[Review Buku] Jung's Map of The Soul: 7 dalam Dunia BTS dari Murray Stein

by - Juli 12, 2021

 


     Kenapa Murray Stein nyebut BTS di buku terbarunya? 

Itulah pertanyaan yang sempat terlintas saat pertama kali aku menemukan buku ini di toko buku. Murray Stein dikenal sebagai salah satu penulis buku tentang kejiwaan manusia, yang berkiblat pada teori Jung. Dan ia pernah menulis buku yang judulnya Jung's Map of the Soul: an Introduction. Aku sendiri sudah pernah baca, dan itu adalah salah satu buku favoritku karena topik pembahasannya cukup menarik. Oleh karena itu, ketika aku melihat Murray Stein menerbitkan buku ini, aku tertarik karena topik pembahasannya masih serupa dengan buku-buku sebelumnya.
     Balik lagi ke pertanyaan, kenapa Murray Stein nyebut BTS di sampul buku ini? 
     Bagi penggemar BTS atau para Army, mungkin tau kalau BTS punya album yang judulnya Map of the Soul: 7 yang kalau dipahami setiap liriknya, memuat tentang kondisi kejiwaan beberapa manusia. Selain itu, ada member BTS yang ternyata pernah membaca buku Murray Stein yang di awal sempat aku singgung, yakni Jung's Map of the Soul: an Introduction. Mungkin dikarenakan Murray Stein "notice" kalau si Namjoon baca bukunya, ditambah BTS punya album dengan judul yang menyinggung kejiwaan, akhirnya Murray Stein menulis buku ini bersama rekan-rekannya. Ya, buku Map of the Soul: 7 dalam dunia BTS, yang akan aku ulas kali ini.

Apa sih Peta Kejiwaan itu?

     Secara garis besar, buku ini akan membahas secara singkat mengenai peta kejiwaan kita, yakni meliputi apa saja isi peta kejiwaan dalam diri kita? Atau apa yang terjadi di dalamnya? Nah, pembahasan tersebut akan dirangkum menjadi 11 bab. Apa saja isi dari tiap-tiap bab buku ini?
     Untuk bab 1-3 merupakan pendahuluan, berisi tentang perkenalan BTS dan lagu-lagunya yang meliputi siapa BTS itu, kenapa BTS itu ada 7 orang, dan juga refleksi dari lagu-lagu BTS di album Map of the Soul: 7. Selain perkenalan BTS, di pendahuluan ini juga memuat ulasan singkat tentang dasar peta kejiwaan manusia (yang merupakan fokus utama buku ini). Refleksi lagu-lagu BTS sendiri ditulis dari sudut pandang Murray Stein. Dengan kata lain, Murray Stein mencoba memberikan interpretasi lagu-lagu BTS dalam album ini, lewat lirik dan video musik terkait.
     Kemudian Bab 4-7, berisi pembahasan tentang persona, di mana di bab ini pembaca diajak untuk memahami persona dan jati diri masing-masing. Memang, apa sih persona itu? Singkatnya, persona adalah wajah yang ditampilkan manusia di hadapan dunia. Bentuk wajah/topeng ini macam-macam sih. Dalam bab ini, Murray Stein menuliskan tentang penyebab persona itu muncul, dan juga dampak yang ditimbulkan kalau kita terlalu menonjolkan persona.
     Pada bab 8 dan 9 berisi pembahasan bayangan. Bayangan atau shadow adalah sisi gelap manusia yang sering disembunyikan oleh pemiliknya. Dalam bab ini dijelaskan lebih lanjut mengenai apa itu sisi gelap manusia, kapan mereka bisa muncul, bagaimana proyeksi bayangan/sisi gelap kita ke orang lain? Pembahasannya cukup singkat, tapi cukup untuk orang yang baru ingin mengenal tentang istilah kejiwaan ini.
     Kemudian bab 10-11, berisi pembahasan Ego. Ego adalah titik pusat kesadaran manusia, yang merupakan bentuk "aku" dalam diri kita. Pada bab ini juga dibahas sedikit tentang trauma manusia, kecanduan manusia terhadap obat-obatan, dikarenakan hal semacam ini sangat erat kaitannya dengan kontrol ego manusia. Jadi, bagaimana ego ini bisa memengaruhi kondisi kejiwaan manusia.

