Tampilkan postingan dengan label Korean Literature. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Korean Literature. Tampilkan semua postingan

Senin, 17 Maret 2025

Review Buku: The Healing Season of Pottery dari Yeon Somin



      Pernah nggak sih, kamu berada di situasi yang capek buat ngapa-ngapain, tapi pas lagi nggak ngapa-ngapain ya capek juga? Inilah yang dialami Jungmin, seorang penulis broadcast yang mengalami  burnout, lalu memutuskan resign.

     Dikira, setelah nggak ngapa-ngapain Jungmin bakal sembuh. Tapi ternyata, dia malah makin stres. Udah nggak ada pemasukan lagi, nggak punya rutinitas yang jelas, dan hidup sendirian di desa pula. Alhasil, setelah setahun nganggur dia akhirnya memutuskan untuk nyari inspirasi dengan jalan-jalan di lingkungan desa. Di tengah perjalanan itu, dia niatnya mampir di sebuah kafe. Eh pas masuk, ternyata itu bukan kafe biasa, melainkan tempat workshop pottery.

Selasa, 17 September 2024

Bersihkan Trauma Pikiran di Marigold Mind Laundry!



      Trauma yang tersimpan di otak memang akan menghambat diri untuk bertumbuh. Sebab rasa trauma ini bikin kita takut dan nggak percaya diri. Oleh karenanya, kita perlu "bersihin" trauma agar bisa menikmati hidup sepenuhnya. Di buku yang berjudul Marigold Mind Laundry dari Jungeun Yun, kita akan melihat gimana orang-orang berusaha membersihkan traumanya, lalu bergerak maju.

Sinopsis Buku Marigold Mind Laundry dari Jungeun Yun

     Di sebuah desa bernama Marigold, datang seorang perempuan misterius bernama Jieun. Jieun sendiri merupakan perempuan yang dikutuk, karena di masa lalu dia tidak bisa mengontrol kekuatannya sehingga mengakibatkan orangtuanya lenyap. Sebagai hukumannya, dia harus hidup ribuan tahun untuk mencari makna terkait kekuatan yang dimilikinya.

     Desa Marigold merupakan desa yang indah dengan pemandangan matahari yang menawan. Di sini, Jieun akhirnya memutuskan untuk membuka jasa Mind Laundry, di mana orang-orang yang memiliki kenangan buruk di masa lalu, bisa memintanya untuk menghapus kenangan tersebut. Nah, ke mana kenangan-kenangan tersebut? Kenangan yang dilupakan akan dipindahkan ke kaos putih yang digunakan saat "ritual". Semakin banyak kenangan yang ingin dihapus, maka semakin banyak noda seperti kelopak bunga. Nah setelahnya, kaos ini akan dijemur, lalu noda tersebut perlahan akan luntur.

     Ada beberapa orang yang datang ke Marigold Mind Laundry ini, di antaranya seorang film-maker yang frustrasi karena merasa gagal, lalu seorang perempuan yang terlibat di hubungan toxic, ada seorang influencer yang namanya tercoreng setelah promosi produk abal-abal, selanjutnya seorang perempuan yang menjadi tidak tau kalau dirinya adalah selingkuhan, dan yang terakhir seorang kurir yang dulunya di-bully dan dibanding-bandingkan dengan kakaknya.

Setiap orang punya cerita,

     Di setiap kisah, kita akan ditunjukkan sudut pandang lain dari kehidupan. Jieun selaku pendengar pun tidak menghakimi alasan orang-orang melakukan tindakan yang mungkin bagi sebagian dari kita terasa salah. Selalu ada bagian dari masa lalu yang menyebabkan mereka melakukan itu, entah karena tidak punya pilihan, atau karena tidak ada yang mengajari sebelumnya.

