Review Buku: Kim Ji-yeong Lahir Tahun 1982 dari Cho Nam-joo

by - Desember 17, 2021

 


     Kim Ji-yeong Lahir Tahun 1982 dari Cho Nam-joo merupakan salah satu novel yang mengangkat isu patriarki dan pandangan tradisional masyarakat terhadap perempuan. Tentang kisah seorang perempuan yang menjadi korban penindasan budaya patriarki di lingkungan sekitarnya. Novel ini cukup terkenal di Korea Selatan, bahkan hingga diterjemahkan ke beberapa bahasa. Kisah dalam novel ini juga sempat dijadikan film di Korea Selatan. Seperti apa sih jalan ceritanya? Kali ini aku akan mengulasnya di sini.

Isi Buku

Bagi yang perempuan, apakah kalian pernah merasa diperlakukan secara tidak adil oleh lingkungan sekitar?

     Tak sedikit perempuan di dunia ini, terutama mungkin di Asia, yang seringkali mengalami pengalaman tidak menguntungkan hanya karena mereka perempuan. Misalnya, dipersulit untuk diterima kerja karena dikhawatirkan akan menghambat ketika mereka hamil. Atau mungkin ketika di lingkungan rumah, anak perempuan kerap kali disalahkan kalau tidak bisa melakukan pekerjaan rumah, sementara anak laki-laki dianggap wajar. Serta hal tidak menyenangkan lainnya.
     Entahlah, kenapa sistem pemikiran seperti ini masih cukup kuat terjadi di lingkungan masyarakat. Hal ini lah yang menjadikan sebagian perempuan jadi susah berkembang atau tidak memiliki kebebasan memilih apa yang menjadi keinginan hidupnya. Alhasil, perasaan terkekang ini memunculkan ketidakstablisan psikologis. Sebagaimana kisah Kim Ji-yeong ini.
     Kim Ji-yeong adalah anak perempuan yang lahir dari keluarga yang lebih mengharapkan anak laki-laki. Yang otomatis, menjadikan dia diperlakukan tidak adil oleh orangtua dan neneknya. Di lingkungan sekolah pun, sejak kecil ia sudah menjadi bulan-bulanan anak laki-laki di sekolahnya, karena dia adalah siswa perempuan. Bukannya dibela, ayahnya sendiri malah sering menyalahkan Kim Ji-yeong dengan berbagai alasan ketika ia telah diganggu anak laki-laki. Sungguh menyedihkan.
     Tak sampai di situ, ketika menjadi mahasiswi, ia tidak pernah mendapatkan rekomendasi untuk magang di perusahaan ternama oleh dosennya. Ketika menjadi karyawan, meskipun ialah termasuk karyawan teladan, ia tidak pernah mendapatkan promosi. Dan ketika menjadi istri, ia harus melepaskan karier dan kebebasannya untuk mengasuh anak. Bahkan keluarga besarnya masih saja menyalahkannya pada beberapa hal. Hingga suatu ketika, Kim Ji-yeong mulai bertingkah aneh dan mengalami depresi.
     Meskipun dia memiliki lingkungan yang memperlakukannya secara tidak adil, Kim Ji-yeong masih memiliki suami yang bisa memahaminya dan tidak menuntut apapun padanya. Bahkan, ia membantunya untuk berkonsultasi ke psikiater mengenai kondisi mentalnya yang sudah cukup berantakan. Apakah dia bisa pulih? Apakah dia sudah terlambat? Penanganan seperti apa yang harus dilakukan padanya?

Kesan terhadap Buku

     Setiap kali aku membuka lembar demi lembar di buku ini, aku cukup sering mengumpat karena, yahh, perilaku lingkungan Kim Ji-yeong memang sangat-sangat menyebalkan. Apa itu women support women? ketika melihat ibu dan nenek Kim Ji-yeong sendiri, perlakuannya malah sangat menguras emosi. Aku sendiri jadi ikut merasa tertekan dengan segala hal yang menimpa Kim Ji-yeong.
     Salah satu bagian yang kuingat sangat menyebalkan di antaranya: ketika buku ini membahas tentang masa kecil Kim Ji-yeong, keluarganya jauh lebih mengutamakan adik laki-lakinya. Mirisnya, ketika Kim Ji-yeong ingin mencicipi susu formula adiknya, ia dimarahi habis-habisan. Belum lagi ketika Kim Ji-yeong menikah, tekanan dari keluarga besar juga bertambah. Mana ibunya malah merendahkan Kim Ji-yeong. Tapi aku agak sedikit lega, karena dia mendapatkan suami yang penuh perhatian. Yah, walaupun terkadang masih kalah dengan keluarga besarnya yang sering ikut campur.
     Novel ini menjadi tamparan keras bagi masyarakat. Tentang pandangan patriarki terhadap perempuan. Tentang pembatasan hak-hak perempuan yang secara tidak sadar sudah tersistem di masyarakat. Dan posisi-posisi tidak mengenakkan perempuan lainnya. Di buku ini, kita dapat melihat bahwa Kim Ji-yeong yang depresi karena tekanan demi tekanan yang dia dapat dari kecil hingga menikah. Dan fakta bahwa novel fiksi ini sebenarnya terjadi di banyak lapisan masyarakat, menjadikan bacaan ini relevan untuk dibaca banyak orang.
     Beruntunglah bagi perempuan yang bahkan tidak pernah mengalami fenomena ketidakadilan seperti yang terjadi pada Kim Ji-yeong. Semoga kalian bisa berkembang dan mengejar cita-cita kalian sebaik-baiknya. Dan untuk perempuan yang mengalami hal serupa Kim Ji-yeong, aku harap kalian bisa sembuh luka batinnya.
     Sekian ulasan buku dariku, semoga bermanfaat. Terima kasih bagi yang sudah membaca dan happy reading!

You May Also Like

0 comments