Sering banget kan kita denger kabar kalau polisi tuh suka nyamar buat nangkapin targetnya? Begitu pula yang terjadi di buku Masquerade Hotel dari Keigo Higashino. Jadi, telah terjadi pembunuhan berantai yang di tiap lokasi kejadian meninggalkan kode khusus. Di mana kode khusus ini selanjutnya akan menunjukkan di mana lokasi pembunuhan selanjutnya. Nah, di pembunuhan ketiga, kode tersebut menunjukkan bahwa lokasi pembunuhan selanjutnya adalah di Hotel Cortesia Tokyo.
Rabu, 12 Maret 2025
Sabtu, 01 Maret 2025
Menyambut Ramadhan 1446 Hijriyah
Udah lama banget nggak nulis di blog ini karena ada fokus lain yang butuh perhatian lebih selama beberapa bulan ini. Dan sempet slump banget, bingung mau nulis apa karena emang lama nggak punya inspirasi sama sekali (termasuk bacaan pun lagi slump banget). Tapi karena sadar kalau aku terusan gini otak bakalan macet, alhasil aku maksain buat nulis apapun yang ada di kepalaku saat ini, yaitu tentang Ramadhan. Hehehe.
Tanggal 1 Ramadhan tahun ini tepat banget jatuh pada 1 Maret, jadi sepanjang Maret ini bakal jadi spesial banget karena secara tahun Masehi, aku lahir di bulan Maret :D.
Ramadhan tahun ini aku beli jurnal islami gitu, mau nyoba tracking ibadah selama bulan Ramadhan ini bisa konsisten nggak. Terus kira-kira target Ramadhan tahun ini tercapai atau enggak. Biasanya nggak pakai jurnal-jurnal gitu sih, cuma karena kebetulan ada format jurnal yang sesuai selera, akhirnya aku beli deh.
Udah sih, itu dulu aja nulisnya. Semoga tulisan pertama tahun ini bisa membawa semangat tulisan-tulisan ke depannya. Selamat menyambut bulan Ramadhan 1446 Hijriyah! Semoga Ramadhan tahun ini memberikan kita banyak berkah, dan disucikan kembali dari dosa-dosa. Aamiin.
Minggu, 29 September 2024
Catatan Baca: Hidden Potential dari Adam Grant
Buku Adam Grant tuh hampir semuanya selalu ngasih insight baru buat lebih rajin lagi memperbaiki diri. Soalnya, di setiap buku yang dia tulis selalu berusaha "meluruskan" bias manusia, yang sering bikin orang susah maju. Misalnya di buku Think Again, di situ dia berkali-kali menekankan para ahli untuk memisahkan identitas dengan opininya, supaya nggak merasa benar ketika dikritik, dan mau berpikir ulang dari perspektif lain. Begitu pula dengan buku terbarunya Hidden Potential ini.
Ngomongin potensial, kita sering menjumpai orang yang menganggap bahwa tolak ukur potensi seseorang itu dari seberapa cepat dia mendapatkan prestasi. Padahal balik lagi ke latar belakang tiap orang, seperti: apa aja tantangan yang dihadapi? bagaimana kesempatan dan peluang yang dimiliki?dan lain sebagainya. Dengan kata lain, garis start tiap orang nggak sama. Oleh karena itu, jika kita terlalu fokus ke prestasi seseorang yang sudah terlihat, yaa orang yang berpotensi lainnya bakal tenggelam.
Buku Hidden Potential ini bukan ngajak kita untuk berambisi besar sehingga bisa berprestasi cemerlang, tapi fokusnya ke proses nemuin potensi diri serta gimana kita bisa nikmati fase belajar itu. Secara garis besar, di buku ini Adam Grant membahas tentang:
1. Pentingnya karakter dalam self-improvement,
2.Pentingnya strategi biar tetap termotivasi,
3. Membangun Sistem yang memperluas peluang bertumbuh.
Ngomongin yang pertama dulu, yakni karakter. Sebelumnya, kita perlu memberi batas definisi dari sifat dan karakter. Sebab keduanya berbeda. Sifat sendiri adalah sesuatu yang kita tunjukkan sehari-hari, sementara karakter adalah sesuatu yang kita gunakan untuk mempertahankan prinsip kita. Dengan kata lain, ketika kita berhadapan dengan sesuatu yang sulit, di sinilah karakter itu muncul.
Karakter dalam proses pembelajaran penting banget, soalnya berkaitan dengan tantangan yang muncul saat belajar. Misalnya:
a. Gimana kita bisa tetep nyaman di situasi yang nggak nyaman?
b. Gimana kita mau mengakui kelemahan yang dimiliki?
c. Gimana kita bisa berani berbuat kesalahan tanpa takut di-judge?
