Tampilkan postingan dengan label Review buku non-fiksi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Review buku non-fiksi. Tampilkan semua postingan

Kamis, 27 Maret 2025

Catatan Baca: Slow Productivity dari Cal Newport



     Quality over quantity

     Dengan adanya tren hustle culture, banyak dari kita yang terjebak untuk melakukan pekerjaan banyak, agar terlihat produktif. Dampaknya, kualitas kerjaan yang dihasilkan pun jadi kurang maksimal, mengingat fokus yang diberikan terpecah belah di waktu yang singkat.

     Karena aku termasuk orang yang terjebak di fenomena itu, beberapa waktu lalu aku tertarik buat baca buku Slow Productivity dari Cal Newport. Adapun beberapa poin menarik yang pengen aku bagi di sini di antaranya:

Minggu, 29 September 2024

Catatan Baca: Hidden Potential dari Adam Grant


      Buku Adam Grant tuh hampir semuanya selalu ngasih insight baru buat lebih rajin lagi memperbaiki diri. Soalnya, di setiap buku yang dia tulis selalu berusaha "meluruskan" bias manusia, yang sering bikin orang susah maju. Misalnya di buku Think Again, di situ dia berkali-kali menekankan para ahli untuk memisahkan identitas dengan opininya, supaya nggak merasa benar ketika dikritik, dan mau berpikir ulang dari perspektif lain. Begitu pula dengan buku terbarunya Hidden Potential ini. 

     Ngomongin potensial, kita sering menjumpai orang yang menganggap bahwa tolak ukur potensi seseorang itu dari seberapa cepat dia mendapatkan prestasi. Padahal balik lagi ke latar belakang tiap orang, seperti: apa aja tantangan yang dihadapi? bagaimana kesempatan dan peluang yang dimiliki?dan lain sebagainya. Dengan kata lain, garis start tiap orang nggak sama. Oleh karena itu, jika kita terlalu fokus ke prestasi seseorang yang sudah terlihat, yaa orang yang berpotensi lainnya bakal tenggelam.

     Buku Hidden Potential ini bukan ngajak kita untuk berambisi besar sehingga bisa berprestasi cemerlang, tapi fokusnya ke proses nemuin potensi diri serta gimana kita bisa nikmati fase belajar itu. Secara garis besar, di buku ini Adam Grant membahas tentang:

1. Pentingnya karakter dalam self-improvement,

2.Pentingnya strategi biar tetap termotivasi,

3. Membangun Sistem yang memperluas peluang bertumbuh.

     Ngomongin yang pertama dulu, yakni karakter. Sebelumnya, kita perlu memberi batas definisi dari sifat dan karakter. Sebab keduanya berbeda. Sifat sendiri adalah sesuatu yang kita tunjukkan sehari-hari, sementara karakter adalah sesuatu yang kita gunakan untuk mempertahankan prinsip kita. Dengan kata lain, ketika kita berhadapan dengan sesuatu yang sulit, di sinilah karakter itu muncul.

     Karakter dalam proses pembelajaran penting banget, soalnya berkaitan dengan tantangan yang muncul saat belajar. Misalnya:

a. Gimana kita bisa tetep nyaman di situasi yang nggak nyaman?

b. Gimana kita mau mengakui kelemahan yang dimiliki?

c. Gimana kita bisa berani berbuat kesalahan tanpa takut di-judge?

Karena tau sendiri lah, yang namanya belajar itu nggak ada yang gampang. Tantangan seperti di atas bakal sering muncul sebagai tanda untuk bertumbuh. Masalahnya, apakah kita mau menerima tantangan tersebut dengan berani? Atau masih tetep ngasih makan ego dengan nggak mau ngakuin kelemahan?

     Karakter ini nanti juga berkaitan dengan manajemen emosi saat belajar. Gimana kita masih tetap disiplin di tengah mood yang awur-awuran? Contohnya aja prokrastinasi. Banyak orang yang melakukan prokrastinasi karena merasa "tertantang" ketika memasuki waktu akhir deadline. Sebenarnya nggak masalah kalau hasilnya bisa maksimal, kalau sebaliknya gimana?

     Dalam proses pembelajaran sendiri, kita dituntut untuk disiplin biar hasilnya maksimal. Karena dengan disiplin, otak kita bisa menerima informasi dengan teratur secara berkala. Sementara kalau pakai sistem kebut semalam, otak akan kelelahan karena harus menerima informasi banyak di waktu yang cepat.

     Jujur aja sih, aku sendiri bukan golongan yang disiplin. Oleh karena itu, ketika aku baca buku ini, ada banyak statement yang bikin aku tersinggung :'). Alhasil aku berusaha untuk mulai mengubah mindset-ku, dan bakal sering lihat statement-statement tersebut yang sebagian aku catat di buku catatan. Buat reminder gitu lahh.

     Selanjutnya yang kedua, tentang strategi biar tetap termotivasi. Dalam proses belajar, nggak ada orang yang terbebas dari fase burnout, stuck  dan capek. Sehingga, butuh istirahat biar otak ke-reset sembari melihat dari perspektif lain.

     Hal yang aku suka di bagian ini adalah ketika Adam Grant bilang: Backing up to move forward. Jadi ketika kita ngerasa stuck dan bingung mau ngapain lagi, coba berhenti sejenak, sambil lihat alternatif lain yang bisa ngasih momentum. Ibarat ketika kita nyasar masuk gang buntu, pasti hal yang dilakukan pertama adalah: balik lagi ke jalan awal, sembari nyari jalan lain kan?

     Selain itu, aku suka juga bagian yang dia bahas tentang taking detour, yakni nyari selingan lain yang beda dari apa yang dipelajari. Misalnya, saat ini aku belajar coding, maka aku nyari aktivitas atau hobi lain, yakni merajut. Fungsi kegiatan lain ini adalah untuk "ngisi bensin" lewat kemenangan kecil yang didapat dari kegiatan itu. Kalau bensinnya udah terisi, barulah kita bisa dapat momentum lagi.

     Yang ketiga adalah Membangun Sistem. Bagian ini fokusnya sudah ke lingkup kelompok sih, misalnya seperti menciptakan sistem pendidikan yang bisa maksimalin potensi siswa. Dalam hal ini Adam Grant ngambil studi kasus di Finlandia. Di antaranya, anak dididik dengan guru yang sama selama masa SD, jadi tiap naik kelas nggak ada perubahan guru. Hal ini dilakukan biar si guru bisa mengamati perkembangan anak dengan baik.

     Kemudian Adam Grant juga bahas tentang "nemuin berlian di rekruitmen kerja", jangan terlalu fokus ke pengalaman yang banyak aja. Tapi tentang gimana karakter dia buat bertahan di situasi sulit.

     Jadi dapat disimpulkan bahwa, setiap manusia selalu punya potensi. Hanya saja, belum semuanya tau tentang cara menggali dan memaksimalkannya. Kunci awalnya ada di karakter, dan buku ini beneran ngajak buat memperbaiki karakter kita lewat pembahasan bias-bias manusia yang terlanjur tertanam di mindset.

