Tampilkan postingan dengan label Psikologi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Psikologi. Tampilkan semua postingan

Jumat, 07 April 2023

Review: Interpretation of Dreams dari Sigmund Freud

Tafsir Mimpi dari Sigmund Freud


Apa benar mimpi ada artinya?

     Dalam tidur biasanya kita akan mengalami suatu fenomena yang disebut "mimpi". Di mana kadang mimpi yang dialami itu terasa aneh, mustahil dan di luar nalar. Misalnya, mimpi terbang di atas gunung, atau malah mungkin mimpi menjadi kucing. 

    Interpretation of Dreams atau Tafsir Mimpi dari Sigmund Freud merupakan salah satu tulisan yang berpengaruh dalam perkembangan psikoanalisa, yakni sebuah ilmu yang digunakan untuk melakukan analisa kejiwaan/psikologis seseorang.

     Salah satu teori terkenal dari Freud adalah "bahwa tindakan manusia dipengaruhi oleh ingatan, pikiran dan keinginan bawah sadar", di mana dari teori ini kemudian kita mulai mengenal istilah id, ego dan superego, yang selanjutnya dikembangkan lagi oleh Carl Jung.

     Kembali lagi ke buku Interpretation of Dream, buku ini berisi kumpulan analisis mimpi dari pasien-pasien Freud. Salah satu argumen Freud dalam buku ini adalah bahwa mimpi merupakan pesan abstrak yang dikirimkan oleh alam bawah sadar, misalnya berupa keinginan terpendam dari dari orang tersebut

     Setelah berhasil menyelesaikan bacaan setebal 700-an halaman ini, ada beberapa hal menarik dari buku ini yang menurutku bagus untuk dijadikan "renungan pribadi". Terutama renungan yang berkaitan dengan "kejiwaan", tentang apa yang telah kita lalui, atau apa yang menjadi keinginan kita. Oleh karena itu, aku akan merangkumnya sesederhana mungkin pada artikel ini.

Rangkuman Buku Interpretation of Dreams

     Freud menyatakan bahwa mimpi yang dialami manusia memiliki makna yang dapat dianalisis. Baginya, mimpi merupakan wadah penyaluran dari emosi dan perasaan manusia yang terpendam. Seperti keinginan terhadap sesuatu, atau kecemasan yang dirasakan sebelum tidur.

     Terdapat 2 bagian mimpi, yang pertama adalah manifest content, yakni bagian mimpi yang penggambarannya dapat dilihat secara jelas. Sementara yang kedua adalah, latent content yakni bagian dari mimpi yang memiliki makna atau pesan tersembunyi dari alam bawah sadar manusia.

Lantas, bagaimana proses dari sebuah mimpi?

  • Kondensasi, yakni proses di mana "bahan" mimpi dikumpulkan. Di sini bisa berupa keinginan terpendam, memori atau emosi yang kemudian diringkas menjadi "sebuah gambar".
  • Perpindahan, yakni bahan mimpi yang mulai "diterjemahkan" ke dalam suatu fenomena mimpi. Di sini, fenomena mimpi sudah tidak terlihat ada kemiripan dengan "pikiran" manusia dari kondensasi tadi.
  • Simbolisasi, yakni hasil terjemahan mimpi yang dimunculkan lewat objek dalam mimpi. Misal, kita melihat anak berusia 8 tahun, di mana anak tersebut menggambarkan memori terpendam ketika kita berusia 8 tahun.
  • Sekunder revision, yakni fenomena aneh-aneh dalam mimpi yang terlihat masuk akal. Misalnya kita bermimpi menjadi sofa ruang tamu atau mimpi terbang.