Ulasan Pribadi Jung's Map of the Soul 7 dalam Dunia BTS

     Secara pribadi, aku sempat punya ekspektasi tinggi terhadap refleksi album BTS. Sayangnya, aku dijatuhkan karena ternyata refleksi lagu-lagu BTS ini hanya berasal dari sudut pandang Murray Stein. Padahal aku sempat berharap kalau dari pihak BTS juga ikut memberikan sudut pandang dari refleksi lagu-lagu mereka ini. Misal apa cerita dibalik lagu itu, kenapa lagunya punya lirik begini, kenapa pilih nada yang begitu untuk lagu X. Jadi nanti dari sudut pandang pihak BTS sama Murray Stein disatukan dan diambil kesimpulan mengenai makna lagu dan keterkaitannya dengan fenomena psikologi. Menurutku, penulisan di buku ini seperti cocoklogi dan ngambang, mengingat tidak ada konfirmasi mengenai benar/tidaknya makna lagunya..
    Akan tetapi, meski aku udah dikecewakan di bab-bab awal, cukup terobati ketika memasuki pembahasan Map of the Soul itu sendiri. Beberapa pembahasan tentang persona, bayangan dan ego cukup memberikanku beberapa pandangan baru, serta aku mulai disadarkan juga terhadap banyak hal. 
     Sebagai contoh di bab persona ada pembahasan mengenai, mengapa sih tokoh agama yang terkenal baik bisa melakukan hal-hal yang berlawanan dengan materi khotbahnya? Dari sini dijelaskan bahwa "tokoh agama baik" adalah persona dia, wajah yang dia tampilkan di dunia. Sementara "tindakan yang berlawanan" ini merupakan bayangan, sisi gelap si tokoh agama ini. Ada suatu peristiwa dalam jiwa si tokoh ini yang menjadikan sisi bayangan ini muncul secara tiba-tiba.
     Dalam buku ini juga dibahas, bahwa setiap dari kita sudah tentu punya sisi gelap, yakni sisi yang berlawanan dengan wajah atau persona kita. Kalau terus dipaksakan untuk dipendam, lama kelamaan akan meledak juga. Jadi memang ada kalanya kita perlu mengeluarkan sisi gelap ini. Di penjabaran ini, aku disadarkan kembali bahwa semua manusia selalu punya sisi baik dan buruk. Sehingga jangan terkejut dan langsung komplain ketika ada manusia yang tiba-tiba berubah menjadi asing, karena mungkin saja dia lelah menujukkan "wajah baiknya".
     Selain itu pada bab bayangan, tepatnya pada pembahasan mengenai proyeksi bayangan, aku menemukan jawaban dari "Mengapa manusia secara langsung maupun gak langsung pernah julid?", mungkin sudah banyak yang pernah dengar, tapi aku aku mau menuliskan kembali.
     Jadi di buku ini dituliskan bahwa ketika kita berpikiran buruk terhadap orang lain, itu kemungkinannya antara iri karena kita gak bisa melakukan itu, atau ada kemungkinan kalau kita ingin melindungi diri. Sebagai contoh, kita julid ke orang yang sering curhat di media sosial. Kemungkinan pertama kita iri karena sebenarnya kita ingin melakukan itu, tetapi karena ingin terlihat baik di mata teman-teman serta takut dijudge oleh mereka, kita jadi mengurungkan niat. Padahal sebenarnya juga pengen nyampein unek-unek juga, tapi gengsi.
     Kemungkinan kedua karena ingin melindungi diri, dengan menggunakan orang lain sebagai alat untuk meninggikan diri. Misalnya gini, sebenarnya "sisi bayangan" kita punya sifat yang sama, yakni curhat di media sosial, tapi kita berusaha denial dengan ngatain orang lain yang "terlihat" lebih parah. Sehingga seolah-olah kita "tertutupi" dengan sifat orang lain ini.
     Secara umum buku ini memberikanku banyak pelajaran dan informasi baru. Penjabaran tentang peta kejiwaan manusia yang meliputi persona, bayangan dan ego ini benar-benar mudah dipahami dan cocok untuk orang yang baru ingin menambah wawasan tentang topik ini. Kalau kamu adalah seseorang yang sedang ingin belajar tentang dasar peta kejiwaan, tertarik dengan topik kejiwaan atau sedang ingin melakukan refleksi terhadap kejiwaan, buku ini cocok untuk kamu.
     Tapi kalau mengharapkan buku ini akan menjabarkan tentang BTS, jangan berharap lebih. Aku yang bukan Army dan bisa dibilang netral terhadap BTS aja kecewa, apalagi yang Army. Karena menurutku pembahasan tentang BTS di sini bisa ditemukan di situs resmi fakta BTS (kalau ada) dan buku yang khusus bahas BTS. Dapat dibilang, istilah BTS di sini hanya dijadikan pengantar. Selain itu hanya berisi pidato Namjoon yang berisi di pembahasan persona, serta penggambaran BTS sebagai ego kolektif di bab Ego.
     Demikian ulasanku kali ini, semoga bermanfaat dan terima kasih bagi yang sudah membacanya.

You May Also Like

0 comments