Review Buku: Keajaiban Toko Kelontong Namiya oleh Keigo Higashino

by - Juni 07, 2021

Sumber: Koleksi pribadi.


"Karena peta (kehidupan) yang Anda miliki masih berupa kertas kosong, itulah mengapa meskipun sudah memiliki tujuan, Anda belum menemukan di mana jalan yang bisa membawa Anda ke sana". 

      Keajaiban Toko Kelontong Namiya merupakan salah satu novel yang ditulis oleh Keigo Higashino, penulis asal Jepang yang mayoritas tulisannya adalah cerita detektif. Cukup membuatku penasaran, ketika orang-orang terus membicarakan ini. Apalagi selain buku ini menjadi best seller, buku ini juga pernah dibaca oleh salah satu member BTS, Namjoon. Pada tulisan kali ini, aku ingin mengulas novel ini. Akan menjadi tulisan panjang, karena konsep novel ini cukup kompleks.

     Novel ini diawali dengan kisah tiga pemuda berandal bernama Shota, Atsuya dan Kohei, yang ingin lari dari kejaran polisi, setelah mereka melakukan perampokan di malam hari. Dikarenakan ada suatu hambatan, akhirnya mereka memutuskan untuk singgah di sebuah toko kelontong tua di malam itu, dan berencana kabur besok pagi. Akan tetapi, keanehan mulai terjadi, yakni ketika mereka menerima surat misterius yang meminta sebuah saran. Setelah mereka membalas surat itu, muncul surat balasan lain dan surat baru dari pengirim lainnya. Mereka bertiga merasa aneh dan berpikir bahwa ada yang sengaja mempermainkan mereka. Hingga salah satu dari mereka menyadari beberapa fakta, bahwa surat itu asli. Surat dari masa lalu yang dikirim ke masa sekarang.

     Latar waktu novel kemudian mundur ke masa lalu, yakni ketika seorang anak dari desa bernama Katsuro, yang bermimpi menjadi seorang musisi, tapi orangtuanya malah memintanya untuk menjadi penerus bisnis keluarganya. Tentu saja, "bisnis" di sini bukanlah sesuatu seperti perusahaan besar, melainkan adalah menjadi penjual ikan. Karena sempat merasa dilema, si anak ini kemudian mengirim surat ke Toko Kelontong Namiya, karena ia sering mendengar rumor bahwa toko ini menerima konsultasi melalui surat untuk meminta saran. Surat ini dikirim pada sekitar tahun 1970-an, yang tanpa Katsuro sadari, dibalas oleh tiga pemuda berandal di masa depan (masa sekarang). Awalnya Katsuro tentu saja bingung dengan balasan surat tersebut, apalagi gaya bahasa surat balasan itu tidak mencerminkan sebuah "kebijaksanaan", seperti rumor yang sering dia dengar tentang Toko Kelontong Namiya. Pada akhirnya Katsuro pun tetap berusaha mengejar mimpinya seperti yang disarankan "surat balasan Toko Kelontong Namiya", hingga ia mendapat dukungan dari orangtuanya..

     Kemudian alur menceritakan tentang latar belakang Toko Kelontong Namiya ini, di mana seorang kakek bernama Namiya, pemilik toko kelontong tua itu masih hidup dan aktif menjawab surat permintaan saran (dari yang tidak serius hingga serius). Sebenarnya niatan kakek hanya untuk mengisi waktu luang di hari tuanya, dan awalnya pengirim surat berasal dari anak-anak yang iseng, tapi si kakek ini selalu menjawab pertanyaan tersebut dengan serius. Hingga suatu hari, si kakek memutuskan untuk menutup "jasa konsultasi" lewat surat, dikarenakan suatu peristiwa, dan mengikuti saran anaknya untuk meninggalkan toko kelontong itu dan tinggal bersamanya. Akan tetapi si kakek yang merasa bahwa sumber kebahagiannya adalah membalas surat-surat tersebut, meminta anaknya untuk mengantarkannya kembali ke toko kelontong tersebut. Meski hanya satu malam, si Kakek Namiya ingin ditinggal sendiri di tempat itu untuk memberikan nasihat tulus kepada mereka yang meminta bantuan. Dari sini, terjadi sebuah keajaiban. Entah dengan kekuatan apa, ketika si kakek kembali menemui anaknya, ia membawa surat-surat balasan yang cukup mengejutkan anaknya. Surat balasan dan ucapan terima kasih dari masa depan.

     Karakter Kakek Namiya sendiri digambarkan sebagai seorang pemikir mendalam yang ditunjukkan pada beberapa surat balasan yang ia tulis untuk orang-orang yang meminta saran kepadanya. Ia selalu memikirkan bagaimana kondisi mereka setelah mendapatkan surat balasannya, dan takut apabila orang tersebut mengalami nasib yang lebih buruk setelah melakukan saran yang ia berikan (meskipun Kakek Namiya sendiri tidak pernah memaksa mereka untuk mengikuti sarannya). Ia juga selalu menanggapi surat-surat tersebut dengan serius, walau terkadang sang pengirim hanyalah beberapa-anak yang ingin dapat nilai bagus di sekolah tanpa belajar atau bahkan orang yang menghinanya. Karena baginya, "Entah berisi hinaan atau hanya ulah iseng, semua orang yang mengirimkan surat ke Toko Kelontong Namiya pada dasarnya adalah orang-orang yang ingin menceritakan masalah mereka. Di dalam hati mereka seperti ada lubang menganga dan semua hal yang berharga bagi mereka mengalir dari sana." (hal. 136).

