Review Buku: The Things You Can See Only When You Slow Down dari Haemin Sunim
Buku The Things You Can See Only When You Slow Down merupakan salah satu buku self-improvement yang cukup populer di tahun 2021, berisikan esai tentang pikiran dan hasil renungan Haemin Sunim mengenai kehidupan di era modern saat ini. Fokusnya adalah mengenai cara hidup tenang dan berkesadaran di dunia yang serba cepat. Buku ini dibagi menjadi delapan bab, yang terdiri dari bab Istirahat, bab Kebersadaran, bab Gairah, bab Hubungan, bab Cinta, bab Kehidupan, bab Masa Depan, dan bab Spiritualitas.
Isi bukunya seperti apa sih?
Begitu memasuki bab awal yang berjudul Istirahat, kita akan disambut dengan pertanyaan "Mengapa kita begitu sibuk?". Pertanyaan ini sedikit banyak sempat membuatku merenungi lagi tentang kehidupanku, seperti: Emang iya ya aku terlalu sibuk? Karena apa?Apakah hidup ini yang menuntut serba cepat?
Lalu yang menjadi pertanyaan lagi, siapa sih yang menuntut kita untuk serba cepat? Siapa yang mengejar-ngejar kita? Apakah dunia yang serba cepat ini disebabkan cara pandang kita terhadap dunia?
Sebagaimana pertanyaan-pertanyaan tadi, pada bab ini, penulis membahas mengenai cara pandang kita terhadap dunia. Tak sedikit dari kita yang merasa kalau dunia bergerak begitu cepat, sehingga secara tidak sadar, kita jadi ikut-ikutan mengejar kecepatannya hingga merasa lelah.
Ada salah satu kutipan yang menurutku menarik mengenai cara pandang dunia dalam buku ini, yakni:
"Kita melihat dunia hanya melalui jendela batin. Ketika batin kita ramai, dunia juga terasa ramai. Dan ketika batin kita penuh kedamaian, dunia pun terasa damai. Memahami batin kita sama pentingnya dengan mengubah dunia".
Kalau dalam buku Filosofi Teras, mungkin hal ini mirip pernyataan mengenai reaksi kita terhadap sesuatu. Bahwa segala sesuatu itu sebenarnya bersifat netral, tergantung pikiran kita menganggap sesuatu itu seperti apa. Hal ini lah yang kemudian memengaruhi ke kondisi emosi kita terhadap sesuatu.
Kembali lagi pada kutipan dalam buku Haemin Sunim di atas, yang dapat dikatakan bahwa kondisi batin dipengaruhi oleh cara kita memandang dunia. Dengan kata lain, ketika batin kita merasa tidak tenang atau seperti ada sesuatu yang mengganjal, bisa ditengok kembali tentang cara pandang kita terhadap dunia ini sebelumnya seperti apa. Bisa jadi, batin yang tidak tenang merupakan sebuah alarm bahwa kita perlu berisitirahat sejenak, bukan?
Bicara mengenai cara penulisan, di setiap penjabaran bab dalam buku ini, Haemin Sunim seringkali menyelipkan beberapa pengalamannya terkait tema masing-masing bab. Jadi tidak hanya berupa kutipan-kutipan saja. Tapi sebelumnya ada semacam kisah yang mendasari kutipan-kutipan itu ada. Oh ya, di dalam bukunya juga ada beberapa ilustrasi lukisan dari Youngcheol Lee, seniman asal Korea Selatan. Lukisan-lukisan ini seolah ditambahkan untuk mempercantik isi buku, dan juga sebagai selingan untuk menambah feel buku yang memang didesain dengan menenangkan atau healing. Dan inilah yang mungkin menjadi sisi menarik buku ini.
Apa yang aku pikirkan setelah baca buku ini?
Buku ini mungkin adalah salah satu buku pertamaku yang punya tema menenangkan dan penuh inspirasi ringan. Jadi, berdasarkan pengalamanku sebagai "pemula" di genre serupa, buku ini cukup banyak memberikan insight baru atau mungkin menuliskan kembali apa yang aku rasakan/pikirkan, tapi susah untuk diungkapkan. Kasarannya sih validasi perasaan dan pikiranku yang kadang susah untuk didefinisikan. Salah satu kutipan yang menurutku mengesankan adalah kutipan ini:
"Tidak ada yang namanya benar-benar siap. Hidup bagaikan petualangan, yang membuat kita belajar menjadi dewasa. Tentu saja, kita harus mempertimbangkan pilihan kita masak-masak. Tapi jika kita harus menunggu hingga seratus persen yakin, semuanya sudah terlambat".
Sebenarnya, dibanding validasi perasaan atau pikiran, kutipan itu lebih sebagai pengingat yang cukup menyadarkanku dalam memulai sesuatu. Karena aku sendiri tergolong orang yang kadang takut untuk memulai sesuatu, hanya karena aku merasa "belum siap". Padahal, kalau dipikir-pikir, jika mau ngelakuin sesuatu ya tinggal lakuin dulu aja kan.
"Mendapatkan apa yang kita inginkan tidak selalu baik. Jika semuanya berlangsung seperti apa yang kita mau, akan mudah menjadi malas dan sombong. Kita mungkin juga akan kehilangan empati kepada orang lain yang mengalami kesulitan. Mungkin kesulitan yang kita alami merupakan pelajaran hidup yang penting". Kalau dikaitkan dalam kehidupan sehari-hari, pasti banyak dari kita, yang sudah bekerja keras, tapi seringnya belum berhasil. Misalnya, ada seorang siswa SMA yang ikut Bimbel SBMPTN dari pagi sampai malam demi bisa masuk ITB, tapi pas SBMPTN, ternyata hasilnya belum lolos. Kalau baca ulang kutipan tadi, dapat dibilang bahwa belum tentu Allah bermaksud jahat kepada siswa ini, tapi bisa jadi Allah melihat akan ada hal lebih buruk yang terjadi semisal siswa ini lolos ITB nanti.
0 comments