Senin, 01 Januari 2024

Mengapa Kita Perlu Menyerah? Catatan Baca dari Buku The Dip - Seth Godin

Foto Buku The Dip dari Seth Godin


      Menyerah seringkali diidentikkan dengan hal yang buruk, karena itu artinya usaha yang telah dibangun sebelumnya terasa sia-sia. Alhasil, banyak orang yang takut berhenti, meskipun mereka stuck dan nggak tau mau ngapain.

It's human nature to quit when it hurts. But it's that reflex that creates scarcity

     Buku The Dip dari Seth Godin memberikan perspektif baru terkait menyerah atau quitting, di mana menyerah bisa jadi opsi terbaik ketika dihadapkan dengan situasi yang buruk. Sebab, ketika kita memaksakan untuk melanjutkan usaha tersebut, yang terjadi, kerugian yang didapat semakin meningkat.

Contohnya gimana?

     Misalnya, Levi ingin membuka kedai teh di Kota Kediri dengan range harga per-cangkir sekitar 30 ribu - 40 ribu. Alasannya, Levi merasa bahwa harga tersebut sudah ideal dengan produk yang dibuat. Sayangnya mayoritas penduduk Kediri merasa, harga segitu termasuk mahal untuk secangkir teh, mengingat pendapatan di sana tidak terlalu tinggi. Alhasil, setelah 6 bulan buka, pelanggan yang datang tidak mampu menutup biaya operasional. Apa yang harus dilakukan Levi?

a. Tetap lanjut menuruti idealismenya.

b. Menurunkan kualitas teh agar harga yang ditawarkan sesuai dengan kemampuan warga

c. Pindah kota atau ganti produk yang dijual

     Opsi A, memiliki resiko kerugian yang terus meningkat. Sementara opsi B dan C, memberikan peluang baru, meski dapat dikatakan, 2 opsi ini artinya menyerah. Inilah yang dimaksud menyerah dalam buku The Dip.

Nah, cara memutuskan lanjut atau menyerah gimana?

     Dalam buku ini, Seth Godin memberikan gambaran 3 kurva untuk membantu pembaca, memahami situasi kapan harus menyerah. Di antaranya:

1. The Dip

Gambar Kurva The Dip dari Seth Godin

     The Dip adalah jembatan yang menghubungkan kondisi pemula dan master. Di fase ini, kita akan mengalami situasi yang bingung, bosan, dan penurunan motivasi. TAPI, di fase ini kita juga mengalami kenaikan sedikit demi sedikit. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada gambar di atas.

     Contohnya adalah ketika kita akan belajar piano. Di awal, kita merasa sangat excited dan lancar dalam belajar, soalnya yang dipelajari masih mudah (perkenalan do-re-mi, chord dasar dan memainkan musik yang mudah). Kemudian, tingkat kesulitan mengalami peningkatan, di mana kita harus belajar dinamika dan scale. Di sini, kita akan mengalami fase bosan dan bingung, karena merasa progresnya hanya sedikit peningkatannya. Tapi, kalau misal terus dilanjutkan kita bisa menjadi master.

     Pola The Dip, biasanya selalu diawali dengan motivasi untuk menjadi yang terbaik. Selama kita punya motivasi untuk itu, sudah seharusnya untuk terus dipertahankan.

2. The Cul-de-sacs


     Kurva Cul-de-sacs menggambarkan proses yang datar, tidak meningkat tapi nggak turun juga. Istilahnya dead-end yang berkelanjutan. Di situasi ini, kita bertindak seperti robot, yang hanya melakukan sesuatu karena "wajib".

     Kurva ini terjadi ketika motivasi kita terhadap sesuatu tidak terlalu jelas. Jadi hanya sekadar ingin, tanpa berniat mencari tahu lebih jauh.

3. The Cliff


     Nah, kalau The Cliff adalah kebalikan dari The Dip. Kurva ini menggambarkan situasi yang jelas-jelas merugi dan menurun, tapi kita bersikukuh untuk melanjutkan tanpa berniat redirection, sebagaimana kasus Levi di atas.

     Mungkin kita akan dibuat bingung untuk bedainnya. Oleh karena itu, kita perlu melakukan refleksi atau evaluasi kinerja, agar lebih paham, condong ke kurva mana nih yang aku lakuin?.

     Kuncinya, kalau kita sejak awal nggak terlalu excited, nggak sampai nemu kondisi Dip, dan terkesan merugi, emang harus stop. Selain itu, kita juga harus menyadari juga sebelum memulainya. Jika dari awal ambisi kita kurang kuat buat jadi yang terbaik, mending dipikir lagi. Jangan setengah-setengah.

If you're going to quit, quit before you start. Reject the system. Don't play the game you realize you can't be the best in the world.

 Demikian catatan baca tentang Buku The Dip dari Seth Godin. Semoga bisa jadi bahan refleksi kita ke depannya, dan Selamat Tahun Baru 2024!

Minggu, 31 Desember 2023

Catatan Baca: Mengenal Ichigo Ichie? Mengapa Begitu Populer di Jepang?



     Apa itu Ichigo Ichie?

      Hidup dengan fokus ke masa sekarang memang cukup sulit, apalagi bagi mereka yang sering dihadapkan dengan kecemasan masa lalu atau ketakutan masa depan. Untuk itulah ada salah satu prinsip dalam Jepang yang cukup sering digaungkan untuk menjaga "kesadaran" di masa kini, yakni Ichigo Ichie.

     Ichigo Ichie memiliki arti: one moment, one opportunity, atau bisa dibilang ajakan untuk mengajak fokus ke masa sekarang, karena kesempatan ini tidak akan berulang. Dalam buku Ichigo Ichie karya Hector Gracia dan Francesc Miralles, mereka memberikan gambaran perayaan Ichigo Ichie dalam upacara minum teh di Jepang, di mana acara ini akan mengajak pesertanya untuk mempersiapkan teh, memberikan apresiasi terhadap alat yang digunakan, serta minum teh dengan penuh penghayatan tentunya.

     Selain itu, dibuku ini juga menggambarkan perayaan Ichigo Ichie lain yakni perayaan festival bunga sakura. Nah, karena bunga sakura hanya mekar setahun sekali, penduduk Jepang harus benar-benar fokus menikmati acara ini, karena untuk melihat bunga sakura mekar, harus nunggu setahun lagi. Jadi, nikmatin sekarang, atau harus nunggu lama lagi?

     Buku ini cukup menarik ya, apalagi bagi pecinta budaya Jepang. Pada tulisan kali ini, aku ingin berbagi catatan bacaku terkait buku ini. Kalau tertarik membaca rangkumannya, bisa dibaca tulisan ini sampai selesai!

