Review Buku: Reclaim your Heart dari Yasmin Mogahed

by - Juni 14, 2021

 

Buku Reclaim Your Heart dari Yasmin Mogahed


     MENGAPA KITA BERIBADAH?

     Setiap umat yang beragama, pasti memiliki ritual tertentu yang disebut ibadah. Di mana, ritual ini difungsikan sebagai sarana untuk membangun koneksi dengan Sang Pencipta, serta sarana untuk senantiasa mengingat-Nya. Setiap agama memiliki cara ibadah yang berbeda. Cara ibadah yang berbeda-beda ini, pada dasarnya tetap memiliki tujuan yang sama: Berkomunikasi kepada Sang Pencipta.

     Pertanyaan tentang ibadah sebelumnya merupakan pembuka untuk buku yang akan aku ulas kali ini. Reclaim Your Heart dari Yasmin Mogahed adalah buku self-improvement bertemakan spiritual keagamaan, yang cenderung menjurus tentang agama Islam. Yasmin Mogahed sendiri adalah seorang pengajar studi Islam dan instruktur kepenulisan di Cardinal Stricht University. Dia sendiri juga dikenal sebagai seorang pembicara Internasional untuk tema keislaman. Seperti apa sih bukunya?

Isi Buku

     Apa yang ingin disampaikan penulis dalam buku ini? Sesuai judulnya yakni Reclaim Your Heart (Rebut Kembali Hatimu), buku ini membahas tentang proses "perebutan hati" manusia yang sering mengalami kegundahan atau penderitaan, menuju hati yang lebih tenang. 

Memang, penyebab hati gundah itu apa sih?

     Kalau bicara hati yang gundah berdasarkan konteks dalam buku ini, penyebab atau sumber penderitaan hati yang sering dirasakan manusia adalah karena kecintaan manusia terhadap dunia, sebagaimana yang ditulis Yasmin dalam buku ini: 

Saya tidak menyadari bahwa penderitaan yang saya alami dalam hidup ini disebabkan satu hal dan hanya satu hal; cinta terhadap dunya

"Cinta kepada dunia". Aku sendiri cukup tersindir dengan pernyataan ini. Hingga aku pun akhirnya berpikir, apa iya, aku selama ini overthinking karena terlalu fokus sama urusan dunia? Di mana, aku yang merasa keterikatanku terhadap hal duniawi lebih besar daripada keterikatan kepada Allah. Misalnya, terlalu cinta kepada seorang hamba manusia, sampai melupakan kecintaan kepada Allah. Apakah hal ini wajar?

     Halaman selanjut-selanjutnya pun masih membahas berbagai jenis keterikatan terhadap dunia, yang merupakan sumber hati yang tidak tenang dan gundah. Hingga muncul pertanyaan lagi, yakni, bagaimana sih solusi dari penderitaan hati manusia ini? Yang kemudian, di halaman lain terjawab secara sederhana: dengan menggantungkan diri dan mengejar ridha Allah.

     Manusia adalah makhluk yang lemah. Satu-satunya yang mampu kita gantungkan dalam hidup ini adalah Allah SWT. Pencipta dan Pemilik kita semua. Yasmin pun mengingatkan kita kembali, bahwa sudah sepatutnya kita mengejar ridha Allah dalam segala hal. Sebagai Sang Penolong dan Penyelamat kehidupan.

     Pada dasarnya, hidup ini adalah perjalanan menuju Tuhan. Manusia diciptakan untuk kembali ke Tuhan, dan suatu hari nanti akan ada momen pertemuan dengan Tuhan (Allah). Jadi, sudah sewajarnya kita untuk membangun keterikatan kepada Allah, bukan?

     Lalu, Bagaimana cara membangun keterikatan dengan Allah?

     Dalam bab ini, Yasmin menuliskan tentang pentingnya kita untuk memahami esensi dari tiap-tiap rukun Islam yang sering disebut oleh umat Muslim. Sebagai contoh adalah esensi shalat yang ditulis oleh Yasmin, yakni "Sebanyak lima kali sehari kita harus menarik diri dari dunya untuk fokus kepada sang Pencipta dan tujuan utama".  Di mana, shalat di sini adalah sarana untuk berkomunikasi dengan Allah. Dan komunikasi di sini adalah kunci penting dalam membangun keterikatan. Jadi dapat disimpulkan bahwa cara membangun kembali keterikatan dengan Allah adalah dengan memperbaiki ibadah kita.

Kemudian sempat terbesit pertanyaan mengapa shalat tersebar di lima waktu setiap harinya?

     Yang kemudian aku menemukan jawabannya di halaman 49, yakni, Shalat-shalat itu tersebar di sepanjang hari, supaya peluang manusia terikat dengan Allah itu semakin besar. Karena mereka akan sering mengingat-Nya, khususnya di waktu-waktu yang ditentukan tersebut. Dengan kata lain, shalat adalah sarana untuk fokus kepada objek keterikatan sejati, yaitu Allah.