     Adapun sumber mimpi setiap manusia bisa beragam. Akan tetapi, beberapa sumber atau bahan mimpi biasanya berasal dari hal-hal berikut:

1. Peristiwa yang baru saja dialami

2. Pengalaman atau memori pada masa anak-anak

3. Akibat rangsangan internal tubuh, seperti sakit perut.

4. Keinginan terpendam

5. Proyeksi dari kondisi mental manusia, misal sedang mengalami gangguan kecemasan atau ketakutan berlebih terhadap sesuatu.

     Interpretasi mimpi biasanya digunakan oleh para psikonalis untuk mencari tahu kondisi kejiwaan seseorang. Sebagaimana dalam buku Freud ini, kita akan disuguhkan dengan berbagai fenomena analisis mimpi dari pasien-pasien Freud, yang kemudian dia tarik ke kesimpulan-kesimpulan tertentu. Misal, pasien A memiliki masalah pada inner child akibat pengalamannya di masa kecil yang "belum selesai". Atau pasien B yang dalam mimpinya mengalami "terbang lalu jatuh", kemungkinan punya gangguan kecemasan terhadap fenomena yang sedang dihadapi di dunia nyata.

     Yang perlu diingat, analisis mimpi hanya bisa dilakukan oleh ahli yang sudah memiliki jam terbang tinggi. Hanya saja, tidak ada salahnya kalau manusia awam melakukan "pencatatan" terkait mimpinya untuk mencari "benang merah" terkait kondisi kejiwaannya. Dengan syarat, mimpi harus segera ditulis begitu kita terbangun. Sebab, mimpi itu mudah terlupakan. Alhasil, hal tersebut perlu dilakukan untuk menjaga "keaslian" dari mimpi kita.

Opini terhadap buku

     Isi buku ini dapat dikatakan berat untukku sebagai orang awam, seberat bukunya yang tebalnya mencapai 700-an lebih. Bahasa yang digunakan Freud di sini cukup klinis, alhasil aku harus mencari tau beberapa arti kata yang cukup untuk memahami ide yang disampaikan Freud.

     Buku ini tidak terlalu menyampaikan pesan secara harfiah, misalnya: mimpi adalah ini, atau sumber mimpi adalah itu. Jadi, Freud menuliskan banyak "cerita" ke sana-kemari, mulai dari pengalamannya atau mungkin analisis mimpi pasien-pasiennya, yang kemudian kita sebagai pembaca mencoba untuk menarik "maksud" yang ingin disampaikan.

     Terkait relevansi buku ini, menurutku isi bukunya sudah tidak terlalu relevan secara "konten" yang berupa hasil analisis mimpi Freud terhadap pasiennya. Sebab, ilmu pengetahuan, khususnya kejiwaan sudah berkembang hingga saat ini. Apalagi Freud menulis buku ini di tahun 1899 yang sudah berlalu lebih dari 100 tahun lalu.

     Meskipun secara "konten" buku ini sudah tidak relevan, yang perlu digarisbawahi adalah berkat buku Interpretation of Dream dari Sigmund Freud ini, ilmu psikoanalisa berkembang seperti saat ini. Berkat rasa penasaran Freud untuk mengulik kejiwaan manusia lewat mimpi, beberapa ilmuan kemudian mencoba menelusuri kejiwaan dengan faktor lain. Makanya, Freud sering disebut Bapak Psikoanalisa.

     Jadi, ketika baca buku ini, sebenarnya yang kita lihat adalah tentang bagaimana seorang ahli kejiwaan semacam Freud menggali kejiwaan pasiennya. Sedikit banyak kita jadi tahu lah, bagaimana seorang psikiater bekerja.

     Kesimpulannya, buku ini bagus untuk dijadikan referensi terkait "bagaimana proses psikoanalisa terjadi". Atau untuk memahami sejarah psikoanalisa itu sendiri, khususnya bagi orang-orang yang menuntut ilmu di bidang psikologi atau kejiwaan manusia.

