Review Buku: Filosofi Teras dari Henry Manampiring

by - Juni 12, 2021

Koleksi Buku Pribadi

If you live according to what others think, you will never be rich.- Seneca (Letters)

      MENGAPA SIH AKU SERING OVER-THINKING DAN EMOSIAN? Itu adalah pertanyaan yang sering terngiang di otak setiap mau tidur. Sedikit-sedikit merasa tersinggung, sedikit-sedikit insecure dan semacamnya. Dari situ aku memutuskan untuk mulai mengumpulkan bacaan pengembangan diri, yang salah satunya adalah buku Filosofi Teras dari Henry Manampiring.

Gambaran Umum Isi Buku Filosofi Teras dari Henry Manampiring

     Sebelum memasuki pembahasan yang lebih jauh, mungkin di sini ada mempertanyakan, kenapa judulnya Filosofi Teras. Memang apa sih Filosofi Teras itu? Dalam bukunya, Om Piring (sapaan penulisnya) sempat menuliskan kisah singkat seorang filsuf bernama Zeno yang mengajar filosofinya di sebuah teras berpilar (dalam bahasa Yunani disebut stoa). Kaumnya Zeno ini disebut "kaum stoa", dan paham yang diajarkan disebut stoisisme. Nah, filosofi yang diajarkan filsuf itulah yang akan menjadi inti dari pembahasan buku ini. Untuk mempermudah penyebutan dan gampang diingat, Om Piring kemudian menyebut filosofi tersebut dengan Filosofi Teras, yang merujuk pada "stoisisme" (paham yang diajarkan oleh Zeno tadi). Jadi pembahasan Filosofi Teras di buku ini adalah pembahasan tentang stoisisme itu sendiri.

     Apa saja yang ditulis Om Piring dalam buku ini? Topik-topik yang dekat dengan keseharian kita, yang mana telah ia kaitkan dengan nilai-nilai stoisisme. Jadi dalam buku ini terdapat dua belas bab dengan topik pembahasan tertentu. Bab pertama memuat tentang survei khawatir nasional yang dilakukan Om Piring lewat media sosial. Bab dua hingga empat, memaparkan tentang nilai-nilai dasar dari filosofi stoicisme ini. Bab lima hingga sebelas berisi tentang pengamalan filosofi ini dalam kehidupan sehari-hari. Bab dua belas berisi tentang penutup. Setiap di akhir bab, akan ada rangkuman dari bab tersebut. Kemudian pada beberapa bab, memuat hasil wawancara Om Piring dengan beberapa ahli (psikiater dan psikolog) serta influencer (yang disesuaikan dengan tema bab). Dan di dalam buku ini juga diselipkan beberapa quote dari filsuf-filsuf stoisisme serta ilustrasi gambar dari Levina Lesmana.

     Dari pembahasan tentang stoisisme dalam buku ini, aku diperkenalkan dengan pemikiran beberapa tokoh filsuf stoisisme seperti Epictetus, Marcus Aurellius dan Seneca. Tentu saja dengan bahasa yang sangat ringan. Rasanya saat baca buku ini, aku seperti membuka pintu untuk mendalami lebih jauh tentang stoisisme. Dan menurutku buku ini benar-benar awalan yang bagus untuk mulai belajar tentang stoisisme, karena mampu memancing rasa penasaranku tentang pemikiran stoisisme lebih jauh.

     Kemudian lanjut ke pertanyaan selanjutnya, apa yang menjadi garis besar dan fokus dalam buku ini? Garis besar dan fokus dari buku ini adalah tentang pengendalian diri. Di mana, dalam buku ini, Om Piring berkali-kali menekankan tentang pentingnya dikotomi kendali. Nah, lantas, apa itu dikotomi kendali? Dikotomi kendali adalah menyadari dan memisahkan hal-hal mana yang bisa kita kontrol, dan mana yang tidak bisa kita kontrol. Contoh hal-hal yang bisa kontrol adalah perlakuan dan pemikiran kita terhadap sesuatu, sementara contoh hal-hal yang tidak bisa kontrol adalah perlakuan dan pemikiran orang lain terhadap kita. Misalnya, kita sedang ikut sebuah perlombaan. Yang bisa kita kontrol adalah sebanyak apa kita berusaha, sementara hasil dari menang/kalahnya sudah ada di luar kendali kita. 