5 Poin Menarik dalam Buku Ichigo Ichie dari Hector Gracia dan Francesc Miralles

1. Filosofi Kintsugi

     Dalam huruf Jepang, Kintsugi memiliki kombinasi kanji Kin (artinya emas), dan Tsugi (memperbaiki dengan menempelkan 2 biji yang terpisah). Dalam seni Jepang, Kintsugi merujuk pada seni memperbaiki keramik yang pecah dengan mencampurkan lacquer dengan bubuk emas. Kira-kira, contohnya ada di gambar berikut:

Sumber gambar: Kintsugi Labo Japan

     Lalu, apa keterkaitannya dengan Ichigo Ichie?

     Kintsugi mengajarkan kita bahwa selalu ada keindahan di balik ketidaksempurnaan. Jadi, tentang bagaimana kita memandang sesuatu masalah. Jika kita terlalu meratapi kesedihan dengan berusaha lari dari masalah, maka yang terjadi adalah penderitaan. Sementara kalau kita berusaha untuk "menikmati" dan melangkah maju, masalah tadi bisa diubah menjadi sesuatu yang indah.

     Jadi keterkaitannya dengan Ichigo Ichie adalah, fokus menerima masalah yang dimiliki, sembari memikirkan jalan keluar yang sesuai. Karena, masalah atau musibah yang dimiliki, merupakan cara untuk "menempa" kemampuan diri menjadi versi terbaik kita.

2. Merayakan hal-hal sederhana

     Terkadang, kita merasa hari-hari yang telah dilalui terkesan biasa aja dan sering terlewatkan. Sehingga, kita sering lupa untuk bersyukur akan hal-hal baik yang telah kita punya. Ichigo Ichie mengajak kita untuk sering merayakan segala hal baik meski dengan sederhana. Karena dengan perayaan itu, kita jadi merasa bahwa hal-hal sederhana tadi sebenarnya spesial dan "hadiah" yang diberikan Tuhan kepada kita. Jadi, bisa lebih fokus untuk menikmati apa yang dimiliki sekarang.

3. Mono no Aware

     Mono no Aware memiliki arti perasaan nostalgia bercampur kesedihan karena segala sesuatu di dunia ini tidak ada yang abadi. Perasaan ini bukanlah negatif, sebab akan mengajak manusia untuk lebih terhubung dengan makna hidup. Alhasil, perasaan ini akan membawa kita ke Ichigo Ichie.

4. Zensation

     Zensation sebenarnya merujuk pada Meditasi Zazen, yakni bentuk meditasi dengan posisi duduk tegak dengan kaki bersila. Di mana tujuannya adalah memfokuskan pikiran kepada masa kini dan mengamati hal sekitar tanpa terikat dengan pikiran yang muncul.

     Hal ini berarti, kita membiarkan pikiran di otak lewat tanpa penghakiman, entah seburuk apapun pikiran itu. Dengan mengabaikan masa lalu dan masa depan sembari merasakan sensasi masa kini.

     Nah, ada 8 pelajaran penting Zen terkait Ichigo Ichie:

a. Duduklah dan rasakan apa yang sedang terjadi

b. Rasakan setiap momen seperti ini adalah saat terakhirmu

c. Hindari distraksi

d. Bebaskan diri dari segala sesuatu yang tidak penting

e. Dirimu adalah temanmu sendiri

f. Rayakan ketidaksempurnaan

g. Latih rasa welas asih

h. Lepaskan segala jenis ekspektasi

     Nah itu tadi 4 poin menarik dari buku Ichigo Ichie karya Hector Gracia dan Francesc Miralles, semoga bermanfaat. Terima kasih buat yang udah baca.

Jumat, 14 April 2023

Menelusuri Pikiran Manusia dalam Buku Crime and Punishment dari Fyodor Dostoevsky



     Crime and Punishment dari Fyodor Dostoevsky merupakan salah satu sastra Rusia terbaik dengan tema psychological thriller, yang memuat tentang peperangan batin dalam diri manusia. Tak hanya itu, nilai filosofi dan keagamaan turut menjadi bumbu yang mendukung konflik batin dari tokoh utamanya.

     Buku ini berkisah tentang mahasiswa penyendiri yang melakukan pembunuhan secara sadis, di mana kemudian dia berhasil melarikan diri tanpa jejak. Sayangnya, perasaan tidak tenang terus menghantui pikirannya hingga hal tersebut terus memengaruhi kondisi fisik dan mentalnya. Apakah dia bersedia mengakui kesalahannya dan menyerahkan diri ke polisi? Atau kah dia tetap kukuh pada pendiriannya bahwa "membunuh orang demi kebaikan umat manusia" itu diperbolehkan?

     Dengan latar di Rusia pada tahun 1800 an, Crime and Punishment mengajak kita untuk menyelami sisi lain dari jiwa, serta peperangan batin antara malaikat dan iblis dalam diri manusia. Dengan tokoh utama yang menganut paham nihilism, kita akan melihat bahwa kemiskinan dan kesenjangan sosial mampu mengubah cara pandang manusia terhadap agama dan dunia.

     Buku ini menjadi salah satu bacaan terbaikku, karena dengan tema cerita yang cukup kompleks, mampu disajikan dengan mengalir tanpa dipaksakan. Tak hanya itu, buku ini juga membuka wawasanku terhadap beberapa paham terkait kehidupan seperti nihilism atau utilitarianism. Cukup mengingatkanku pada anime Death Notes, di mana tokoh utama bercita-cita untuk menjadi Dewa Keadilan, dengan membunuh penjahat yang merugikan.

Rangkuman Buku

     Rodion Raskolnikov atau Rodya, merupakan mantan mahasiswa yang suka menyendiri di kamar kosnya. Dia berhenti kuliah karena tidak ada biaya lagi untuk membayar pendidikan. Dengan nasib yang diterimanya, dia merenung dan muncul pemikiran bahwa: hanya ada 2 orang jenis di dunia ini, orang biasa dan orang luar biasa. Dan di sini Rodya merasa bahwa dia adalah orang luar biasa, sehingga dia harus melakukan sesuatu yang besar untuk mengubah hidupnya.

     Suatu ketika, dia menerima surat dari ibunya yang berkata bahwa adiknya yang bernama Dounia akan menikah dengan seorang pria kaya, agar dia bisa membantu Rodya mencapai kesuksesan dan menyelesaikan kuliahnya. Rodya tidak rela hal ini terjadi. Alhasil dia memutuskan untuk membunuh orang yang menyusahkan orang banyak: seorang rentenir tua. Eksekusi dia lakukan dengan kapak, dan setelahnya dia mengambil beberapa barang dari rentenir tersebut.

     Keesokan harinya, Rodya yang sakit demam menerima panggilan polisi. Awalnya dia ketakutan jika kesalahannya telah diketahui oleh pihak kepolisian, tapi yang terjadi hanyalah polisi yang meminta Rodya untuk membayar denda karena terlambat membayar sewa.

     Sepulang dari kantor polisi, dia mendengar polisi sedang membahas tentang kasus pembunuhan seorang rentenir. Rodya yang ketakutan pun jatuh pingsan. Dan sekembalinya dia sadar, dia langsung mengubur barang-barang yang dia ambil dari rentenir tersebut.