Kamis, 20 Oktober 2022

Catatan Baca: Isi Buku Diri yang Tak Ditemukan dari Carl G. Jung



     Diri yang Tak Ditemukan (The Undiscovered Self) dari Carl Gustav Jung adalah salah satu esai yang ditulisnya terkait hubungan masyarakat, lingkungan diktator terhadap karakter individu manusia. Di mana di sini dia berusaha menekankan pentingnya memahami diri sendiri secara individu, agar tidak kehilangan jati dirinya.

Sabtu, 08 Oktober 2022

Position Stacking (Shadow) Cognitive Function dalam MBTI (bagian 2)



     Setelah beberapa waktu lalu aku menulis tentang position stacking utama seperti dominan, auxiliary, tertiary, dan inferior, kali ini aku ingin menulis terkait shadow stacking, yakni bayangan dari posisi sebelumnya. Kalau belum membaca, bisa klik link di bawah ini ya!


     Sebagaimana yang pernah Jung bilang, bahwa manusia itu memiliki persona, ego dan bayangan (shadow), di mana persona adalah identitas kita terhadap dunia, ego adalah pusat kesadaran dan kontrol kita, dan bayangan adalah sifat yang berlawanan dari persona.

     Nah, dalam tulisan ini, aku ingin menulis beberapa fungsi kognitif bayangan dalam diri manusia. Biasanya, ini akan muncul ketika seseorang mengalami permasalahan terkait fungsi dominannya, sehingga mereka mengalami stres dan tertekan. Sisi fungsi kognitif bayangan ini adalah sisi yang disembunyikan manusia, karena mereka menganggap sisi ini adalah kelemahan dan sisi kegelapan mereka. Apa saja sih?

Rabu, 28 September 2022

Mengenal Binaural Beats, Musik untuk Bikin Pintar?



      Pernah dengar istilah music is my life?

     Dewasa ini, musik memang seringkali menemani banyak orang dalam menjalani hari-hari mereka. Setiap jenis musik pun punya peran mereka tersendiri.

     Sebagai contoh, ketika akan melakukan kegiatan produktif dan fokus belajar, orang-orang akan mendengarkan musik lo-fi. Kemudian, ketika akan tidur, mereka akan mendengarkan musik piano untuk menenangkan pikiran setelah hari yang panjang. Dengan segala kemudahan akses lewat platform musik, semakin banyak pula musik-musik yang menjadi koleksi mereka.

Selasa, 27 September 2022

Position Stacking Cognitive Function dalam MBTI (Bagian 1)



      Setelah beberapa waktu lalu aku menuliskan tentang cognitive function. Kali ini aku akan menulis tentang Stacking dalam fungsi kognitif.


     Apa sih position stacking itu?

     Sebelum memasuki pembahasan lebih lanjut, ada baiknya kita mengetahui tentang pengertian position stacking. Jadi singkatnya, position stacking adalah letak tiap-tiap fungsi kognitif yang menyusun setiap tipe MBTI. Misalnya, untuk tipe MBTI INFJ, mereka memiliki fungsi menonjol Ni. Sementara untuk fungsi Se-nya, mereka tidak terlalu menonjol.

     Memang, apa pentingnya memahami position stacking MBTI?

     Hal ini dikarenakan, setiap fungsi kognitif memiliki peran yang berbeda. Sebagai contoh, MBTI ENTP dan ISTJ sama-sama memiliki fungsi kognitif Ne. Akan tetapi, peran Ne di antara 2 tipe MBTI tersebut berbeda. Sebab, letaknya berbeda. Di mana, Ne pada ENTP merupakan fungsi dominan. Sementara Ne pada ISTJ merupakan fungsi inferior.

     Dengan perbedaan letak keduanya ini, tentu saja mampu menciptakan karakter yang berbeda. Sebagai contoh, fungsi Ne pada ENTP menjadikan mereka suka mengeksplore berbagai cara, spontan, penuh ide dan fleksibel.

     Sementara fungsi Ne pada ISTJ mampu menjadikan mereka lebih suka "saklek" pada satu cara, sebab mereka enggan tenggelam dalam lautan ketidak pastian.

