Emily Henry adalah salah satu auto-buy author di genre romansa kontemporer. Soalnya, selain dia punya selipan humor menarik, karya dia selalu ada ajang refleksi diri dari tokohnya. Biasanya kan, di novel romance, tokoh-tokohnya sering digambarkan hampir sempurna, kayak, serba pinter, cantik, kaya, dan semacamnya. Tapi di buku-buku Emily Henry, hampir semua tokohnya selalu realistis. Jadi untuk sebagian orang bakal terasa nyata, termasuk Funny Story yang akan aku review ini.
Funny Story berkisah tentang seorang perempuan bernama Daphne yang tiba-tiba diputusin tunangannya yang bernama Peter, dengan alasan, bestie-nya Peter ini confess ke dia. Bestie-nya Peter yang bernama Petra ini, tiba-tiba kayak ngerasa nggak ikhlas kalau Peter harus nikah, padahal Petra sendiri udah punya pacar yang bernama Miles. Alhasil pas Bachelor Party atau pesta bujangnya Peter, Petra dan Peter ini jadian.
Nah, sebelumnya Daphne ini tinggal bareng di rumah Peter. Dan Petra tinggal bareng di apartemennya Miles. Karena Daphne putus, alhasil dia didepak dari rumah Peter, soalnya Petra mau tinggal di sana. Mengingat Daphne yang nggak tau mau tinggal di mana, akhirnya dia pindah ke apartemen Miles untuk sementara waktu. Istilahnya tukeran tempat tinggal lah.
Nggak sampai itu, dengan santainya, Peter dan Petra ngundang Daphne dan Miles ke acara nikahan mereka. Daphne dan Miles yang sama-sama sakit hati pun akhirnya sok-sok-an ngaku kalau mereka pacaran, kissing tiap salah satu dari mereka lihat, atau sekadar flirting satu sama lain.
Tapi yang namanya strangers, nggak segampang itu juga buat acting. Makin lama mereka makin awkward satu sama lain. Apalagi, masing-masing dari mereka punya trust issue mengingat keduanya berasal dari keluarga yang ruwet.
Sepertinya ending-nya bakal banyak yang bisa nebak. Jadi pertanyaannya aku ubah, gimana cara mereka menyelesaikan kecanggungan hubungan keduanya? Apakah mereka benar-benar bisa move on dari mantan pacar masing-masing? Ending seperti apa yang sebenarnya mereka harapkan? Dan bagaimana dengan masalah keluarga masing-masing?
Kesanku Terhadap Buku
Oke, sekarang waktunya review atau mungkin lebih tepatnya berbagi kesan???
Pertama, jujur buku ini bukan buku terbaik dari Emily Henry (versiku). Entah momen bacanya yang kurang pas (karena sedih setelah kitten-kittenku meninggal), atau emang trope-nya agak canggung? Tapi yang jelas, I'll give another try several months ahead. Buat mastiin aku beneran suka atau enggak.
Karakter Daphne di sini terasa real dan complicated. Mulai dari profesi dia yang seorang librarian, dan masih struggle dalam hal kemapanan di umur dia yang 33 tahun. Sampai perasaan insecurity untuk membuka diri karena masalah trust issue dan hal lainnya. Masa lalu keluarga yang ruwet, dengan ayah yang suka flirting ke perempuan lain sampai lupa dengan keberadaannya, bikin dia vulnerable ketika ada lelaki macam Peter macarin dia.
Oh iya, seperti biasa, tokoh utama dari bukunya Emily Henry pasti digambarkan sebagai pecinta buku. Di sini kita bisa ngelihat gimana Daphne sangat menikmati pekerjaannya sebagai librarian anak, yang ngasih support ke anak-anak buat cinta buku, yang ngasih validasi ke Miles bahwa audiobook juga termasuk "membaca", mengingat Miles disleksia yang hanya bisa menikmati audiobook. Bahkan selalu kaitin momen hidupnya dengan buku-buku yang pernah dia baca.
Sementara karakter Miles juga demikian. Profesi dia yang seorang bartender seringkali bikin dia diremehkan keluarga Petra dan orang lain. Dia juga punya latar belakang keluarga yang toxic, sampai-sampai bikin dia jadi people pleaser dan sulit mengekspresikan perasaan. Nah pas ketemu Daphne, keduanya mungkin cocok, tapi jadi sering salah paham.
Karakter pendukung kayak Ashleigh dan Julia, aku juga suka. Soalnya mereka seperti "jembatan" hubungan Daphne dan Miles yang ruwet karena pikiran mereka juga ruwet. Lalu, ibunya Daphne yang super mom paling suportif, Yang selalu bikin Daphne lebih kuat ketika isi pikirannya mulai ngelindur.
Terkait trope yang agak aneh, bikin aku agak canggung. Ngebayangin harus serumah dengan stranger lawan jenis apa ya nggak takut, apalagi Daphne di sini bisa dibilang introvert yang susah berbaur dengan orang lain. Jadi banter yang biasanya ada di buku Emily Henry, di sini berasa nggak masuk di aku. Apalagi pas bagian adegan 21+, aku skip soalnya canggung banget. Kayak, mereka tuh tiap mau ngelakuin, pasti batal karena tiba-tiba "ngerasa salah buat lakuin". Bingung deh, baca sendiri buat tau maksudku.
Perkembangan karakternnya bagus. Karena di sini ditulis dari sudut pandang Daphne, aku jadi tau gimana cara Daphne merenungi sikap dan pikirannya. Seperti memilah, mana tindakan yang benar, mana pikiran yang harus dia percaya, dan semacamnya. Alhasil, di akhir dia punya keberanian untuk memilih langkah terbaik, Paling suka pas dia confront ayahnya yang nyebelin, yang suka sok paling paham Daphne padahal selama ini dia absen di setiap momen terbaiknya. Suka juga pas Peter tiba-tiba ngajak balikan, tapi Daphne akhirnya punya prinsip kuat, dan tau apa yang dia mau.
Secara keseluruhan, Funny Story dari Emily Henry ini masih termasuk bagus, tapi bukan yang terbaik kalau dibanding karya dia sebelumnya. Penyelesaiannya memang memuaskan, tapi alurnya agak bosenin di pertengahan, karena terlalu banyak scene nggak penting yang malah bikin bingung dengan fokus ceritanya. Kalau di-ranking, Funny Story ini di ranking 3. Ranking 1 masih Beach Read (karena ini buku yang bikin aku tertarik baca karya dia). Ranking 2 Happy Place, karena ngerasa relate dengan karakter Wyn. Ranking 3 Funny Story, karena penyelesaiannya bikin puas.
Sekian ulasan buku Funny Story dari Emily Henry, terima kasih buat yang udah baca!