     Suatu ketika, Rodya mendengar kabar bahwa kenalannya yang bernama Mermeladov meninggal. Dia pun mengunjungi kediamannya dan bertemu dengan Sonia, putri Mermeladov yang terpaksa menjadi pelacur karena harus menghidupi keluarganya. Di sana, dia pun memberikan sejumlah uang duka yang diharapkan dapat membantu keluarga mereka.

     Setelahnya, Rodya memutuskan pergi ke kantor polisi untuk suatu urusan. Di sana, dia bertemu dengan Porfiry, seorang detektif yang jeli dan suka mempermainkan psikologi lawannya. Porfiry mencurigai Rodya karena Rodya pernah menulis artikel terkait orang biasa vs orang luar biasa. Di mana, ada bagian yang menarik perhatian Porfiry terkait pemikiran Rodya, yakni: orang-orang luar biasa berhak melakukan apa yang disebut kejahatan demi keuntungan banyak orang. Di sini, Porfiry menarik kesimpulan, bahwa Rodya bisa saja melakukan kejahatan jika ia merasa itu bermanfaat untuk manusia, termasuk pembunuhan.

     Awalnya Rodya berupaya keras untuk menyembunyikan tindakannya, tapi karena tidak tahan, akhirnya dia menceritakannya kepada Sonia. Sonia meminta Rodya untuk menyerahkan diri, dan dia bersedia untuk menemani Rodya di penjara Siberia.

     Apakah Rodya akan mengaku di kepolisian? Dan apakah Rodya menyesal telah melakukan pembunuhan itu?     

Kesan dan analisis terhadap buku

     Ini adalah sastra Rusia pertama yang berhasil aku selesaikan, dan ini aku beli dari Januari 2017, tapi baru sempet dibaca dan selesai di 2023. Awalnya aku tertarik beli, karena buku ini emang terkenal bagus untuk genre thriller, tapi entah kenapa pas baca di awal malah sempet bosen.

     Hingga akhirnya, pas baca di bagian pembunuhan, mataku langsung melek. Kayak, "wah, ini nih baru mulai konfliknya". Soalnya,di bagian awal sebelum pembunuhan terjadi, masih membahas tentang perkenalan tokoh Rodya mulai dari latar belakang, masalah yang dihadapi beserta pemikir-pemikirannya. Jadi ya bagiku kelamaan, meski pas sampai tengah-tengah aku sempet buka lagi di awal-awal buat baca ulang asal mula Rodya berpikir untuk membunuh.

     Salah satu poin yang menurutku menarik dalam buku ini adalah di mana ketika Fyodor berupaya menyinggung tentang utilitarnisme dan nihilisme. Dulu sewaktu kuliah, aku sering banget denger istilah ini, terutama ketika belajar Pemikiran Politik Barat.

     Utilitarianisme sendiri merupakan teori moral yang menyatakan bahwa baik buruknya sesuatu itu berdasarkan hasil. Beberapa tokoh pemikir dari teori ini adalah Bentham dan Stuart Mill. Jadi, tindakan buruk kalau hasilnya baik, ya berarti itu baik. Inilah yang dilakukan oleh Rodya dalam novel ini. Baginya, jika dia membunuh orang yang "jahat", dia adalah pahlawan perdamaian. Sehingga di novel ini, dia tidak menyesal karena membunuh, melainkan takut kalau dianggap salah.

     Sementara nihilisme merupakan rasa pesimis berlebihan terhadap dunia ini. Baginya segala tata aturan dan nilai di sini tidak ada gunanya. Biasanya orang nihilisme cenderung tidak percaya dengan Tuhan. Dan inilah yang dirasakan Rodya. Meskipun dia berasal dari keluarga Kristen taat, tapi ketika hidup menempa dia dalam derita kemiskinan, dia merasa "kosong" dengan hidupnya.

     Tapi namanya manusia, meskipun dia menganut paham utilitarianisme dan nihilisme, bukan berarti Rodya percaya penuh dengan kebenaran paham tersebut. Ada bagian dari dalam dirinya yang mempertanyakan ulang makna paham ini, dan inilah yang menjadi sorotan novel ini: peperangan batin dalam diri manusia.

     Kemudian, muncul sosok Sonia, seorang pelacur yang membuat Rodya jatuh cinta. Sonia di sini seperti embun di sabana pencarian hidup Rodya. Rodya yang sedang mengalami perdebatan batin terhadap eksistensi Tuhan dan kebenaran moral, bertemu dengan Sonia seorang perempuan yang sangat percaya dengan kebenaran Tuhan dan Al-Kitab. Meskipun Sonia sama sekali tidak memaksa Rodya untuk ikut percaya, tapi sifat tenang dan setia dari Sonia, sedikit banyak mampu mengubah sudut pandang Rodya.

     Dapat dilihat, Rodya di sini seolah ingin menjadi Dewa untuk orang lain. Dewa yang berhak membunuh orang yang dinilai bersalah, serta dewa yang bisa menyelamatkan orang banyak dengan membunuh orang "jahat". Mirip dengan Light Yagami (Kira) di Death Notes, bukan? Meskipun di buku ini tidak ada kekuatan supranatural seperti membunuh tanpa menyentuh.

     Baik Rodya maupun Kira, pada akhirnya tidak tenang. Apalagi mereka juga dihadapkan dengan lawan yang setara. Jika Kira bertemu dengan L, seorang detektif jenius. Maka, Rodya berhadapan dengan Porfiry, detektif hebat dan berpengalaman yang bisa menerka dengan membaca tulisan dan mengamati psikis Rodya di tempat umum.

     Crime and Punishment seolah mengingatkan kembali, bahwa segala sesuatu tindakan kita, akan ada ganjarannya. Sebagaimana tindakan Rodya yang melakukan pembunuhan, meskipun dia belum ditangkap oleh polisi, hukuman psikis berupa gangguan dan ketakutan merupakan ganjaran yang dia terima. Begitu juga dengan tindakan dia di masa lalu, di mana dia pernah berbuat baik untuk sesama di masa kuliah, ternyata mampu menolong dia di masa depan.

Jumat, 07 April 2023

Review: Interpretation of Dreams dari Sigmund Freud

Tafsir Mimpi dari Sigmund Freud


Apa benar mimpi ada artinya?

     Dalam tidur biasanya kita akan mengalami suatu fenomena yang disebut "mimpi". Di mana kadang mimpi yang dialami itu terasa aneh, mustahil dan di luar nalar. Misalnya, mimpi terbang di atas gunung, atau malah mungkin mimpi menjadi kucing. 

    Interpretation of Dreams atau Tafsir Mimpi dari Sigmund Freud merupakan salah satu tulisan yang berpengaruh dalam perkembangan psikoanalisa, yakni sebuah ilmu yang digunakan untuk melakukan analisa kejiwaan/psikologis seseorang.

     Salah satu teori terkenal dari Freud adalah "bahwa tindakan manusia dipengaruhi oleh ingatan, pikiran dan keinginan bawah sadar", di mana dari teori ini kemudian kita mulai mengenal istilah id, ego dan superego, yang selanjutnya dikembangkan lagi oleh Carl Jung.