Kesan terhadap Buku Marigold Mind Laundry dari Jungeun Yun

     Sebagai pecinta buku yang "no plot, just vibes", Marigold Mind Laundry ini sudah cukup memenuhi kriteria yang aku cari sih. Di antaranya: premis cerita menarik, cerita yang ringan, punya pesan bagus, dan vibes yang heart-warming. Bonusnya, latar tempatnya ada di sebuah desa dan penulis jago banget mendeskripsikan, sehingga bikin aku bisa ikutan bayangin dan merasa damai pas bayangin desanya.

     Premis cerita menarik, yakni pelanggan diberi kesempatan untuk menghapus memori luka di masa lalu. Tapi sebelum ritual "penghapusan" dimulai, pelanggan yang ingin menghapus pikirannya akan diberi tahu konsekuensinya. Makanya ada yang akhirnya tetap menghapus memori, atau menerima bahwa memori penuh luka itu menjadi bagian dari hidup mereka.

     Sebenarnya, proses penghapusan memori di buku ini tuh menurutku serupa dengan meditasi. Di mana saat meditasi, kita akan diminta untuk membiarkan pikiran kita lewat, entah baik atau buruk, di mana hal ini akan melatih resiliensi kita dalam menerima keadaan yang telah terjadi pada kita di masa lalu. Di buku ini, tujuan akhir pelanggan ya supaya mereka bisa menerima hidup, entah dengan menghapuskan memori, atau menerima memori itu sebagai bagian dari hidupnya.

     Cerita yang ringan dengan pesan hidup yang bagus. Tokoh yang melakukan "pencucian pikiran" di sini adalah orang-orang yang sering kita jumpai di kehidupan sehari-hari. Seperti, influencer yang hidupnya terlihat mewah, padahal di balik itu semua, ada beban yang harus dibayar. Atau seorang kurir yang sering ngantar barang ke rumah kita, itu juga punya batasan mental tertentu, jadi perlakukan mereka dengan baik, jangan asal bentak-bentak. Kita nggak tahu, mereka punya masalah apa, baik di masa lalu maupun masa sekarang.

     Vibes heart-warming. Di sini yang paling mendukung adanya vibes ini adalah kebijaksanaan Jieun selaku pemilik jasa mind laundry. Dia selalu menjadi pendengar yang baik buat orang-orang yang datang ke tempatnya, tidak menghakimi, bahkan memberikan validasi yang baik atas perasaan pelanggan, tanpa membenarkan tingkah mereka yang mungkin kurang tepat. Selain itu, latar tempat di desa juga semakin menambah kesan heart-warming ini. Soalnya, Desa Marigold memang digambarkan asri dan damai banget. Ala-ala Ghibli lah bahasanya. Oh iya, ada ilustrasi cantik juga sih!

     Kalau tadi sudah bahas kelebihannya, sekarang bahas kekurangannya. Menurutku, penjabaran cerita di setiap tokohnya lumayan slow-paced ya. Entah yang terlalu lambat atau terlalu banyak narasi, jadi kesannya kadang bikin bosen. Tapi balik lagi, bisa aja buku ini memang didesain untuk dibaca pelan-pelan. Buat avid reader, mungkin ngerasa buku ini terlalu berbelit-belit, karena alurnya nggak sat set meskipun udah ketebak. Tapi buat slow-reader, buku ini malah seru banget untuk dinikmati. Apalagi kalau memang suka cerita heart-warming.

     Sebelum menutup ulasan ini, sekadar informasi kalau aku baca ini versi Bahasa Inggris dari ARC Netgalley. Dan baru akan terbit tanggal 3 Oktober 2024 nanti. Terima kasih untuk Netgalley dan Random House UK, Transworld Publisher!

     Nah, itu tadi Review Buku Marigold Mind Laundry dari Jungeun Yun. Terima kasih buat yang udah baca. Oh iya, kira-kira, Penerbit Baca atau Penerbit Haru bakal terjemahin buku ini nggak ya?

