalian melihat beberapa produk berharga murah ditaruh di rak paling bawah, sementara produk yang dinilai mampu meningkatkan omset, ditaruh di rak yang sejajar dengan mata kalian?

     Pernah juga nggak, ketika kalian pergi belanja ke supermarket tanpa catatan daftar belanjaan, pas pulang dari sana malah bawa beberapa barang yang seharusnya nggak dibeli?

     Atau contoh lain, ketika kondisi keuangan kalian sedang menipis, kalian "terpaksa" membeli barang yang harganya murah?

     Dengan kata lain, kita pernah dihadapkan dengan pilihan yang secara tidak sadar telah memengaruhi keputusan kita.

Jumat, 17 Februari 2023

Catatan Baca: Building a Second Brain dari Tiago Forte

      Mengingat informasi sebanyak mungkin merupakan impian orang-orang yang suka belajar. Sayangnya, otak manusia tidak selalu mampu menampung semua informasi tersebut. Alhasil, perlu adanya "Otak Kedua" sebagai alat menyimpan informasi yang selalu bertambah itu.

     Dalam bukunya, Building Second Brain, Tiago Forte menuliskan tentang metode menyimpan informasi pada otak kedua kita. Pada kali ini aku akan menuliskan beberapa poin penting yang menurutku menarik.

Selasa, 14 Februari 2023

Catatan Baca: Book of Marriage dari Gyta Sartika

 Bukan karena kurangnya cinta, tapi kurangnya persahabatan yang membuat pernikahan tidak bahagia - Friederich Nietzsche

     "Selamat menempuh hidup baru!" dalam pesta pernikahan merupakan ucapan untuk pasangan yang akan memulai hidup baru sebagai kesatuan. Jika sebelumnya mereka hidup dengan prinsipnya masing-masing, ketika menikah mereka harus mulai menurunkan ego dan menyelaraskan prinsip yang tidak selalu sama.

Senin, 13 Februari 2023

Review Buku: Menjadi dari Afutami

    Secara umum, dalam otak manusia terbagi menjadi 2 sistem. Sistem 1 adalah sistem otomatis yang mencakup insting dan pikiran bawah sadar. Sementara sistem 2 bersifat manual yang harus "diotak atik" demi mendapatkan hasil maksimal.

   Masih bingung?

     Kalau diibaratkan kamera, sistem 1 otak merupakan kamera otomatis, yang merupakan setelan default dari sananya. Jadi ketika kita ingin mengambil gambar, kita tinggal "cekrek" dan jadilah foto itu.

Rabu, 16 November 2022

Sering Nggak PD dengan Diri Sendiri? Coba deh Baca Buku dari Febriawan Jauhari ini!

     
    "Otak macam aku mana bisa sekolah ke ITB"
    "Kayaknya nggak mungkin deh aku bisa kerja di KAP Big 4"
    "Skill pas-pasan gini mana mungkin bisa menang lomba gambar?"

Yakin deh, pasti banyak di antara kalian yang sering mikir hal serupa. Entah itu ragu buat masuk di perusahaan impian, atau takut buat bermimpi untuk berhasil di suatu bidang.

     Tolak ukur yang diciptakan masyarakat terkadang memang sering menganggu pikiran untuk mencapai suatu keberhasilan. Misalnya, kalau mau masuk S-2 Oxford, minimal harus lulus sarjana dari PTN top 3", atau kalau mau lolos PCPM BI, minimal lulusan PTN lah". Alhasil banyak yang akhirnya mundur karena udah takut duluan dengan standar umum yang diciptakan masyarakat.

Sabtu, 11 Juni 2022

Review Buku Good Vibes, Good Life dari Vex King


 Apa Manfaat Mencintai Diri Sendiri?

     Good Vibes, Good Life: How self love is the key to unlocking your greatness dari Vex King, merupakan salah satu buku self-improvement yang akhir-akhir ini ramai dibicarakan. Sebab, versi bahasa Indonesia baru saja diterbitkan oleh Penerbit Baca. 

     Good Vibes Good Life berisi kumpulan esai tentang pentingnya mencintai diri sendiri demi mencapai tujuan yang diinginkan. Sebagaimana kita tahu, bahwa mencintai diri sendiri mampu mendorong kepercayaan diri untuk lebih berkembang dan bertumbuh. Sayangnya tidak semua orang bisa langsung mencintai diri sendiri. Dengan beberapa faktor seperti, trauma masa lalu, berada di lingkungan yang toxic, dan semacamnya, telah menjadikan proses mencintai diri sendiri jadi terhambat.

     Lantas, solusinya seperti apa? Ada beberapa cara yang bisa dilakukan demi membangun kepercayaan diri. Salah satunya adalah dengan memberikan banyak afirmasi positif kepada diri sendiri. Bisa dengan menonton video inspiratif, atau membaca buku self-healing seperti buku Good Vibes Good Life yang akan aku review kali ini. Nah, seperti apa sih buku dari Vex King ini? Kalau tertarik, baca sampai selesai yuk!

Jumat, 15 April 2022

Review Buku: Secrets of Divine Love dari A. Helwa.


