Review Buku: Secrets of Divine Love dari A. Helwa.

by - April 15, 2022


 

"The difference between someone close to God and some turned away from God is not whether or not they are tempted, but rather in where they are focusing their attention".

      Hai semua! Selamat Ramadan teman-teman! Sudah punya bacaan untuk Ramadan belum? Kalau belum, kali ini aku akan mengulas salah satu buku bertemakan motivas keislaman yang berjudul Secret of Divine Love dari A.Helwa. Sebagian dari kalian pasti sudah sering mendengarnya. Tapi bagi yang belum, baca ulasan ini sampai selesai yuk! Barangkali bisa membantu memberikan gambarannya.

    Baca juga: Review Buku Reclaim Your Heart by Yasmin Mogahed

Isi Buku

     Allah mencintai kita tanpa syarat. Dia Maha Pengasih, dan Maha Penyayang. Secret of Divine Love dari A.Helwa adalah buku inspirasi islami yang bertujuan untuk kembali mengingat kecintaan Allah SWT. Ketimbang berisi tentang tata aturan beribadah, buku ini lebih membahas pendalaman ritual islam secara filosofi, tentang makna dan keindahan mengenai keislaman, serta beberapa bimbingan untuk pengamalan ibadah yang lebih baik.

     Buku ini ditujukan untuk orang-orang yang sedang berada dalam ujung keimanan, di mana butuh sesuatu yang bisa kembali membawanya ke jalan Allah. Iman itu naik turun, jadi wajar, bukan? Selama kita punya niatan untuk memperbaiki diri, Insya Allah, Tuhan akan mengampuni. Karena Allah adalah Maha Pengampun.

"When we read only the parts of the Quran that resonates with us and ignore the parts we don't agree with, we run the risk of shaping the scripture around our likes and dislikes, instead of allowing the book to shape us".

     Dengan pendekatan rasional, namun dengan penyampaian yang heart-to-heart, Helwa menuliskan tentang segala bentuk cinta kasih Allah, bahkan sebelum kita mencintai-Nya. Tentang bagaimana sebenarnya Allah peduli dengan keberadaan umat-Nya tanpa kita sadari. Helwa juga mengutip beberapa kutipan tokoh semacam Imam Ali, Rumi, bahkan beberapa tokoh non-muslim, untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai kekalnya cinta Allah. Sehingga diharapkan pembaca dapat kembali mendekatkan diri kepada-Nya.

"If you outwardly worship God, but inwardly have an ungrateful heart that carries pride, you can fall from the highest heaven to the lowest hell".

     Selanjutnya kita semua tahu bahwa sebagai umat beragama, tugas manusia di dunia adalah beribadah, yang dalam agama Islam, sudah dituliskan di Al-Quran secara jelas. Namun, tentu bukan hal yang mudah untuk tetap menjaga ibadah kita agar senantiasa lurus. Karena godaan setan itu ada di mana-mana. Dalam hal ini, Helwa memberikan eksplorasi tentang Rukun Islam. Seperti makna diibalik syahadat, mengapa shalat dilakukan diwaktu tertentu, fungsi zakat, keindahan bulan Ramadan, serta makna ritual dalam haji. Pada bab-bab ini, kita akan diberikan semacam tips atau bimbingan berupa meditasi, agar kita bisa lebih baik lagi dalam beribadah.

"How can we be in a constant state of prayer when we have worldy obligations?"

     Tak hanya memberikan motivasi dalam beribadah. Bagi orang-orang yang sedang berada di kondisi yang rapuh, buku ini juga memberikan ketenangan untuk isi hati kita. Juga bagi orang-orang yang sedang mengalami krisis kepercayaan diri. Di sini, lagi-lagi Helwa mencoba membuka mata pembaca tentang kecintaan dan kepedulian Allah. Allah senantiasa memeluk hamba-hamba-Nya yang meminta pertolongan kepada-Nya. Dan mengenai krisis kepercayaan diri, siapa kita, bukan ditentukan oleh mata manusia lain. Hanya Allah yang berhak menilai kita.

"Do not place a period where God has placed a comma, because God's plan stretches beyond your moments of doubt and fear".

Kesan terhadap Buku

      Buku ini benar-benar menyentuh, apalagi ketika Helwa menuliskan kembali kisah Nabi Muhammad SAW yang kurang lebih seperti ini: 

Kalau kamu ditolak oleh lingkungan dan teman-temanmu, ketahui bahwa Nabi Muhammad SAW juga disakiti oleh orang sekitarnya secara fisik dan mental. Kalau kamu ngerasa orang-orang gak paham sama tujuanmu sehingga gak ada yang support, Nabi Muhammad SAW juga berjuang menghadapi hal tersebut hingga wahyu pertama diturunkan.

Di sini, sebagai umat Islam, aku seperti diajak untuk kembali berkiblat kepada Nabi Muhammad SAW, ketika sedang menghadapi situasi sulit. Karena selain beliau adalah teladan umat dalam beribadah, beliau juga telah mengalami setumpuk kesedihan duniawi. Dan dari segala jenis kesedihan itu, beliau selalu saja berhasil memaknai istilah "akan ada pelangi setelah hujan".

"When the world pushes you to your knees, you're in the perfect position to pray".

     Tak hanya itu, buku ini juga menyadarkanku untuk kembali merenungi ibadahku. Apakah benar aku sudah ibadah murni karena Allah  atau ibadahku masih demi memuaskan ego saja? Apakah aku sudah menjadi gambaran umat muslim yang cukup baik bagi mereka yang non-muslim?

Kadang sedih saja, ketika banyak orang non-muslim menganggap bahwa orang Islam itu banyak yang ekstrem, keras, judgemental, dan sering menimbulkan perpecahan, hanya karena sekelompok oknum yang berbuat demikian. Apalagi kita pasti lumayan sering melihat, bahwa ada oknum yang ketika bertemu pihak yang "terlihat" tidak agamis dan malas ibadah, suka menghakimi bahkan mengolok atau bahkan melakukan kekerasan kepada mereka. Padahal Islam adalah agama cinta damai. Dan manusia tidak punya hak untuk menilai kadar keimanan seseorang, selain Allah itu sendiri. Padahal, kita semua gak pernah tau, ujung perjalanan hidup seseorang akan seperti apa.

"If fasting makes someones more closed-minded and judgemental, they are not fasting for Allah but for the joy of their ego".

     Ramadan adalah bulan penuh berkah, di mana ibadah kita akan dihitung berkali-kali lipat. Ramadan juga bulan di mana Al-Quran diturunkan. Tak lupa, bulan di mana ada Laylatul Qadr, yakni malam seribu bulan ketika cahaya surga menerangi bumi. Mari kita berlomba-lomba mencari kebaikan di bulan ini. Semoga Allah menerima semua ibadah kita. Aamiin. Oleh karena itu, aku sangat menyarankan buku ini sebagai bacaan Ramadan, agar membantu pikiran kita untuk selalu positif terhadap Allah dan semakin meningkatkan motivasi serta kekhusyukan dalam beribadah. Sebagai penutup ulasan ini, aku ingin kembali mengingatkan: You are loved. God loves you unconditionally.

"When you realize that you matter because Allah chose you, you will no longer run in circles, looking for validation from the world".

You May Also Like

1 comments