Sering Nggak PD dengan Diri Sendiri? Coba deh Baca Buku dari Febriawan Jauhari ini!

by - November 16, 2022

     

    "Otak macam aku mana bisa sekolah ke ITB"
    "Kayaknya nggak mungkin deh aku bisa kerja di KAP Big 4"
    "Skill pas-pasan gini mana mungkin bisa menang lomba gambar?"

Yakin deh, pasti banyak di antara kalian yang sering mikir hal serupa. Entah itu ragu buat masuk di perusahaan impian, atau takut buat bermimpi untuk berhasil di suatu bidang.

     Tolak ukur yang diciptakan masyarakat terkadang memang sering menganggu pikiran untuk mencapai suatu keberhasilan. Misalnya, kalau mau masuk S-2 Oxford, minimal harus lulus sarjana dari PTN top 3", atau kalau mau lolos PCPM BI, minimal lulusan PTN lah". Alhasil banyak yang akhirnya mundur karena udah takut duluan dengan standar umum yang diciptakan masyarakat.

     Mungkin bagi sebagian orang, asumsi di atas bisa jadi benar. Mengingat, kebanyakan yang terjadi memang demikian. Tapi sayangnya, banyak yang lupa bahwa di dunia ini tidak ada yang pasti. Bahkan manusia terkuat di bumi ini pun tidak bisa menjamin suatu peristiwa akan benar-benar terjadi. Dengan kata lain:

"Everything could be happen, whether it is good or bad". 

     Salah satu buku yang mungkin cocok dibaca bagi orang-orang yang sering ragu dengan dirinya adalah buku dari Febriawan Jauhari yang berjudul Salah Satu Hal Terjahat yang Dilakukan Manusia Adalah Meragukan Dirinya Sendiri.



    Dari judulnya aja udah cukup menyindir ya. Terutama untuk orang-orang yang sudah jahat kepada dirinya sendiri karena sering tidak percaya dengan kemampuan diri sendiri. Bahkan ketika berhasil pun, masih sering bilang: ah ini mah beruntung aja. Seolah lupa bahwa diri sendiri ini sudah berjuang keras.

     Buku ini berisikan 30 bab lebih, yang setiap bab-nya tidak terlalu panjang isinya. Sebagaimana buku esai pada umumnya, buku ini berisikan opini, nasihat dan kisah pengalaman penulis tentang kehidupan ini.

     Akan tetapi, dikarenakan buku ini juga mengkaitkan dengan beberapa ayat Al-Quran, jadi mungkin cocok untuk teman-teman muslim dalam merenungi pelajaran dalam kitab sucinya. Meski demikian, teman non-muslim pun bisa membacanya. Karena tidak ada unsur provokatif terhadap agama lain di dalamnya.

Seperti apa sih isi bukunya?

     Dikarenakan bukunya memiliki bab yang terlalu banyak dengan tema pembahasannya masih serupa, maka di sini aku akan menuliskan beberapa bagian yang menurutku menarik untuk disoroti.

     Pada bab pertama, kita akan langsung disambut dengan pertanyaan terkait pilihan. Pada dasarnya hidup ini adalah pilihan, sesederhana ketika kita bangun di pagi hari, akan ada pilihan mau langsung bangun atau tidur lagi.

     Begitu juga dengan keyakinan, kita bebas memilih untuk percaya kemampuan diri sendiri atau meragukan diri sendiri. Sayangnya, masih banyak orang yang ragu untuk memilih yang baik-baik karena mereka merasa belum cukup baik untuk melakukan itu.

     Salah satu kutipan yang menurutku menarik dari buku ini terkait pilihan adalah

"Kita tidak perlu menjadi baik dulu baru memilih yang baik-baik, justru karena kita memilih yang baik-baik maka kita menjadi baik".

Kemudian, di bab lain, ada kutipan yang menarik perhatianku juga, yakni tentang menghadapi suatu masalah besar, yakni:

Hanya karena kita belum melihat hikmah baiknya bukan berarti tidak ada hikmahnya.

     Seperti mengingatkan kembali bahwa segala masalah yang terjadi, selalu ada pelajaran yang dapat diambil. Misalnya, saat ini kamu dibully fisikmu oleh orang-orang di sekitarmu. Sementara kamu tidak bisa melawan karena satu dan lain hal. Pasti sedih, kesel, marah, bukan?

     Tapi dari sini ada salah satu pelajaran yang diambil, yakni dibully itu tidak mengenakkan, sehingga kita bisa berpikir sebelum mengomentari fisik orang lain.

     Kutipan yang menarik lainnya:

Justru karena berat, maka kita melakukannya secara bertahap.

Pasti pernah kan, kita takut bermimpi karena mimpi itu terasa berat. Misalnya, pengen beli rumah di kawasan elit, tapi gaji yang diterima masih UMR. Kelihatannya memang mustahil, tapi bukan berarti tidak bisa diusahakan.

     Walaupun akan butuh waktu lama, tetap ada kemungkinan untuk tercapai, bukan? Asalkan tidak berhenti berusaha. Misalnya meningkatkan skill lain untuk mencari sumber penghasilan lain. Justru karena mimpi itu terlihat besar, kita perlu mencicilnya.

     Secara umum, buku ini akan mengajak kita untuk self-talk terkait keraguan yang selama ini sering menjadi racun untuk kita. Karena, perasaan ragu sendiri muncul ketika kita punya peristiwa masa lalu yang belum selesai. Misalnya, sejak kecil orang lain sering meragukan kemampuan kita, dampaknya saat ini kita jadi merasa bahwa kemampuan kita hanya "sebatas itu", hingga akhirnya enggan mengeksplore.

     Selain itu, buku ini juga mengkaitkan pandangannya terkait keraguan dengan nilai-nilai islam. Tentang Allah yang memerintahkan manusia untuk berusaha sebaik-baiknya, bukan menyerah dengan keadaan. Sehingga, akan ada banyak ayat Al-Quran, dan Hadist yang melengkapi esai ini, sehingga pembaca bisa kembali mendekatkan diri kepada Allah, serta senantiasa berpikir positif kepada-Nya.

     Meskipun buku ini semacam self-help Islami, tapi masih bisa dibaca oleh semua agama. Sebab, tidak ada unsur memaksa meyakini keyakinan Islam atau semacamnya.

Siapa aja sih yang cocok baca buku ini?

     Kalau kamu adalah orang yang butuh afirmasi positif karena sudah terlalu banyak "sampah" yang menghalangi dirimu untuk mencapai mimpi, ini adalah buku yang tepat.

     Kalau kamu adalah orang yang sering gagal dalam mencapai sesuatu, dan butuh asupan untuk membangkitkan kepercayaan diri, ini juga buku yang tepat.

     Dan juga, bagi kamu yang sedang ingin bangkit dari keterpurukan, dan butuh "nasihat" atau motivasi, buku ini juga pilihan yang cocok untuk dibaca.

You May Also Like

0 comments