     Nggak pernah nyesel bisa baca ini. Buku ini benar-benar heart-warming seperti yang dikatakan banyak orang. Dalam buku ini, kita akan dipertemukan dengan karakter kakek Namiya selaku karakter utama yang bijak dan thoughtful dalam memberikan solusi dan surat balasan kepada 'pelanggannya'. Dan juga, kisah-kisah perjuangan dari pengirim surat ketika mendapat balasan dari kakek Namiya sangat menambah perspektif hidup, di mana kita bisa melihat jenis kehidupan yang belum pernah kita ketahui di luar sana. Meskipun mereka punya masalah berbeda, keinginan mereka sama  "mengirim surat ke Kakek Namiya untuk didengar serta mendapatkan keyakinan bahwa pilihannya tepat". Karena, kita memang perlu tempat untuk mencurahkan sesuatu, bukan?

     Saat membaca novel ini, aku teringat dengan anime dari Studio Ghibli dikarenakan latar tempatnya adalah kota kecil dan vibenya yang menurut saya menenangkan dan damai.. Ditambah, anime ini memiliki unsur "magic", seperti pada anime Ghibli. Secara garis besar novel ini memang bertemakan slice of life, di mana novel ini memuat kisah kehidupan sehari-hari banyak orang. Dan juga, bisa dibilang unsur keluarga dalam novel ini cukup kuat, dikarenakan di dalamnya banyak menceritakan kisah beberapa keluarga dan pesan-pesan terkait keluarga juga. Salah satu pesan terkait keluarga sebagaimana isi surat balasan Kakek Namiya adalah sebagai berikut: 

Konsep sederhana saya tentang keluarga adalah, sebisa mungkin mereka harus selalu bersama-sama, tentu saja kecuali mereka berpisah demi mengejar hal positif. Memisahkan diri dari keluarga, entah dengan alasan benci atau kesal, menurut saya bukan wujud keluarga sesungguhnya..
Dan juga bagian surat balasan yang ini, 

Memang melarikan diri bukan pilihan yang tepat, tapi selama kalian sekeluarga bisa berada di kapal yang sama, masih ada kemungkinan untuk kembali ke jalan yang benar.(hal.224-225).

     Tak berhenti sampai di situ, salah satu bagian cerita favoritku adalah ketika tiga pemuda berandal tadi menyatakan pernyataan: "Dia ingin mengucapkan terima kasih pada kita. Dia menulis 'terima kasih banyak' untuk kita. Untuk manusia-manusia sampah seperti kita." . Cukup tersentuh di bagian ini, karena kita semua tau, rasanya bisa berguna bagi orang lain itu seperti apa. Apalagi dalam novel ini, mereka bisa dibilang "sampah masyarakat" oleh lingkungan mereka. Yang mana, sudah pasti mereka jadi merasa rendah diri dan merasa tidak berguna bagi banyak orang. Terkadang anggapan orang lain terhadap seseorang akan memengaruhi kondisi mental dan perspektif seseorang tentang dirinya. Dan dalam novel ini, tiga pemuda tadi mulai menyadari bahwa mereka tidak sepenuhnya sampah seperti yang dipikirkan, setelah mereka berhasil melakukan tindakan berguna untuk beberapa orang. Dari sini, ada perkembangan karakter dari tiga pemuda berandal tersebut.

     Buku ini sangat cocok diperuntukkan bagi kamu yang suka cerita heart-warming, cerita yang punya vibe Jepang cukup kuat, dan cerita-cerita tentang keluarga. Aku sendiri merasa punya ikatan khusus dengan buku ini, karena aku sangat suka, benar-benar suka. Dan aku sejujurnya baru tau, kalau novel ini ada filmnya. Pas nonton trailer-nya, aku penasaran buat nonton. Tapi masih belum tau, bisa ditonton di platform mana. Mungkin kalian ada yang tau?

     Oh iya, perlu diketahui juga, di luar kisahnya yang heart-warming atau premis yang sangat menarik, buku ini juga punya kekurangan bagi pembaca yang suka kisah fast-paced. Sebab alur cerita novel ini bisa dibilang lambat, karena harus menelusuri beberapa karakter satu-persatu. Dan juga, karena alur dalam novel ini maju-mundur, mungkin bagi sebagian orang, akan membingungkan. Jadi harus dibaca pelan-pelan. Dan kalau kalian gak bermasalahan dengan jenis alur lambat dan maju-mundur, buku ini dapat dijadikan pilihan.

     Sebelum mengakhiri ulasan ini, aku ingin menyisipkan balasan surat Kakek Namiya yang menjadi favoritku, 

Karena peta (kehidupan) yang Anda miliki masih berupa kertas kosong, itulah mengapa meskipun sudah memiliki tujuan, Anda belum menemukan di mana jalan yang bisa membawa Anda ke sana. Itu wajar. Siapapun pasti akan merasa kebingungan. Cobalah untuk mengubah sudut pandang. Karena peta Anda masih berupa kertas kosong, Anda jadi bebas menggambar apa saja.

Demikian ulasan dariku, selamat membaca bagi yang belum membaca bukunya! Dan bagi yang sudah baca, apa pendapat kalian tentang buku ini?

You May Also Like

2 comments

  1. Sepertinya aku akan mulai kembali membaca setelah mendengar ulasan anda

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih karena sudah membaca ulasan ini!

      Yey, ayo baca bukunya! Semoga suka juga, soalnya ini salah satu buku terbaik versiku juga nih. Hehehe.

      Hapus