     Meskipun demikian, buku ini tidak serta merta mengajak kita pasrah terhadap segala situasi. Kita manusia yang diberi akal dan juga 'warga dunia', harus bisa mengusahakan yang terbaik. Dalam buku ini, Om Piring sempat menyinggung tentang "Kita sebagai warga dunia", di mana kita mengakui kalau kita adalah bagian dari dunia dan semesta yang sama, sehingga kita punya kewajiban untuk berbuat baik ke sesama penghuni semesta ini. Selain itu, kita juga diminta untuk 'peduli' dengan masalah dunia. Karena kembali lagi, kalau misal kamu baca buku ini, dalam filosofi stoisisme juga ada nilai tentang kebijaksaan, yang mana kita harus 'bijak' dalam melakukan sesuatu, terutama kalau menyangkut kepentingan orang banyak.

     Dalam buku ini Om Piring juga menegaskan, "memang, ada hal yang tidak bisa AKU kontrol, tetapi bisa KITA kontrol sebagai warga dunia". Di mana, ada hal yang mungkin gak bisa diselesaikan oleh satu orang, tetapi bagaimana kalau yang menyelesaikan 1000 atau bahkan 1 juta orang? Sebagai contoh, saat ini di masa pandemi, dan kita diminta pemerintah untuk taat protokol kesehatan dan menahan diri untuk tidak keluar rumah. Kalau yang taat aturan hanya satu orang, tentu saja masalah sulit untuk selesai. Tapi bagaimana kalau ada 1 juta atau 100 juta orang bersedia menaati aturan untuk taat protokol kesehatan? Ada kemungkinan masalah jadi lebih ringan.

Kesan terhadap Buku

     Secara kesimpulan, buku ini sangat berkesan untukku, karena mengingatkanku kembali tentang pentingnya pengendalian dan kontrol diri, untuk tidak bereaksi berlebihan terhadap sesuatu yang menaikkan tingkat emosi. Terutama apabila hal itu adalah sesuatu yang berasal dari hal-hal eksternal (seperti tindakan orang lain), karena hal tersebut sudah di luar kendaliku. Jadi terkait dengan kontrol diri, buku ini mengajak untuk mengubah perspektif ketika kita mulai menerima emosi negatif.

     Dengan penyampaian menggunakan bahasa sehari-hari serta diselingi dengan beberapa humor, membuatku jadi lebih mudah memahami pesan dari buku ini. Sebenarnya pesan dalam buku ini mungkin sering aku dengar sehari-hari, hanya saja sebelumnya pesan-pesan tersebut sering lewat telinga aja. Meskipun kaya akan pesan, tapi tulisan Om Piring tidak terkesan seperti menasihati pembacanya. Mungkin karena dia adalah orang yang bekerja di dunia iklan, jadi tau cara menyampaikan pesan yang mudah diterima orang banyak. Oh iya, di awal buku sempat menyinggung sedikit tentang sejarah stoisisme, yang mana bagi sebagian orang akan terkesan membosankan. Tapi secara keseluruhan, kalau mau sabar ngelanjutin baca sampai di bab-bab tertentu, bakal nemu insight-insight yang sangat berguna.

     Aku sering sekali merekomendasikan buku ini ke teman-temanku yang ingin mencari buku self-improvement. Soalnya aku sendiri sudah merasakan ada sedikit perubahan ke arah yang lebih baik setelah baca buku ini. Kalau misal di antara kalian ada yang sering merasakan emosi negatif macam anxiety, marah-marah, overthinking, dan semacamnya, buku ini mungkin bisa dijadikan salah satu pilihan untuk dibaca. Atau mungkin ada yang ingin tau tentang stoisisme, tapi bingung nyari buku yang cocok sebagai awalan, buku ini juga bisa dijadikan pertimbangan.

     Oh iya, perlu diingat, kalau ingin membaca buku bertema pengembangan diri seperti ini, alangkah baiknya direnungi lagi "perlu baca ini gak ya?". Soalnya, kalau kita baca karena buku ini hype, kalau pas gak menemukan apa yang diinginkan malah akan nganggap rugi. Demikian ulasan buku kali ini, semoga bermanfaat dan bisa dijadikan pertimbangan bagi yang mau mencari referensi buku baru. Dan terima kasih banyak bagi yang telah membacanya 😉.

You May Also Like

0 comments