     Sungguh berbeda, bukan? kok bisa?

     Singkatnya, hal ini disebabkan karena tiap fungsi memiliki sisi kedewasaan tersendiri. Sebagaimana contoh sebelumnya, Ne pada ENTP tentu lebih dewasa ketimbang Ne pada ISTJ. Mengingat fungsi Ne sendiri memiliki keterkaitan dengan kecenderungan seseorang untuk meng-eksplore hal baru.

     Nah, position stacking cognitive function ini apa aja sih?

     Berkaitan dengan hal ini, secara umum terbagi menjadi 2, yakni posisi stack primer dan posisi stack bayangan.

     Perbedaan utamanya adalah pada penggunaan fungsi secara sadar dan tidak sadar. Dalam hal ini, stack primer cenderung merujuk pada fungsi yang digunakan secara sadar. Sementara stack bayangan (shadow) merujuk pada penggunaan fungsi secara tidak sadar.

     Pada artikel ini, aku akan berfokus pada penulisan posisi stack primer. Yang meliputi:


1. Dominant Function


          Dominant function atau fungsi dominan adalah bagian utama dari dunia seseorang. Fungsi ini adalah yang paling menonjol dan paling mudah dikembangkan secara matang. Sering disebut sebagai hero, karena fungsi ini yang paling sering diandalkan.

     Jika digambarkan langsung pada salah satu fungsi kognitif, yakni Ti sebagai contoh, maka kurang lebih seperti ini:

     Ti fungsi dominan cenderung melakukan identifikasi konstan terkait pola-pola logis disekitarnya, yang kemudian dicari tau secara detail tentang bagaimana suatu pola itu bekerja.

     Jadi, seorang Ti dominan, biasanya akan berpikir: "pokoknya aku harus bisa tau cara kerja objek A dan hubungannya dengan objek lainnya".

2. Auxiliary Function


     Auxiliary function atau fungsi sekunder, memiliki peran yang cukup kuat dalam mendukung fungsi dominan. Fungsi ini sering diibaratkan sebagai "orangtua" dari fungsi-fungsi lainnya, sebab dia memiliki peran yang cukup penting dalam menjaga keseimbangan antara fungsi dominan dan fungsi tersier.

     Fungsi sekunder juga memiliki peran penting dalam perkembangan karakter seseorang. Selain itu, fungsi ini seringkali digunakan sebagai upaya dalam memberikan kenyamanan bagi orang lain.

Contoh apabila seseorang memiliki Ti sebagai fungsi sekunder mereka, maka biasanya mereka akan berpikir:

"ketimbang mencari tau kinerja suatu objek secara detail, sepertinya aku akan mencari cara agar objek ini bisa bekerja sesuai dengan yang aku mau".

3. Tertiary Function


     Tertiary Function atau fungsi tersier bukan fungsi yang memimpin atau mengontrol karakter seseorang, tapi berperan sebagai fungsi yang "menghibur", melakukan eksplorasi secara kreatif, dan menenangkan ketika seseorang terlalu banyak menggunakan fungsi dominan dan sekundernya.

     Hal ini menjadikannya seringkali disebut sebagai eternal child, atau fungsi yang memiliki peran seperti anak-anak.

     Seorang Ti tersier, biasanya berpikir: "dari sekian informasi dan data yang aku punya, ini yang bener mana ya? Yang bisa dipakai yang mana?".

     Dalam kasus lain, fungsi tersier juga bisa menjadi "rem". Semisalnya pada kasus INTP yang memiliki fungsi tersier Si. Di mana, fungsi tersier Si ini memiliki kemampuan mengingat kejadian masa lalu secara baik.

     Nah, ketika seorang INTP diajak buat liburan ke pantai. Fungsi Ne-nya mungkin akan tertarik, tapi fungsi Si-nya akan berpikir:

"Udah gak usah. Kamu inget gak sih, terakhir kita ke pantai tuh badan gatal-gatal, kepala pusing karena jalannya muter-muter? Mau kejadian ulang?"