     Buku ini terdiri dari tujuh bab, yang diawali dengan bab Keterikatan. Kemudian dilanjut dengan bab tentang Cinta dan Penderitaan, serta bab mengenai Hubungan Manusia dengan Sang Pencipta. Tak hanya itu, di dalam buku ini, Yasmin juga menyinggung bab mengenai Status Perempuan dalam Islam, kemudian bab tentang Identitas Umat Islam, yang ditutup dengan kumpulan puisi yang ditulis oleh Yasmin sendiri. Meskipun bab-nya beda-beda, buku ini bisa dibaca secara acak. Karena pembahasannya sendiri tidak ditulis secara urut.

Kesan terhadap Bukunya

     Dapat disimpulkan bahwa inti dari buku ini adalah pembahasan tentang cara mengatasi kesedihan, kehilangan dan kegundahan dalam perspektif islam. Meskipun demikian, bagi non-muslim tetap bisa baca bukunya, untuk menambah perspektif. Buku ini memfokuskan kepada pembaca, agar senantiasa kembali kepada Allah, dalam artian meletakkan Allah di dalam hati kita, bukan hal-hal yang bersifat duniawi. Karena, segala sumber kesedihan, kebanyakan adalah hal-hal duniawi. Seperti, dijauhi teman, atau mungkin kehilangan harta benda. Sementara, kalau sedang susah, mau minta tolong ke siapa lagi kalau bukan Allah?

     Sebagai Muslim, aku cukup mendapatkan beberapa insight dan ilmu baru dari buku ini, khususnya tentang peribadatan. Sebab, ajakan untuk memperbaiki ibadah dalam buku ini cukup menamparku yang ibadahnya masih kurang khusyuk, bahkan terkesan terburu-buru. Menurutku, kalau misal teman-teman di sini ada yang butuh buku untuk membantu mengingatkan dalam memperbaiki ibadah, buku ini aku rekomendasikan ke kalian. Soalnya, dalam buku ini Yasmin terus meyakinkan pentingnya ibadah secara khusyuk secara berulang-ulang, demi menjalin hubungan dengan Yang Maha Kekal. Allah. Sampai sekarang pun, aku masih menjadikan buku ini sebagai salah satu pengingat kalau misal imanku mulai nyeleweng. Dan, salah satu kata-kata yang aku jadikan pengingat di dalam buku ini adalah"

Mereka yang telah terjatuh dari jalan lurus hanya perlu melihat kembali ke tempat ia bermula; dan mereka mendapati bahwa itu dimulai dengan shalat. Hal yang sama persis berlaku sebaliknya. Bagi mereka yang ingin mengubah kehidupan, mulailah dengan berfokus pada shalat dan menyempurnakannya. 

     Tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki diri. Begitulah pesan buku ini. Akan tetapi, buku ini tetap punya kekurangan, yakni terlalu banyak pengulangan makna di setiap bab dan juga dia kurang melakukan analisis mendalam dari setiap materi yang ingin disampaikan. Jadi kesannya masih agak ngambang. Selain itu, penggunaan ayat Al-Quran yang dia gunakan untuk mendukung tulisannya, tidak terlalu dibuat mendalam, sehingga aku ngerasa ayat Al-Quran itu sekadar digunakan sebagai quote pendamping argumennya saja. Namun, berkaitan dengan ini, aku masih bisa memahaminya, karena dia sendiri bukan seorang pakar agama selevel Ulama, melainkan hanya seseorang yang sering memberikan inspirasi untuk beribadah. Jadi ada kemungkinan, dia takut memberikan argumen yang kurang tepat.

     Sebelum menutup ulasan kali ini, aku akan menuliskan siapa saja yang sekiranya akan cocok dengan buku ini. Yang pertama, kalau dari awal kamu sudah yakin sepenuhnya dengan ajaran Islam, dan ingin lebih mendekatkan diri ke Allah, kemudian kamu membutuhkan jawaban dari pertanyaan "Mindset apa yang harus aku tanam supaya lebih rajin beribadah?", buku ini akan cukup membantu untuk mencari jawaban dari pertanyaan tersebut. Yang kedua, kalau sekarang kamu berada di titik terendah dan sedang berusaha percaya pada ketetapan atau rencana terbaik Allah, berdasarkan pengalamanku buku ini juga membantu untuk menenangkan diri dan kembali percaya kepada ketetapan Allah kepada kita. Yang ketiga, bagi siapapun yang butuh bacaan untuk Ramadan yang adem, buku ini patut masuk list. 

Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan

(Al-Fatihah ayat 5).

     Demikian ulasan buku kali ini, semoga dapat membantu mencerahkan. Happy reading!

Baca juga: Review Buku Secret of Divine Love dari A. Helwa.

You May Also Like

0 comments