Karena tau sendiri lah, yang namanya belajar itu nggak ada yang gampang. Tantangan seperti di atas bakal sering muncul sebagai tanda untuk bertumbuh. Masalahnya, apakah kita mau menerima tantangan tersebut dengan berani? Atau masih tetep ngasih makan ego dengan nggak mau ngakuin kelemahan?
Karakter ini nanti juga berkaitan dengan manajemen emosi saat belajar. Gimana kita masih tetap disiplin di tengah mood yang awur-awuran? Contohnya aja prokrastinasi. Banyak orang yang melakukan prokrastinasi karena merasa "tertantang" ketika memasuki waktu akhir deadline. Sebenarnya nggak masalah kalau hasilnya bisa maksimal, kalau sebaliknya gimana?
Dalam proses pembelajaran sendiri, kita dituntut untuk disiplin biar hasilnya maksimal. Karena dengan disiplin, otak kita bisa menerima informasi dengan teratur secara berkala. Sementara kalau pakai sistem kebut semalam, otak akan kelelahan karena harus menerima informasi banyak di waktu yang cepat.
Jujur aja sih, aku sendiri bukan golongan yang disiplin. Oleh karena itu, ketika aku baca buku ini, ada banyak statement yang bikin aku tersinggung :'). Alhasil aku berusaha untuk mulai mengubah mindset-ku, dan bakal sering lihat statement-statement tersebut yang sebagian aku catat di buku catatan. Buat reminder gitu lahh.
Selanjutnya yang kedua, tentang strategi biar tetap termotivasi. Dalam proses belajar, nggak ada orang yang terbebas dari fase burnout, stuck dan capek. Sehingga, butuh istirahat biar otak ke-reset sembari melihat dari perspektif lain.
Hal yang aku suka di bagian ini adalah ketika Adam Grant bilang: Backing up to move forward. Jadi ketika kita ngerasa stuck dan bingung mau ngapain lagi, coba berhenti sejenak, sambil lihat alternatif lain yang bisa ngasih momentum. Ibarat ketika kita nyasar masuk gang buntu, pasti hal yang dilakukan pertama adalah: balik lagi ke jalan awal, sembari nyari jalan lain kan?
Selain itu, aku suka juga bagian yang dia bahas tentang taking detour, yakni nyari selingan lain yang beda dari apa yang dipelajari. Misalnya, saat ini aku belajar coding, maka aku nyari aktivitas atau hobi lain, yakni merajut. Fungsi kegiatan lain ini adalah untuk "ngisi bensin" lewat kemenangan kecil yang didapat dari kegiatan itu. Kalau bensinnya udah terisi, barulah kita bisa dapat momentum lagi.
Yang ketiga adalah Membangun Sistem. Bagian ini fokusnya sudah ke lingkup kelompok sih, misalnya seperti menciptakan sistem pendidikan yang bisa maksimalin potensi siswa. Dalam hal ini Adam Grant ngambil studi kasus di Finlandia. Di antaranya, anak dididik dengan guru yang sama selama masa SD, jadi tiap naik kelas nggak ada perubahan guru. Hal ini dilakukan biar si guru bisa mengamati perkembangan anak dengan baik.
Kemudian Adam Grant juga bahas tentang "nemuin berlian di rekruitmen kerja", jangan terlalu fokus ke pengalaman yang banyak aja. Tapi tentang gimana karakter dia buat bertahan di situasi sulit.
Jadi dapat disimpulkan bahwa, setiap manusia selalu punya potensi. Hanya saja, belum semuanya tau tentang cara menggali dan memaksimalkannya. Kunci awalnya ada di karakter, dan buku ini beneran ngajak buat memperbaiki karakter kita lewat pembahasan bias-bias manusia yang terlanjur tertanam di mindset.
Rabu, 18 September 2024
Cara Belanja di Amazon Kindle Pakai Bank Jago
Sebagai pembaca buku digital, pasti udah nggak asing lagi dengan Kindle Store yang jadi toko tempat belanja buku-buku incaran. Apalagi, dengan adanya Kindle Deals, buku-buku incaran harganya jadi murah banget, bahkan kadang lebih murah dari kopi kekinian. Sayangnya, karena Kindle Store ini udah masuk transaksi internasional, pembayarannya jadi sangat terbatas. Soalnya, kadang harus pakai kartu kredit atau debet yang bisa diterima internasional. Hmmm,
Setelah googling ke sana kemari, akhirnya ketemulah jawaban di quora yang menyatakan bahwa Bank Jago bisa dipakai untuk pembayaran Kindle. Alhasil, aku pun mencoba dan langsung berhasil!
