Review Buku: The Things You Can See Only When You Slow Down dari Haemin Sunim

by - Juni 10, 2021

Buku The Things You Can See Only When You Slow Down dari Haemin Sunim



     Buku The Things You Can See Only When You Slow Down merupakan salah satu buku self-improvement yang cukup populer di tahun 2021, berisikan esai tentang pikiran dan hasil renungan Haemin Sunim mengenai kehidupan di era modern saat ini. Fokusnya adalah mengenai cara hidup tenang dan berkesadaran di dunia yang serba cepat. Buku ini dibagi menjadi delapan bab, yang terdiri dari bab Istirahat, bab Kebersadaran, bab Gairah, bab Hubungan, bab Cinta, bab Kehidupan, bab Masa Depan, dan bab Spiritualitas.

Isi bukunya seperti apa sih?

     Begitu memasuki bab awal yang berjudul Istirahat, kita akan disambut dengan pertanyaan "Mengapa kita begitu sibuk?". Pertanyaan ini sedikit banyak sempat membuatku merenungi lagi tentang kehidupanku, seperti: Emang iya ya aku terlalu sibuk? Karena apa?Apakah hidup ini yang menuntut serba cepat?

     Lalu yang menjadi pertanyaan lagi, siapa sih yang menuntut kita untuk serba cepat? Siapa yang mengejar-ngejar kita? Apakah dunia yang serba cepat ini disebabkan cara pandang kita terhadap dunia?

     Sebagaimana pertanyaan-pertanyaan tadi, pada bab ini, penulis membahas mengenai cara pandang kita terhadap dunia. Tak sedikit dari kita yang merasa kalau dunia bergerak begitu cepat, sehingga secara tidak sadar, kita jadi ikut-ikutan mengejar kecepatannya hingga merasa lelah.

     Ada salah satu kutipan yang menurutku menarik mengenai cara pandang dunia dalam buku ini, yakni: 

"Kita melihat dunia hanya melalui jendela batin. Ketika batin kita ramai, dunia juga terasa ramai. Dan ketika batin kita penuh kedamaian, dunia pun terasa damai. Memahami batin kita sama pentingnya dengan mengubah dunia".

     Kalau dalam buku Filosofi Teras, mungkin hal ini mirip pernyataan mengenai reaksi kita terhadap sesuatu. Bahwa segala sesuatu itu sebenarnya bersifat netral, tergantung pikiran kita menganggap sesuatu itu seperti apa. Hal ini lah yang kemudian memengaruhi ke kondisi emosi kita terhadap sesuatu.

     Kembali lagi pada kutipan dalam buku Haemin Sunim di atas, yang dapat dikatakan bahwa kondisi batin dipengaruhi oleh cara kita memandang dunia. Dengan kata lain, ketika batin kita merasa tidak tenang atau seperti ada sesuatu yang mengganjal, bisa ditengok kembali tentang cara pandang kita terhadap dunia ini sebelumnya seperti apa. Bisa jadi, batin yang tidak tenang merupakan sebuah alarm bahwa kita perlu berisitirahat sejenak, bukan?

     Bicara mengenai cara penulisan, di setiap penjabaran bab dalam buku ini, Haemin Sunim seringkali menyelipkan beberapa pengalamannya terkait tema masing-masing bab. Jadi tidak hanya berupa kutipan-kutipan saja. Tapi sebelumnya ada semacam kisah yang mendasari kutipan-kutipan itu ada. Oh ya, di dalam bukunya juga ada beberapa ilustrasi lukisan dari Youngcheol Lee, seniman asal Korea Selatan. Lukisan-lukisan ini seolah ditambahkan untuk mempercantik isi buku, dan juga sebagai selingan untuk menambah feel buku yang memang didesain dengan menenangkan atau healing. Dan inilah yang mungkin menjadi sisi menarik buku ini.

Apa yang aku pikirkan setelah baca buku ini?

     Buku ini mungkin adalah salah satu buku pertamaku yang punya tema menenangkan dan penuh inspirasi ringan. Jadi, berdasarkan pengalamanku sebagai "pemula" di genre serupa, buku ini cukup banyak memberikan insight baru atau mungkin menuliskan kembali apa yang aku rasakan/pikirkan, tapi susah untuk diungkapkan. Kasarannya sih validasi perasaan dan pikiranku yang kadang susah untuk didefinisikan. Salah satu kutipan yang menurutku mengesankan adalah kutipan ini: 

"Tidak ada yang namanya benar-benar siap. Hidup bagaikan petualangan, yang membuat kita belajar menjadi dewasa. Tentu saja, kita harus mempertimbangkan pilihan kita masak-masak. Tapi jika kita harus menunggu hingga seratus persen yakin, semuanya sudah terlambat".