     Kembali lagi ke buku Interpretation of Dream, buku ini berisi kumpulan analisis mimpi dari pasien-pasien Freud. Salah satu argumen Freud dalam buku ini adalah bahwa mimpi merupakan pesan abstrak yang dikirimkan oleh alam bawah sadar, misalnya berupa keinginan terpendam dari dari orang tersebut

     Setelah berhasil menyelesaikan bacaan setebal 700-an halaman ini, ada beberapa hal menarik dari buku ini yang menurutku bagus untuk dijadikan "renungan pribadi". Terutama renungan yang berkaitan dengan "kejiwaan", tentang apa yang telah kita lalui, atau apa yang menjadi keinginan kita. Oleh karena itu, aku akan merangkumnya sesederhana mungkin pada artikel ini.

Rangkuman Buku Interpretation of Dreams

     Freud menyatakan bahwa mimpi yang dialami manusia memiliki makna yang dapat dianalisis. Baginya, mimpi merupakan wadah penyaluran dari emosi dan perasaan manusia yang terpendam. Seperti keinginan terhadap sesuatu, atau kecemasan yang dirasakan sebelum tidur.

     Terdapat 2 bagian mimpi, yang pertama adalah manifest content, yakni bagian mimpi yang penggambarannya dapat dilihat secara jelas. Sementara yang kedua adalah, latent content yakni bagian dari mimpi yang memiliki makna atau pesan tersembunyi dari alam bawah sadar manusia.

Lantas, bagaimana proses dari sebuah mimpi?

  • Kondensasi, yakni proses di mana "bahan" mimpi dikumpulkan. Di sini bisa berupa keinginan terpendam, memori atau emosi yang kemudian diringkas menjadi "sebuah gambar".
  • Perpindahan, yakni bahan mimpi yang mulai "diterjemahkan" ke dalam suatu fenomena mimpi. Di sini, fenomena mimpi sudah tidak terlihat ada kemiripan dengan "pikiran" manusia dari kondensasi tadi.
  • Simbolisasi, yakni hasil terjemahan mimpi yang dimunculkan lewat objek dalam mimpi. Misal, kita melihat anak berusia 8 tahun, di mana anak tersebut menggambarkan memori terpendam ketika kita berusia 8 tahun.
  • Sekunder revision, yakni fenomena aneh-aneh dalam mimpi yang terlihat masuk akal. Misalnya kita bermimpi menjadi sofa ruang tamu atau mimpi terbang.

     Adapun sumber mimpi setiap manusia bisa beragam. Akan tetapi, beberapa sumber atau bahan mimpi biasanya berasal dari hal-hal berikut:

1. Peristiwa yang baru saja dialami

2. Pengalaman atau memori pada masa anak-anak

3. Akibat rangsangan internal tubuh, seperti sakit perut.

4. Keinginan terpendam

5. Proyeksi dari kondisi mental manusia, misal sedang mengalami gangguan kecemasan atau ketakutan berlebih terhadap sesuatu.

     Interpretasi mimpi biasanya digunakan oleh para psikonalis untuk mencari tahu kondisi kejiwaan seseorang. Sebagaimana dalam buku Freud ini, kita akan disuguhkan dengan berbagai fenomena analisis mimpi dari pasien-pasien Freud, yang kemudian dia tarik ke kesimpulan-kesimpulan tertentu. Misal, pasien A memiliki masalah pada inner child akibat pengalamannya di masa kecil yang "belum selesai". Atau pasien B yang dalam mimpinya mengalami "terbang lalu jatuh", kemungkinan punya gangguan kecemasan terhadap fenomena yang sedang dihadapi di dunia nyata.

     Yang perlu diingat, analisis mimpi hanya bisa dilakukan oleh ahli yang sudah memiliki jam terbang tinggi. Hanya saja, tidak ada salahnya kalau manusia awam melakukan "pencatatan" terkait mimpinya untuk mencari "benang merah" terkait kondisi kejiwaannya. Dengan syarat, mimpi harus segera ditulis begitu kita terbangun. Sebab, mimpi itu mudah terlupakan. Alhasil, hal tersebut perlu dilakukan untuk menjaga "keaslian" dari mimpi kita.

Opini terhadap buku

     Isi buku ini dapat dikatakan berat untukku sebagai orang awam, seberat bukunya yang tebalnya mencapai 700-an lebih. Bahasa yang digunakan Freud di sini cukup klinis, alhasil aku harus mencari tau beberapa arti kata yang cukup untuk memahami ide yang disampaikan Freud.

     Buku ini tidak terlalu menyampaikan pesan secara harfiah, misalnya: mimpi adalah ini, atau sumber mimpi adalah itu. Jadi, Freud menuliskan banyak "cerita" ke sana-kemari, mulai dari pengalamannya atau mungkin analisis mimpi pasien-pasiennya, yang kemudian kita sebagai pembaca mencoba untuk menarik "maksud" yang ingin disampaikan.

     Terkait relevansi buku ini, menurutku isi bukunya sudah tidak terlalu relevan secara "konten" yang berupa hasil analisis mimpi Freud terhadap pasiennya. Sebab, ilmu pengetahuan, khususnya kejiwaan sudah berkembang hingga saat ini. Apalagi Freud menulis buku ini di tahun 1899 yang sudah berlalu lebih dari 100 tahun lalu.

     Meskipun secara "konten" buku ini sudah tidak relevan, yang perlu digarisbawahi adalah berkat buku Interpretation of Dream dari Sigmund Freud ini, ilmu psikoanalisa berkembang seperti saat ini. Berkat rasa penasaran Freud untuk mengulik kejiwaan manusia lewat mimpi, beberapa ilmuan kemudian mencoba menelusuri kejiwaan dengan faktor lain. Makanya, Freud sering disebut Bapak Psikoanalisa.

     Jadi, ketika baca buku ini, sebenarnya yang kita lihat adalah tentang bagaimana seorang ahli kejiwaan semacam Freud menggali kejiwaan pasiennya. Sedikit banyak kita jadi tahu lah, bagaimana seorang psikiater bekerja.

     Kesimpulannya, buku ini bagus untuk dijadikan referensi terkait "bagaimana proses psikoanalisa terjadi". Atau untuk memahami sejarah psikoanalisa itu sendiri, khususnya bagi orang-orang yang menuntut ilmu di bidang psikologi atau kejiwaan manusia.

Rabu, 29 Maret 2023

Memaksimalkan Aktivitas Teknologi dengan Digital Minimalism

Catatan Baca Digital Minimalism dari Cal Newport


      Bicara mengenai pengelolaan aktivitas digital, salah satu referensi yang menarik untuk dibaca adalah buku Digital Minimalism karya Cal Newport. Buku ini membahas tentang pentingnya mengelola aktivitas digital kita. Jika kita mengenal Marie Kondo sebagai sosok yang mengajarkan kita tentang declutering barang di rumah. Di sini Cal Newport berupaya mengenalkan kita dengan declutering digital dalam kehidupan sehari-hari kita.