     Alhasil, INTP biasanya tidak jadi ikut karena takut kejadian itu terulang.

4. Inferior Function


     Inferior function atau fungsi inferior merupakan fungsi primer terlemah, dan seringkali ditahan penggunaannya. Sebab, biasanya orang-orang menyadari bahwa fungsi ini sulit dikembangkan secara efektif.

     Biasanya, seseorang malu untuk menunjukkan fungsi inferiornya. Namun, mereka akan mengagumi seseorang yang fungsi dominannya adalah fungsi inferior mereka.

     Misalnya seorang INFP yang memiliki fungsi inferior Te, akan kagum terhadap ENTJ yang memiliki fungsi dominan Te. Bahkan tak jarang INFP akan merasa terintimidasi oleh ENTJ, karena INFP merasa bahwa Te mereka tidak sekuat ENTJ.

     Alhasil, karena seringkali ditahan, fungsi inferior ini tidak akan berkembang dan menimbulkan sifat yang tidak sehat (unhealthy).

     Sebagai contoh, pada fungsi kognitif Ti. Seorang yang memiliki Ti sebagai fungsi inferiornya, biasanya akan berpikir: "aku akan mencari informasi fakta tentang si X buat jatuhin dia demi keuntunganku".


     Nah, itu tadi tulisan mengenai Position Stacking Cognitive Function dalam MBTI bagian 1. Selanjutnya, untuk bagian stack position shadow bisa dilihat di artikel berikut:



Bacaan lebih lanjut:

Sabtu, 16 Juli 2022

Cognitive Function dalam MBTI, Kamu Dominan yang Mana?

      Siapa di sini yang suka ambil tes kepribadian MBTI?

     MBTI atau Myers Briggs Type Indicator adalah salah satu jenis kepribadian yang digunakan untuk mengetahui karakter seseorang, kelebihan dan kekurangan, bahkan preferensi karir. Jenis ini dikembangkan oleh Isabel Myers dan Katherine Briggs yang terinspirasi dari teori-teori Jung. Hingga saat ini, tes MBTI masih sering digunakan oleh beberapa pihak untuk menelusuri karakter seseorang.

Kamis, 15 Juli 2021

Catatan Baca: Tentang Persona, Bayangan dan Ego dalam Diri Manusia



      Beberapa waktu lalu aku membaca buku yang berjudul Map of the Soul: 7, Persona, Shadow & Ego dalam Dunia BTS.  Buku itu menurutku cukup menarik bagi mereka yang ingin mengenal tentang peta kejiwaan manusia. Di buku itu, Murray Stein menuliskan tentang tiga hal penting dalam peta kejiwaan manusia, yakni persona, shadow, dan ego dengan bahasa yang ringan. Nah, apa sih persona, shadow (bayangan) dan ego itu? Di sini aku akan menulis singkat mengenai tiga hal ini, sebagai perkenalan.

Senin, 12 Juli 2021

[Review Buku] Jung's Map of The Soul: 7 dalam Dunia BTS dari Murray Stein

 


     Kenapa Murray Stein nyebut BTS di buku terbarunya? 

Itulah pertanyaan yang sempat terlintas saat pertama kali aku menemukan buku ini di toko buku. Murray Stein dikenal sebagai salah satu penulis buku tentang kejiwaan manusia, yang berkiblat pada teori Jung. Dan ia pernah menulis buku yang judulnya Jung's Map of the Soul: an Introduction. Aku sendiri sudah pernah baca, dan itu adalah salah satu buku favoritku karena topik pembahasannya cukup menarik. Oleh karena itu, ketika aku melihat Murray Stein menerbitkan buku ini, aku tertarik karena topik pembahasannya masih serupa dengan buku-buku sebelumnya.