Jumat, 17 Desember 2021

Review Buku: Kim Ji-yeong Lahir Tahun 1982 dari Cho Nam-joo

 


     Kim Ji-yeong Lahir Tahun 1982 dari Cho Nam-joo merupakan salah satu novel yang mengangkat isu patriarki dan pandangan tradisional masyarakat terhadap perempuan. Tentang kisah seorang perempuan yang menjadi korban penindasan budaya patriarki di lingkungan sekitarnya. Novel ini cukup terkenal di Korea Selatan, bahkan hingga diterjemahkan ke beberapa bahasa. Kisah dalam novel ini juga sempat dijadikan film di Korea Selatan. Seperti apa sih jalan ceritanya? Kali ini aku akan mengulasnya di sini.

Senin, 27 September 2021

Review Buku I Want to Die but I Want to Eat Tteokpokki dari Baek Se Hee

 “Katanya mau mati, tapi kok mikirin jajanan kaki lima?”

     I Want to Die but I Want to Eat Tteokpokki adalah esai yang ditulis oleh Baek Se Hee sebagai orang yang mengalami distimia (depresi berkepanjangan). Selain judulnya yang menarik perhatian, konsep bukunya dapat dibilang cukup unik karena berisikan percakapan perjalanan konsultasi antara psikiater dan penulis/pasien. Sehingga kita akan diajak melihat sudut pandang penderita depresi dan juga secara tidak langsung berisi sudut pandang dari psikiater tempatnya berkonsultasi.

Senin, 06 September 2021

Review Buku: Aku Bukannya Menyerah, Hanya Sedang Lelah dari Geulbaewoo


      Lelah. Di suatu titik, kita pasti pernah berada di situasi lelah untuk melakukan sesuatu. Entah karena takut akan gagal lagi, atau mungkin rencana yang kita susun sudah tidak bersisa. Bertemu dengan orang lain pun terasa seperti ancaman. Rasanya, ingin bersembunyi di suatu tempat yang tidak diketahui orang atau berubah pada posisi invisible untuk sejenak.

     Sayangnya, keadaan semacam ini seringkali dianggap sebagai indikasi "menyerah" terhadap hidup. Padahal, kita hanya merasa lelah. Bukan menyerah. Sekelumit harapan pun sebenarnya masih ada, sehingga semangat untuk terus bertahan dalam kesulitan masih berkobar. Alasannya? Setiap orang tentu punya alasan tersendiri yang mampu membuatnya untuk terus berdiri dalam kesulitan. Jadi,

"Apa yang kau pikirkan hingga bisa membuatmu bertahan melewati kesulitan hari ini?"

Senin, 30 Agustus 2021

Review Buku: Almond dari Sohn Won - Pyung


 

 "Setiap orang memiliki dua almond di dalam kepalanya. Letaknya jauh terbenam kokoh di antara belakang telinga dan kepala. Bentuk dan besarnya pun sama seperti almond. Namanya 'Amigdala' karena dibilang mirip biji buah persik atau disebut juga sebagai 'almond'".

     Hai semua!!! Kali ini aku akan mengulas salah satu sastra Korea yang berjudul Almond, yakni buku fiksi yang menceritakan tentang seseorang anak laki-laki bernama Yoonjae yang punya penyakit Alextimia, yakni sebuah ketidakmampuan untuk menunjukkan dan merasakan emosi. Ketidakmampuan ini menjadikan Yoonjae dicap 'monster' dan 'orang aneh' karena tidak memiliki rasa takut, bahkan ketika dipukuli hingga babak belur maupun ketika melihat insiden mengerikan yang menimpa keluarganya. Buku ini berisi kisah hidup Yoonjae, dan ditulis dari sudut pandang Yoonjae sendiri. Seperti apa isi buku ini? Langsung saja!