     Mengapa harus digital minimalism?

Dalam bukunya yang berjudul Deep Work, Cal Newport pernah memaparkan bahwa salah satu distraksi terbesar manusia dalam menjalankan deep work adalah banyaknya penggunaan alat digital yang tidak perlu. Misalnya, ketika jam kerja, kita tergoda untuk membuka instagram, lalu scroll secara mindlessly hingga tidak terasa waktu udah berlalu cepat.

    Lalu, apakah kita harus sepenuhnya lepas dengan alat-alat digital?

Tujuan buku ini bukanlah memaksa kita untuk melepas penggunaan alat-alat digital, seperti Instagram atau Spotify, dan semacamnya. Karena sebagaimana yang kita tahu, di era digital seperti saat ini, pekerjaan-pekerjaan digital semacam digital marketing semakin membumi. Dan tentu saja, orang-orang yang bekerja di bidang tersebut tidak sepenuhnya bisa lepas. Oleh karena itu, buku ini menawarkan tentang:

Bagaimana kita bisa memaksimalkan penggunaan aplikasi digital yang minimal?

Dan pada artikel ini, aku ingin membagikan beberapa catatan baca dari buku Digital Minimalis karya Cal Newport. Menurutku pribadi, ada banyak hal-hal yang menarik dan layak untuk dicoba, terutama jika sering capek dengan alat-alat digital yang ada.

Rangkuman Buku Digital Minimalism

     Gencarnya pertumbuhan media sosial diawali dengan kemunculan Facebook di tahun 2009. Di mana saat itu, banyak orang penasaran dengan adanya jejaring yang mampu menghubungkan manusia yang beda tempat di belahan dunia.

     Tujuannya mungkin saat itu adalah sebagai sarana komunikasi, di mana orang-orang bisa tetap terhubung dan berkenalan meskipun di dunia nyata tempat mereka berjarak. Akan tetapi, semakin bertambahnya media sosial lain seperti Twitter, Instagram yang mungkin punya tujuan serupa, nyatanya malah memengaruhi seseorang hingga dalam kondisi: kecanduan. 

     Tak hanya aplikasi jenis media sosial, aplikasi khusus games, musik atau bahkan edit foto, nyatanya berhasil membuat banyak orang lupa waktu, karena secara tak sadar, mereka sering membuka-tutup aplikasi-aplikasi tersebut secara mindlessly. Dampak lain dari banyaknya aplikasi yang beredar, ternyata cukup membuat orang merasa terdistraksi, anxiety dan sering lelah tanpa sebab.

     Oleh karena itu, penting bagi manusia untuk mulai menata aplikasi yang digunakan dengan penerapan Digital Minimalism pada kehidupan mereka. Perlu diketahui, digital mnimalism di sini bukan melarang seseorang untuk menggunakan aplikasi-aplikasi tersebut. Melainkan untuk bijak dalam memanfaatkan teknologi yang sebelumnya memiliki tujuan baik.

     Jadi, sebelum melangkah lebih jauh, Digital Minimalism memiliki beberapa 3 prinsip utama, di antaranya:

  1. Ketidakteraturan aplikasi yang dimiliki berharga mahal. Maksudnya, ketika kita mengkonsumsi banyak aplikasi secara acak tanpa tujuan, banyak hal yang akan kita korbankan, seperti energi, waktu dan fokus kita.
  2. Memaksimalkan sesuatu yang dimiliki. Dalam artian, pasang aplikasi seperlunya, yakni aplikasi yang dinilai mampu menambah "value diri".
  3. Sesuaikan dengan tujuan. Sebelum memasang sebuah aplikasi, sesuaikan dengan pekerjaan dan tujuan yang ingin dicapai. Misal, kamu adalah seorang Social Media Specialist, berarti aplikasi yang sesuai dengan tujuan dan pekerjaanmu adalah beberapa jenis media sosial tertentu.

Sebagaimana dengan prinsip tersebut, poin pentingnya adalah gunakan aplikasi yang mendukung hidup kita. Karena setiap orang punya hidup yang berbeda, tentu saja keperluan akan aplikasi mereka juga pasti berbeda. Oleh karena itu, terkait Digital Minimalism, Cal Newport memaparkan 3 langkah penting dalam menjalankan "program" ini, yakni:

1. Definisikan kehidupan teknologimu

     Karena setiap orang memiliki pekerjaan dan kepentingan yang berbeda-beda, tentu saja mendefinisikan kehidupan teknologi ini merupakan langkah penting. Semisal, seseorang yang bekerja di bagian digital marketing, tentu akan berbeda dengan mereka yang bekerja di data analyst.

     Atau sebagai contoh, Fakhri adalah seorang Data Analyst di sebuah start up unicorn. Dengan banyaknya tools analisis yang beredar, perusahaan Fakhri ternyata hanya menggunakan SQL dan Tableau sebagai tools utama di pekerjaan mereka. Selain itu, kantor Fakhri ternyata meminta karyawannya untuk branding lewat media sosial Instagram. Oleh karena itu yang diperlukan Fakhri saat ini berarti hanya aplikasi: Instagram, Tableau dan SQL (entah di smartphone ataupun laptop dia). Sehingga aplikasi di luar itu, untuk sementara ini "dihentikan" dulu.

2. "Puasa" aplikasi yang tidak diperlukan selama 30 hari

     Sebagaimana kasus Fakhri di atas, untuk menerapkan Digital Minimalism, Fakhri harus menghentikan penggunaan aplikasi di luar Instagram, Tableau dan SQL terlebih dahulu. Entah itu Twitter, Netflix dan semacamnya (kecuali aplikasi penunjang seperti m-banking dan Whatsapp).

3. Kenalkan kembali aplikasi yang sempat "dihentikan" penggunaannya

     Selama 30 hari tidak "menyentuh" aplikasi yang tidak diperlukan, coba kenalkan kembali, dan rasakan, apakah kita masih butuh aplikasi ini? Jika tidak dan merasa lebih "enteng", itu berarti tujuan digital minimalism telah berhasil.

Lantas, apa hiburan kita apabila kita "menghentikan" aplikasi non penunjang?

     Kalau biasanya kita mengisi waktu luang kita dengan scroll aplikasi di gadget kita, di masa "puasa" digital ini, coba isi dengan kegiatan yang bersifat "nyata", seperti membaca buku, olahraga, belajar alat musik atau kegiatan serupa lainnya.

     Inti dari Digital Minimalism ini adalah memaksimalkan aplikasi yang diperlukan, dengan tujuan untuk melatih fokus kita yang sering terkena distraksi akibat penggunaan aplikasi secara berlebih.

     Demikian Catatan Baca dariku tentang Buku Digital Minimalism dari Cal Newport. Semoga berguna buat pembaca! Terima kasih bagi yang sudah baca hingga selesai.

Jumat, 24 Maret 2023

Sering Males di Pagi Hari? Coba Baca Metode 20/20/20 dari The 5 AM Club ini!