Mungkin banyak yang belum familiar dengan Bank Jago, soalnya ini bank digital yang jarang ada kantor cabangnya, meskipun bisa juga sih minta kartu fisiknya. Nah, kalau kamu pernah nabung di Bibit, biasanya akan ada rekomendasi buat dihubungkan ke Bank Jago. Dan kalau dihubungkan, otomatis kamu harus buka rekening di bank ini, dengan prosedur yang nggak jauh beda dengan bank pada umumnya.
Balik lagi ke metode pembayaran di Kindle Store pakai Bank Jago. Cara bayarnya gimana sih? Di postingan kali ini, aku ingin membagikan sedikit tutorial beli buku di Kindle Store (atau mungkin bisa dipakai untuk transaksi lainnya di Amazon) menggunakan Bank Jago.
Cara Menggunakan Bank Jago untuk Transaksi di Amazon Kindle
1. Pertama, pastiin kamu sudah punya rekening Bank Jago, lalu download app Bank Jago di gadget. Habis itu login seperti biasa.
2. Pastiin sudah punya kartu Bank Jago. Kalau belum punya, bisa bikin Kartu Digital dulu. Cepet banget kok, nggak sampai 5 menit, asalkan udah punya rekeningnya ya! Untuk cara bikinnya, bisa lihat instruksi yang ada di situs Bank Jago. Jangan lupa pilih Kartu Digital, soalnya nanti ada pilihan Kartu Fisik juga (ini harus nunggu soalnya bakal dikirim ke rumah kita juga)
3. Aktifkan mode "Pembayaran Internasional" di pengaturan kartu. Caranya klik gambar kartu yang ada di aplikasi, lalu klik pengaturan. Setelahnya swipe ke mode mengaktifkan.
4. Masuk ke situs Amazon, lalu pilih buku yang akan dibeli. Contohnya kayak gambar di bawah ini:
Lalu klik "Buy now with 1-click". Yang bagian "add an audiobook" nggak usah dicentang kalau nggak pengen nambah audiobooknya.
5. Setelahnya akan muncul halaman ini:
Lalu isi nama yang ada di kartu Bank Jago-mu, nomor dan ccv, yang bisa dilihat di informasi kartu (harus masukin pin dulu kalau mau lihat). Setelah diisi lengkap, klik add card, pas udah diproses klik place your order.
6. Tunggu ada pemberitahuan dari Bank Jago. Selesai! Buku kindlemu sudah terbeli.
7. Masuk ke app Kindle yang ada di gadgetmu atau buka device kindle-mu, lalu refresh. Buku yang kamu beli pastikan sudah masuk ya!
Nah, itu tadi Cara Belanja di Amazon Kindle Pakai Bank Jago. Terima kasih buat yang sudah baca! Semoga bermanfaat ya.
Disclaimer: aku nulis ini nggak ada sponsor atau afiliasi dari Bank Jago. Murni berdasarkan pengalamanku. Kalau ada masalah, coba diskusi di kolom komentar yuk!
Selasa, 17 September 2024
Bersihkan Trauma Pikiran di Marigold Mind Laundry!
Trauma yang tersimpan di otak memang akan menghambat diri untuk bertumbuh. Sebab rasa trauma ini bikin kita takut dan nggak percaya diri. Oleh karenanya, kita perlu "bersihin" trauma agar bisa menikmati hidup sepenuhnya. Di buku yang berjudul Marigold Mind Laundry dari Jungeun Yun, kita akan melihat gimana orang-orang berusaha membersihkan traumanya, lalu bergerak maju.
Sinopsis Buku Marigold Mind Laundry dari Jungeun Yun
Di sebuah desa bernama Marigold, datang seorang perempuan misterius bernama Jieun. Jieun sendiri merupakan perempuan yang dikutuk, karena di masa lalu dia tidak bisa mengontrol kekuatannya sehingga mengakibatkan orangtuanya lenyap. Sebagai hukumannya, dia harus hidup ribuan tahun untuk mencari makna terkait kekuatan yang dimilikinya.
Desa Marigold merupakan desa yang indah dengan pemandangan matahari yang menawan. Di sini, Jieun akhirnya memutuskan untuk membuka jasa Mind Laundry, di mana orang-orang yang memiliki kenangan buruk di masa lalu, bisa memintanya untuk menghapus kenangan tersebut. Nah, ke mana kenangan-kenangan tersebut? Kenangan yang dilupakan akan dipindahkan ke kaos putih yang digunakan saat "ritual". Semakin banyak kenangan yang ingin dihapus, maka semakin banyak noda seperti kelopak bunga. Nah setelahnya, kaos ini akan dijemur, lalu noda tersebut perlahan akan luntur.