Senin, 05 Juli 2021

Siapa yang Datang ke Pemakamanku Saat Aku Mati Nanti? dari Kim Sang-hyun


"Tidak ada orang di dunia ini yang baik-baik saja"

     Kehidupan antar manusia itu pada dasarnya adalah saling berhubungan, karena manusia sendiri adalah makhluk sosial. Hidup yang penuh perjuangan ini akan selalu membutuhkan bantuan orang lain, bahkan sampai seseorang meninggalkan dunia ini pun, tetap butuh bantuan manusia lain untuk membantu mengurusi pemakaman maupun membantu memberikan doa supaya tenang di kehidupan selanjutnya.

     Siapa yang Datang ke Pemakamanku Saat Aku Mati Nanti? adalah salah satu buku yang sempat menarik perhatianku beberapa waktu lalu. Sekilas dari judulnya, buku ini mungkin terlihat dingin, gelap, dan seram, karena ada kata-kata 'pemakaman', yang identik dengan kematian, sesuatu yang ditakuti banyak orang.

     Tapi, apakah beneran dingin, gelap dan seram? Nah, kali ini aku akan mengulas pemikiranku terkait buku dari Kim Sang-hyun ini. Kalau tertarik, bisa dibaca sampai selesai ya!

Senin, 21 Juni 2021

Review Buku: How to Respect Myself dari Yoon Hong Gyun




     MENGAPA HARGA DIRI ITU PENTING? MENGAPA KITA HARUS MENGHARGAI DIRI SENDIRI?

     Kerap kali kita merasa bahwa diri kita biasa saja. Bukan termasuk golongan orang-orang penting, sehingga tak jarang kita memperlakukan diri sendiri dengan kasar. Seperti mengutuk kemampuan diri sendiri, enggan merawat diri, bahkan putus asa sebelum mencoba sesuatu karena merasa akan gagal.

     Dua pertanyaan pada pembuka tadi merupakan highlight untuk ulasan buku yang akan aku tulis kali ini judulnya How to Respect Myself dari Yoon Hong Gyun, seorang Dokter Kejiwaan dari Korea Selatan.

     Buku ini ditulis berdasar pengalamannya yang sering menangani beberapa pasien dengan keluhan insecurity dan semacamnya, serta beberapa pengalamannya saat berproses menjadi dokter. Sebagaimana yang kita tahu bahwa proses menjadi dokter, terutama ketika mengejar spesialis bukanlah hal yang mudah.

      Jadi, dengan pengalaman Yoon Hong Gyun berproses menjadi dokter maupun pengalaman dari pasien-pasiennya, ia menulis buku ini dengan tujuan untuk memberi insight bagi orang-orang yang sedang mencari jati dirinya. Karena biasanya, tidak semua orang berani langsung pergi ke psikolog ketika jiwanya sedang "tersesat".

Kamis, 10 Juni 2021

Review Buku: The Things You Can See Only When You Slow Down dari Haemin Sunim

Buku The Things You Can See Only When You Slow Down dari Haemin Sunim



     Buku The Things You Can See Only When You Slow Down merupakan salah satu buku self-improvement yang cukup populer di tahun 2021, berisikan esai tentang pikiran dan hasil renungan Haemin Sunim mengenai kehidupan di era modern saat ini. Fokusnya adalah mengenai cara hidup tenang dan berkesadaran di dunia yang serba cepat. Buku ini dibagi menjadi delapan bab, yang terdiri dari bab Istirahat, bab Kebersadaran, bab Gairah, bab Hubungan, bab Cinta, bab Kehidupan, bab Masa Depan, dan bab Spiritualitas.

Isi bukunya seperti apa sih?

     Begitu memasuki bab awal yang berjudul Istirahat, kita akan disambut dengan pertanyaan "Mengapa kita begitu sibuk?". Pertanyaan ini sedikit banyak sempat membuatku merenungi lagi tentang kehidupanku, seperti: Emang iya ya aku terlalu sibuk? Karena apa?Apakah hidup ini yang menuntut serba cepat?