Rangkuman Buku 5 am Club dari Robin Sharma



      Banyak yang bilang, "bangun pagi, banyak rezeki". Soalnya, ketika di pagi hari, energi manusia masih melimpah setelah menjalani tidur di malam hari. Tapi bagi aku sendiri, kadang rasanya sulit buat bisa bugar di pagi hari. Sehabis bangun buat shalat subuh, biasanya mood selalu pengen males-malesan. Badan rasanya capek dan "nyawa belum sepenuhnya ngumpul".

     Akhirnya, aku mulai bertanya-tanya, gimana supaya pas bangun pagi, badan bisa merasa lebih fresh dan "melek"?

    Akhirnya, setelah hunting buku ke sana kemari, ketemulah dengan buku The 5AM Club dari Robin Sharma ini. Setelah baca sinopsis dan ulasan dari orang-orang, aku tertarik buat menelusuri lebih jauh terkait tips-tips yang dibagikannya di buku ini. Dan, di postingan inilah aku ingin membagikan beberapa poin pentingnya, sekaligus sebagai Catatan Digital yang mungkin bisa berguna buat kamu yang akhirnya berkunjung ke blog ini.


Rangkuman Buku The 5 AM Club

     Buku ini cukup beda dengan buku pengembangan diri pada umumnya. Sebab, buku ini dikemas secara fiksi dengan beberapa tokoh di dalamnya, di antaranya: Riley Stone, Sang Seniman, Sang Pengusaha dan Sang Pemikat. Riley Stone sendiri adalah mentor yang mengajarkan ke "murid-muridnya" tentang manfaat bangun pagi dalam menggapai kesuksesan.

     Meskipun buku ini membahas tentang "ritual pagi", buku ini terlebih dahulu membahas tentang hal penting yang perlu disoroti, yakni kegiatan kita dalam melakukan persiapan tidur. Sebab, kualitas tidur kita akan sangat berpengaruh dengan mood setelah bangun. Oleh karena itu, di sini Robin Sharma "bercerita" tentang ritual sebelum tidur buat dilakuin dulu. Di antaranya:

  1. Hindari bermain gadget 1 jam sebelum tidur
  2. Makan malam di awal waktu
  3. Melakukan meditasi dan kegiatan menenangkan seperti membaca buku atau mendengar podcast.

     Intinya, ketika manusia berhasil mendapatkan kualitas tidur terbaik, pas bangun rasanya bakal lebih bugar dan "enteng" badannya. Oleh karena itu, penting untuk melakukan aktivitas yang mendukung peningkatan kualitas tidur.

     Setelah bangun tidur, barulah aktivitas pagi dimulai. Dan demi mendapatkan kondisi flow dalam keseharian kita, perlu adanya fondasi yang mengawali keseharian kita. Di sini Robin Sharma menuliskan tentang metode 20/20/20, di mana metode ini merupakan garis besar atau poin penting yang disoroti dari buku ini.

Wah, apa itu metode 20/20/20?

     Metode 20/20/20 merupakan pembagian waktu dari 60 menit (1 jam pertama ketika bangun pagi), di mana kita diajak buat melakukan kegiatan di setiap 20 menit. Nah, tiap 20 menit ini ada penggolongannya, di antaranya:

  • 20 menit untuk bergerak (05.00 - 05.20)
  • 20 menit untuk merenung (05.20 - 05.40)
  • 20 menit untuk bertumbuh (05.40 - 06.00)

     Setiap kegiatan yang ada di tiap-tiap rentang waktu itu sebenarnya ada tujuannya. Untuk lebih jelasnya, aku bikin tabel yang memuat contoh aktivitas, alasan dan manfaatnya. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat di tabel berikut:

Formula 20/20/20 dalam Buku 5 am club

     Jadi secara garis besar, setelah bangun tidur kita diminta untuk melakukan "pemanasan" dari segala aspek tubuh kita. Dimulai dari pemanasan fisik berupa olahraga ringan, yang bertujuan supaya otot mulai menyesuaikan diri dengan kegiatan hari itu (tidak lemes terus ngantuk).

     Kemudian pemanasan batin, berupa menulis jurnal, meditasi atau kalau muslim ya shalat subuh (dengan khusyuk). Di mana hal tersebut bertujuan untuk "menenangkan" isi pikiran (supaya mood lebih baik karena pikiran tidak terlalu berisik).

     Selanjutnya adalah pemanasan otak, dengan kegiatan mendengar podcast atau membaca. Di mana otak yang setelah bangun tidur terasa "lambat", dipanaskan dengan kegiatan ringan yang mampu memancing kinerja otak.

     Intinya, kegiatan dari metode 20/20/20 ini bebas mau diisi dengan apa. Asalkan aspek pemanasan dari fisik, batin dan otak terpenuhi. Oleh karena itu, bagi yang sering merasa males-malesan di pagi hari, barangkali bukan karena kita yang males, bisa jadi tubuh kita yang perlu "dipanaskan" setelah istirahat semalaman.

Sabtu, 11 Maret 2023

Catatan Baca: The Power of Now dari Eckhart Tolle

Quote Buku The Power of Now

      Sering susah mindfulness karena selalu kepikiran masa lalu atau masa depan nggak? Sama, aku juga gitu. Misalnya ketika aku lagi baca buku, niatnya pengen fokus, eh tiba-tiba ada "trigger" yang bikin kepikiran masa lalu dan masa depan. Alhasil, untuk beberapa saat, pikiranku jadi melayang ke mana-mana.

     Sudah ada banyak buku tentang mindfulness, tapi sebagian dari mereka lebih fokus ke "caranya", yakni latihan meditasi. Nah, tapi ada yang sadar nggak sih, sebenarnya sumber masalah: "kenapa kita susah fokus?" ini ada di mana?

Rabu, 08 Maret 2023

Hygge, Sebuah Gaya Hidup Cozy ala Denmark

Gaya Hidup Hygge




      Kalau Jepang punya Ikigai, Denmark punya Hygge. Emang apa sih Hygge itu?

     Hygge adalah istilah yang menggambarkan "obsesi" orang Denmark dalam mencapai kehidupan yang nyaman (cozy). Cozy di sini merujuk pada keadaan yang hangat, atmosfer yang menenangkan, serta kebersamaan dengan orang-orang terkasih. Singkatnya Hygge adalah seni hidup nyaman dan meaningful.

Jumat, 17 Februari 2023

Catatan Baca: Building a Second Brain dari Tiago Forte

      Mengingat informasi sebanyak mungkin merupakan impian orang-orang yang suka belajar. Sayangnya, otak manusia tidak selalu mampu menampung semua informasi tersebut. Alhasil, perlu adanya "Otak Kedua" sebagai alat menyimpan informasi yang selalu bertambah itu.

     Dalam bukunya, Building Second Brain, Tiago Forte menuliskan tentang metode menyimpan informasi pada otak kedua kita. Pada kali ini aku akan menuliskan beberapa poin penting yang menurutku menarik.