     Sebenarnya, dibanding validasi perasaan atau pikiran, kutipan itu lebih sebagai pengingat yang cukup menyadarkanku dalam memulai sesuatu. Karena aku sendiri tergolong orang yang kadang takut untuk memulai sesuatu, hanya karena aku merasa "belum siap". Padahal, kalau dipikir-pikir, jika mau ngelakuin sesuatu ya tinggal lakuin dulu aja kan.

     Selain kutipan itu, dalam buku ini juga ada kutipan menarik yang cukup untuk dijadikan semacam penenang sekaligus pengingat agar tidak berprasangka buruk kepada Allah. Isi kutipannya seperti ini:
"Mendapatkan apa yang kita inginkan tidak selalu baik. Jika semuanya berlangsung seperti apa yang kita mau, akan mudah menjadi malas dan sombong. Kita mungkin juga akan kehilangan empati kepada orang lain yang mengalami kesulitan. Mungkin kesulitan yang kita alami merupakan pelajaran hidup yang penting"
.     Kalau dikaitkan dalam kehidupan sehari-hari, pasti banyak dari kita, yang sudah bekerja keras, tapi seringnya belum berhasil. Misalnya, ada seorang siswa SMA yang ikut Bimbel SBMPTN dari pagi sampai malam demi bisa masuk ITB, tapi pas SBMPTN, ternyata hasilnya belum lolos. Kalau baca ulang kutipan tadi, dapat dibilang bahwa belum tentu Allah bermaksud jahat kepada siswa ini, tapi bisa jadi Allah melihat akan ada hal lebih buruk yang terjadi semisal siswa ini lolos ITB nanti.

Kesimpulan

     Dapat disimpulkan, buku ini terasa mengalir begitu saja ketika aku membacanya. Tulisan tentang kisah maupun beberapa kutipan yang disampaikan benar-benar memberikan pandangan baru. Tak hanya itu, lukisan-lukisan yang menyertai tulisan-tulisan dalam buku ini bagiku juga memberikan efek calming. Jadi semakin menambah "roh" dari setiap tulisan Haemin Sunim.
     Akan tetapi, meskipun secara keseluruhan aku suka dengan buku ini, tentu saja ada beberapa hal yang kurang aku sukai. Yang pertama, walaupun aku sempat menyebutkan bahwa secara umum buku ini punya kesan yang "damai", tapi di beberapa bagian, aku merasa seperti dihakimi. Dan entah mengapa, buku ini sedikit preachy atau terkesan menasihati.  Jadi menurutku, kalau mau baca ini memang perlu pikiran yang jernih dan tidak pas lagi down banget.
     Kekurangan yang kedua, karena aku belinya yang versi terjemahan Indonesia, aku sedikit merasa kalau feel-nya yang bahasa Indonesia ini kurang kalau dibanding bahasa Inggrisnya. Sebab, pada bahasa terjemahan ini, aku masih menemukan beberapa kata yang terkesan kaku. 
     Yang ketiga, meskipun aku sempat menyebut kalau buku ini terasa mengalir,  tapi di buku ini cukup sering ada pengulangan makna di setiap bab. Misal pepatah A sudah diungkap di bab 1, nah makna pepatah A ini bakal muncul lagi di bab 6. Jadi, ada fase di mana aku sempat merasa bosan karena pengulangan ini.
     Di luar kekurangan-kekurangan buku ini, menurutku buku ini tetap bagus dan cocok kalau dibaca oleh orang yang baru mulai membaca buku self-improvement semacam ini. Sebab, buku ini cukup memberikan insight baru serta mampu menggambarkan beberapa perasaan dan pikiran yang kadang sulit diekspresikan.
     Sebelum menutup ulasan kali ini, aku sarankan kalian baca buku ini pelan-pelan sambil merenungi tiap-tiap pepatahnya sembari direnungkan. Atau mungkin cocok juga buat jadi bacaan sebelum tidur, supaya pas berangkat tidur pikiran jadi lebih positif.
     Sekian ulasan dariku, mohon maaf kalau misal ada salah perkataan dan terima kasih sudah menyempatkan diri untuk membaca tulisanku ini, semoga tulisannya bermanfaat ya 😊.

You May Also Like

0 comments