 

"The difference between someone close to God and some turned away from God is not whether or not they are tempted, but rather in where they are focusing their attention".

      Hai semua! Selamat Ramadan teman-teman! Sudah punya bacaan untuk Ramadan belum? Kalau belum, kali ini aku akan mengulas salah satu buku bertemakan motivas keislaman yang berjudul Secret of Divine Love dari A.Helwa. Sebagian dari kalian pasti sudah sering mendengarnya. Tapi bagi yang belum, baca ulasan ini sampai selesai yuk! Barangkali bisa membantu memberikan gambarannya.

Senin, 06 September 2021

Review Buku: Aku Bukannya Menyerah, Hanya Sedang Lelah dari Geulbaewoo


      Lelah. Di suatu titik, kita pasti pernah berada di situasi lelah untuk melakukan sesuatu. Entah karena takut akan gagal lagi, atau mungkin rencana yang kita susun sudah tidak bersisa. Bertemu dengan orang lain pun terasa seperti ancaman. Rasanya, ingin bersembunyi di suatu tempat yang tidak diketahui orang atau berubah pada posisi invisible untuk sejenak.

     Sayangnya, keadaan semacam ini seringkali dianggap sebagai indikasi "menyerah" terhadap hidup. Padahal, kita hanya merasa lelah. Bukan menyerah. Sekelumit harapan pun sebenarnya masih ada, sehingga semangat untuk terus bertahan dalam kesulitan masih berkobar. Alasannya? Setiap orang tentu punya alasan tersendiri yang mampu membuatnya untuk terus berdiri dalam kesulitan. Jadi,

"Apa yang kau pikirkan hingga bisa membuatmu bertahan melewati kesulitan hari ini?"

Kamis, 08 Juli 2021

Mengapa Membaca Buku Self-Improvement?



     Kalau dipikir-pikir, sebagian besar buku yang aku baca genrenya adalah pengembangan diri atau lebih dikenal dengan Self-Improvement. Makin bertambahnya usia, bacaanku memang semakin berubah. Kalau dulu lebih sering baca novel klasik atau misteri (dua genre ini adalah bacaan kesukaanku) atau kalau non-fiksi yang lebih cenderung ke sosial politik, sekarang lebih sering baca non-fiksi pengembangan diri.

     Sebenarnya membaca itu perjalanan personal dan sesuai kebutuhan, jadi bacaan apapun gak masalah selama itu memenuhi kebutuhan kita. Dan sejak awal pandemi, kondisi mental memang butuh semacam healing, jadi mulailah aku membaca banyak jenis buku pengembangan diri. Lantas apa sih manfaat baca buku pengembangan diri? Kenapa memilih jenis bacaan semacam ini ketimbang novel inspiratif?

Senin, 28 Juni 2021

Review Buku Atomic Habits dari James Clear


"Sukses adalah produk kebiasaan sehari-hari---bukan transformasi yang hanya sekali dalam seumur hidup"

      Membangun kebiasaan baik itu bukan hal yang mudah. Susah banget malah (menurutku). Apalagi semakin ke sini, semakin banyak distraksi yaitu gawai (gadget). Jujur, sampai sekarang aku masih berusaha membangun kebiasaan baik karena apa yang aku lakukan sekarang bakal berimbas beberapa tahun ke depan. Hingga akhirnya aku memutuskan untuk membeli buku Atomic Habits dari James Clear. Atomic Habits dari James Clear adalah buku Pengembangan Diri yang berfokus pada upaya membentuk kebiasaan baik dan menghilangkan kebiasaan buruk. Karena banyak yang merasa terbantu dengan buku ini, kali ini aku akan mengulas isi buku tersebut.

Senin, 21 Juni 2021

Review Buku: How to Respect Myself dari Yoon Hong Gyun




     MENGAPA HARGA DIRI ITU PENTING? MENGAPA KITA HARUS MENGHARGAI DIRI SENDIRI?

     Kerap kali kita merasa bahwa diri kita biasa saja. Bukan termasuk golongan orang-orang penting, sehingga tak jarang kita memperlakukan diri sendiri dengan kasar. Seperti mengutuk kemampuan diri sendiri, enggan merawat diri, bahkan putus asa sebelum mencoba sesuatu karena merasa akan gagal.

     Dua pertanyaan pada pembuka tadi merupakan highlight untuk ulasan buku yang akan aku tulis kali ini judulnya How to Respect Myself dari Yoon Hong Gyun, seorang Dokter Kejiwaan dari Korea Selatan.

     Buku ini ditulis berdasar pengalamannya yang sering menangani beberapa pasien dengan keluhan insecurity dan semacamnya, serta beberapa pengalamannya saat berproses menjadi dokter. Sebagaimana yang kita tahu bahwa proses menjadi dokter, terutama ketika mengejar spesialis bukanlah hal yang mudah.

      Jadi, dengan pengalaman Yoon Hong Gyun berproses menjadi dokter maupun pengalaman dari pasien-pasiennya, ia menulis buku ini dengan tujuan untuk memberi insight bagi orang-orang yang sedang mencari jati dirinya. Karena biasanya, tidak semua orang berani langsung pergi ke psikolog ketika jiwanya sedang "tersesat".