Selasa, 14 Februari 2023

Catatan Baca: Book of Marriage dari Gyta Sartika

 Bukan karena kurangnya cinta, tapi kurangnya persahabatan yang membuat pernikahan tidak bahagia - Friederich Nietzsche

     "Selamat menempuh hidup baru!" dalam pesta pernikahan merupakan ucapan untuk pasangan yang akan memulai hidup baru sebagai kesatuan. Jika sebelumnya mereka hidup dengan prinsipnya masing-masing, ketika menikah mereka harus mulai menurunkan ego dan menyelaraskan prinsip yang tidak selalu sama.

Senin, 13 Februari 2023

Review Buku: Menjadi dari Afutami

    Secara umum, dalam otak manusia terbagi menjadi 2 sistem. Sistem 1 adalah sistem otomatis yang mencakup insting dan pikiran bawah sadar. Sementara sistem 2 bersifat manual yang harus "diotak atik" demi mendapatkan hasil maksimal.

   Masih bingung?

     Kalau diibaratkan kamera, sistem 1 otak merupakan kamera otomatis, yang merupakan setelan default dari sananya. Jadi ketika kita ingin mengambil gambar, kita tinggal "cekrek" dan jadilah foto itu.

Selasa, 31 Januari 2023

Memaknai Cinta Lewat Buku The Art of Loving dari Erich Fromm

      Kamu lebih suka dicintai atau mencintai?

     Banyak orang yang cenderung fokus pada "objek" cinta ketimbang "kemampuan" dalam cinta itu sendiri. Bahkan tak sedikit dari kita yang terlalu lama mencari "orang" untuk menjadi "objek" cinta kita (mencintai). Atau sebaliknya, berusaha "menjadi" seseorang yang bisa "dicintai" banyak orang.

     Semisal untuk perempuan, mereka berlomba-lomba untuk mengikuti standar kecantikan dunia, supaya banyak orang yang tertarik kemudian cinta kepadanya. Dan untuk laki-laki, yang berusaha menjadi golongan yang mapan dan gagah, demi menarik orang-orang agar cinta ke mereka.

Jumat, 18 November 2022

Review Buku: Freeter Membeli Rumah dari Arikawa Hiro

     Rumah adalah salah satu kebutuhan primer manusia. Tempat untuk berteduh dan beristirahat dari kehidupan luar yang melelahkan. Yah, rasanya memiliki tempat tinggal yang layak, tentu merupakan impian sebagian besar manusia. Akan tetapi yang menjadi pertanyaan,

"Bagaimana cara membeli rumah kalau belum punya pekerjaan tetap?"

Rabu, 16 November 2022

Sering Nggak PD dengan Diri Sendiri? Coba deh Baca Buku dari Febriawan Jauhari ini!

     
    "Otak macam aku mana bisa sekolah ke ITB"
    "Kayaknya nggak mungkin deh aku bisa kerja di KAP Big 4"
    "Skill pas-pasan gini mana mungkin bisa menang lomba gambar?"

Yakin deh, pasti banyak di antara kalian yang sering mikir hal serupa. Entah itu ragu buat masuk di perusahaan impian, atau takut buat bermimpi untuk berhasil di suatu bidang.

     Tolak ukur yang diciptakan masyarakat terkadang memang sering menganggu pikiran untuk mencapai suatu keberhasilan. Misalnya, kalau mau masuk S-2 Oxford, minimal harus lulus sarjana dari PTN top 3", atau kalau mau lolos PCPM BI, minimal lulusan PTN lah". Alhasil banyak yang akhirnya mundur karena udah takut duluan dengan standar umum yang diciptakan masyarakat.

Jumat, 21 Oktober 2022

Reformasi Jepang dalam Buku Seikatsu Kaizen dari Susy Ong



     Bagi Japan enthusiast, pasti sudah pada tau kalau Jepang mulai menjadi negara yang maju pasca Restorasi Meiji, yakni sebuah reformasi besar-besaran yang memengaruhi kemajuan Jepang di beberapa aspek hingga saat ini.

     Selain itu, pasti banyak yang tau kalau Jepang adalah pihak yang kalah di Perang Dunia II, di mana, salah satunya disebabkan oleh bom atom yang menimpa 2 kotanya.

Kamis, 20 Oktober 2022

Catatan Baca: Isi Buku Diri yang Tak Ditemukan dari Carl G. Jung



     Diri yang Tak Ditemukan (The Undiscovered Self) dari Carl Gustav Jung adalah salah satu esai yang ditulisnya terkait hubungan masyarakat, lingkungan diktator terhadap karakter individu manusia. Di mana di sini dia berusaha menekankan pentingnya memahami diri sendiri secara individu, agar tidak kehilangan jati dirinya.

Kamis, 29 September 2022

Inilah 6 Poin Penting yang Perlu Kamu Tahu dari Buku Think Again - Adam Grant



     Apakah kamu tahu bahwa kamu sebenarnya tidak tahu?

     Ilmu pengetahuan selalu berkembang. Namun sayangnya, tidak semua perkembangan pengetahuan baru bisa langsung kita terima, mengingat kepercayaan kita terhadap pengetahuan terdahulu masih tergolong kuat.

     Sebagai contoh, ketika Pluto dinyatakan keluar dari golongan planet dalam tata surya kita. Di saat itu, pro kontra terkait pernyataan tersebut tergolong ramai. Golongan yang setuju menyatakan, bahwa secara kekuatan gravitasi, Pluto memang tidak sesuai. Sementara yang kontra, beranggapan bahwa Pluto memiliki beberapa sifat seperti beberapa planet di tata surya kita.

     Terlepas dari perdebatan tersebut, kita pasti juga pernah mengalami kejadian serupa dengan orang-orang di lingkungan kita. Yakni berdebat tentang suatu topik. Tak jarang dari perdebatan tersebut, akan ada pihak yang bebal, keras kepala dengan argumennya, atau merasa paling benar. Padahal setelah dipikir-pikir, argumen pihak tersebut kurang valid.

Senin, 19 September 2022

Review Buku: Quantum Ikhlas dari Erbe Sentanu



      Kunci kebahagiaan adalah rasa penuh syukur dan ikhlas, yang sayangnya sangat sulit untuk dilakukan bagi banyak orang. Khususnya bagi mereka yang sedang dilanda banyak masalah hidup.

Ya gimana lagi mau bersyukur. Memangnya, apa yang mau disyukuri dari sebuah musibah?

     Selain itu, seringkali kita merasa doa-doa kita seakan tidak didengar oleh Allah. Padahal saat itu kondisi kita lagi parah-parahnya. Sehingga, ketika mencoba berprasangka baik pun rasanya susah banget. Pikiran yang semakin buruk, biasanya semakin bertambah buruk.

     Tapi, tak banyak yang menyadari bahwa sumber masalah yang sering terjadi ke kita, atau sumber kesialan yang terjadi apapun itu, sebenarnya berasal dari pikiran kita sendiri. Semisal, ketika kita sering berpikir buruk, maka akan banyak hal buruk yang datang menimpa kita. Begitu juga ketika merasa hati tenang dan positif, biasanya akan banyak hal baik yang akan terjadi.