     Lalu yang menjadi pertanyaan lagi, siapa sih yang menuntut kita untuk serba cepat? Siapa yang mengejar-ngejar kita? Apakah dunia yang serba cepat ini disebabkan cara pandang kita terhadap dunia?

     Sebagaimana pertanyaan-pertanyaan tadi, pada bab ini, penulis membahas mengenai cara pandang kita terhadap dunia. Tak sedikit dari kita yang merasa kalau dunia bergerak begitu cepat, sehingga secara tidak sadar, kita jadi ikut-ikutan mengejar kecepatannya hingga merasa lelah.

     Ada salah satu kutipan yang menurutku menarik mengenai cara pandang dunia dalam buku ini, yakni: 

"Kita melihat dunia hanya melalui jendela batin. Ketika batin kita ramai, dunia juga terasa ramai. Dan ketika batin kita penuh kedamaian, dunia pun terasa damai. Memahami batin kita sama pentingnya dengan mengubah dunia".

     Kalau dalam buku Filosofi Teras, mungkin hal ini mirip pernyataan mengenai reaksi kita terhadap sesuatu. Bahwa segala sesuatu itu sebenarnya bersifat netral, tergantung pikiran kita menganggap sesuatu itu seperti apa. Hal ini lah yang kemudian memengaruhi ke kondisi emosi kita terhadap sesuatu.

     Kembali lagi pada kutipan dalam buku Haemin Sunim di atas, yang dapat dikatakan bahwa kondisi batin dipengaruhi oleh cara kita memandang dunia. Dengan kata lain, ketika batin kita merasa tidak tenang atau seperti ada sesuatu yang mengganjal, bisa ditengok kembali tentang cara pandang kita terhadap dunia ini sebelumnya seperti apa. Bisa jadi, batin yang tidak tenang merupakan sebuah alarm bahwa kita perlu berisitirahat sejenak, bukan?

     Bicara mengenai cara penulisan, di setiap penjabaran bab dalam buku ini, Haemin Sunim seringkali menyelipkan beberapa pengalamannya terkait tema masing-masing bab. Jadi tidak hanya berupa kutipan-kutipan saja. Tapi sebelumnya ada semacam kisah yang mendasari kutipan-kutipan itu ada. Oh ya, di dalam bukunya juga ada beberapa ilustrasi lukisan dari Youngcheol Lee, seniman asal Korea Selatan. Lukisan-lukisan ini seolah ditambahkan untuk mempercantik isi buku, dan juga sebagai selingan untuk menambah feel buku yang memang didesain dengan menenangkan atau healing. Dan inilah yang mungkin menjadi sisi menarik buku ini.

Apa yang aku pikirkan setelah baca buku ini?

     Buku ini mungkin adalah salah satu buku pertamaku yang punya tema menenangkan dan penuh inspirasi ringan. Jadi, berdasarkan pengalamanku sebagai "pemula" di genre serupa, buku ini cukup banyak memberikan insight baru atau mungkin menuliskan kembali apa yang aku rasakan/pikirkan, tapi susah untuk diungkapkan. Kasarannya sih validasi perasaan dan pikiranku yang kadang susah untuk didefinisikan. Salah satu kutipan yang menurutku mengesankan adalah kutipan ini: 

"Tidak ada yang namanya benar-benar siap. Hidup bagaikan petualangan, yang membuat kita belajar menjadi dewasa. Tentu saja, kita harus mempertimbangkan pilihan kita masak-masak. Tapi jika kita harus menunggu hingga seratus persen yakin, semuanya sudah terlambat".

     Sebenarnya, dibanding validasi perasaan atau pikiran, kutipan itu lebih sebagai pengingat yang cukup menyadarkanku dalam memulai sesuatu. Karena aku sendiri tergolong orang yang kadang takut untuk memulai sesuatu, hanya karena aku merasa "belum siap". Padahal, kalau dipikir-pikir, jika mau ngelakuin sesuatu ya tinggal lakuin dulu aja kan.