Ada beberapa orang yang datang ke Marigold Mind Laundry ini, di antaranya seorang film-maker yang frustrasi karena merasa gagal, lalu seorang perempuan yang terlibat di hubungan toxic, ada seorang influencer yang namanya tercoreng setelah promosi produk abal-abal, selanjutnya seorang perempuan yang menjadi tidak tau kalau dirinya adalah selingkuhan, dan yang terakhir seorang kurir yang dulunya di-bully dan dibanding-bandingkan dengan kakaknya.
Setiap orang punya cerita,
Di setiap kisah, kita akan ditunjukkan sudut pandang lain dari kehidupan. Jieun selaku pendengar pun tidak menghakimi alasan orang-orang melakukan tindakan yang mungkin bagi sebagian dari kita terasa salah. Selalu ada bagian dari masa lalu yang menyebabkan mereka melakukan itu, entah karena tidak punya pilihan, atau karena tidak ada yang mengajari sebelumnya.
Kesan terhadap Buku Marigold Mind Laundry dari Jungeun Yun
Sebagai pecinta buku yang "no plot, just vibes", Marigold Mind Laundry ini sudah cukup memenuhi kriteria yang aku cari sih. Di antaranya: premis cerita menarik, cerita yang ringan, punya pesan bagus, dan vibes yang heart-warming. Bonusnya, latar tempatnya ada di sebuah desa dan penulis jago banget mendeskripsikan, sehingga bikin aku bisa ikutan bayangin dan merasa damai pas bayangin desanya.
Premis cerita menarik, yakni pelanggan diberi kesempatan untuk menghapus memori luka di masa lalu. Tapi sebelum ritual "penghapusan" dimulai, pelanggan yang ingin menghapus pikirannya akan diberi tahu konsekuensinya. Makanya ada yang akhirnya tetap menghapus memori, atau menerima bahwa memori penuh luka itu menjadi bagian dari hidup mereka.
Sebenarnya, proses penghapusan memori di buku ini tuh menurutku serupa dengan meditasi. Di mana saat meditasi, kita akan diminta untuk membiarkan pikiran kita lewat, entah baik atau buruk, di mana hal ini akan melatih resiliensi kita dalam menerima keadaan yang telah terjadi pada kita di masa lalu. Di buku ini, tujuan akhir pelanggan ya supaya mereka bisa menerima hidup, entah dengan menghapuskan memori, atau menerima memori itu sebagai bagian dari hidupnya.
Cerita yang ringan dengan pesan hidup yang bagus. Tokoh yang melakukan "pencucian pikiran" di sini adalah orang-orang yang sering kita jumpai di kehidupan sehari-hari. Seperti, influencer yang hidupnya terlihat mewah, padahal di balik itu semua, ada beban yang harus dibayar. Atau seorang kurir yang sering ngantar barang ke rumah kita, itu juga punya batasan mental tertentu, jadi perlakukan mereka dengan baik, jangan asal bentak-bentak. Kita nggak tahu, mereka punya masalah apa, baik di masa lalu maupun masa sekarang.
Vibes heart-warming. Di sini yang paling mendukung adanya vibes ini adalah kebijaksanaan Jieun selaku pemilik jasa mind laundry. Dia selalu menjadi pendengar yang baik buat orang-orang yang datang ke tempatnya, tidak menghakimi, bahkan memberikan validasi yang baik atas perasaan pelanggan, tanpa membenarkan tingkah mereka yang mungkin kurang tepat. Selain itu, latar tempat di desa juga semakin menambah kesan heart-warming ini. Soalnya, Desa Marigold memang digambarkan asri dan damai banget. Ala-ala Ghibli lah bahasanya. Oh iya, ada ilustrasi cantik juga sih!
Kalau tadi sudah bahas kelebihannya, sekarang bahas kekurangannya. Menurutku, penjabaran cerita di setiap tokohnya lumayan slow-paced ya. Entah yang terlalu lambat atau terlalu banyak narasi, jadi kesannya kadang bikin bosen. Tapi balik lagi, bisa aja buku ini memang didesain untuk dibaca pelan-pelan. Buat avid reader, mungkin ngerasa buku ini terlalu berbelit-belit, karena alurnya nggak sat set meskipun udah ketebak. Tapi buat slow-reader, buku ini malah seru banget untuk dinikmati. Apalagi kalau memang suka cerita heart-warming.
Sebelum menutup ulasan ini, sekadar informasi kalau aku baca ini versi Bahasa Inggris dari ARC Netgalley. Dan baru akan terbit tanggal 3 Oktober 2024 nanti. Terima kasih untuk Netgalley dan Random House UK, Transworld Publisher!
Nah, itu tadi Review Buku Marigold Mind Laundry dari Jungeun Yun. Terima kasih buat yang udah baca. Oh iya, kira-kira, Penerbit Baca atau Penerbit Haru bakal terjemahin buku ini nggak ya?