     Selain kutipan itu, dalam buku ini juga ada kutipan menarik yang cukup untuk dijadikan semacam penenang sekaligus pengingat agar tidak berprasangka buruk kepada Allah. Isi kutipannya seperti ini:
"Mendapatkan apa yang kita inginkan tidak selalu baik. Jika semuanya berlangsung seperti apa yang kita mau, akan mudah menjadi malas dan sombong. Kita mungkin juga akan kehilangan empati kepada orang lain yang mengalami kesulitan. Mungkin kesulitan yang kita alami merupakan pelajaran hidup yang penting"
.     Kalau dikaitkan dalam kehidupan sehari-hari, pasti banyak dari kita, yang sudah bekerja keras, tapi seringnya belum berhasil. Misalnya, ada seorang siswa SMA yang ikut Bimbel SBMPTN dari pagi sampai malam demi bisa masuk ITB, tapi pas SBMPTN, ternyata hasilnya belum lolos. Kalau baca ulang kutipan tadi, dapat dibilang bahwa belum tentu Allah bermaksud jahat kepada siswa ini, tapi bisa jadi Allah melihat akan ada hal lebih buruk yang terjadi semisal siswa ini lolos ITB nanti.

Kesimpulan

     Dapat disimpulkan, buku ini terasa mengalir begitu saja ketika aku membacanya. Tulisan tentang kisah maupun beberapa kutipan yang disampaikan benar-benar memberikan pandangan baru. Tak hanya itu, lukisan-lukisan yang menyertai tulisan-tulisan dalam buku ini bagiku juga memberikan efek calming. Jadi semakin menambah "roh" dari setiap tulisan Haemin Sunim.
     Akan tetapi, meskipun secara keseluruhan aku suka dengan buku ini, tentu saja ada beberapa hal yang kurang aku sukai. Yang pertama, walaupun aku sempat menyebutkan bahwa secara umum buku ini punya kesan yang "damai", tapi di beberapa bagian, aku merasa seperti dihakimi. Dan entah mengapa, buku ini sedikit preachy atau terkesan menasihati.  Jadi menurutku, kalau mau baca ini memang perlu pikiran yang jernih dan tidak pas lagi down banget.
     Kekurangan yang kedua, karena aku belinya yang versi terjemahan Indonesia, aku sedikit merasa kalau feel-nya yang bahasa Indonesia ini kurang kalau dibanding bahasa Inggrisnya. Sebab, pada bahasa terjemahan ini, aku masih menemukan beberapa kata yang terkesan kaku. 
     Yang ketiga, meskipun aku sempat menyebut kalau buku ini terasa mengalir,  tapi di buku ini cukup sering ada pengulangan makna di setiap bab. Misal pepatah A sudah diungkap di bab 1, nah makna pepatah A ini bakal muncul lagi di bab 6. Jadi, ada fase di mana aku sempat merasa bosan karena pengulangan ini.
     Di luar kekurangan-kekurangan buku ini, menurutku buku ini tetap bagus dan cocok kalau dibaca oleh orang yang baru mulai membaca buku self-improvement semacam ini. Sebab, buku ini cukup memberikan insight baru serta mampu menggambarkan beberapa perasaan dan pikiran yang kadang sulit diekspresikan.
     Sebelum menutup ulasan kali ini, aku sarankan kalian baca buku ini pelan-pelan sambil merenungi tiap-tiap pepatahnya sembari direnungkan. Atau mungkin cocok juga buat jadi bacaan sebelum tidur, supaya pas berangkat tidur pikiran jadi lebih positif.
     Sekian ulasan dariku, mohon maaf kalau misal ada salah perkataan dan terima kasih sudah menyempatkan diri untuk membaca tulisanku ini, semoga tulisannya bermanfaat ya 😊.