Review Buku: How Do You Live dari Genzaburo Yoshino, Inspirasi Karya Terakhir Miyazaki di Ghibli

by - Juli 31, 2023

Review Buku: How Do You Live dari Genzaburo Yoshino


      Studio Ghibli baru saja merilis film terbarunya yang berjudul The Boy and The Heron, di mana rumornya karya ini merupakan persembahan terakhir Hayao Miyazaki di Ghibli. Nah, inspirasinya ternyata berasal dari salah satu buku berjudul How Do You Live dari Genzaburo Yoshino, yang diterbitkan di tahun 1930-an. Termasuk klasik bukan? Jadi penasaran, seperti apa sih buku ini, sampai-sampai dijadikan inspirasi Hayao Miyazaki.

     Pada tulisan kali ini, aku ingin berbagi review terkait buku How Do You Live? ini. Nah, bagi yang penasaran, ayo baca ulasanku sampai selesai!

Rangkuman Buku How Do You Live dari Genzaburo Yoshino

     Buku ini tokoh utamanya bernama Honda Junichi, seorang siswa SMP yang bertubuh pendek tapi tergolong cerdas. Meskipun namanya Honda Junichi, dalam buku ini dia akan dipanggil Copper. Copper berasal dari keluarga kalangan atas, akan tetapi suatu hari ayahnya meninggal sehingga dia dan ibunya harus keluar dari mansion, dan pindah di daerah yang dekat dengan tempat tinggal pamannya.

     Copper dan pamannya sering menghabiskan waktu bersama, terutama karena Copper suka belajar terkait hal-hal baru dengan pamannya yang berwawasan luas. Panggilan Copper ini sebenarnya berasal dari pamannya. Mengapa dia memanggilnya Copper? Kamu harus baca bukunya supaya lebih "mengena" untuk tahu jawabannya :D.

     Di sekolah, Copper punya 3 kawan dekat bernama Mizutani, anak pejabat tinggi Jepang yang super kaya, Kitani, anak tentara berpangkat tinggi, serta Urakawa, anak penjual tahu yang terkenal miskin di sekolahnya. Di buku ini, kita akan diajak menelusuri kisah Copper dengan masing-masing sahabatnya tersebut. Khususnya Urakawa, anak yang berasal dari keluarga miskin dan sering dibully di sekolahnya. Dan bagaimana mereka bisa berteman meskipun secara ekonomi, mereka mengalami kesenjangan.

     Copper cukup sering bercerita ke pamannya tentang kehidupan sekolahnya. Dan di sini, kita akan diajak melihat sudut pandang dan respon pamannya, lewat sebuah surat yang ditulis kepada Copper. Rata-rata, sang paman akan menghubungkan kisah-kisah tersebut dengan beberapa tokoh terkenal dunia, supaya Copper dapat mengambil pelajarannya juga.

Kesan terhadap buku

     Awalnya ngira buku ini bakal ringan, karena halamannya memang nggak terlalu tebal. Apalagi di prolog, kesannya udah bikin penasaran aja. TAPI, pas mulai memasuki satu per satu bab, otakku diajak mikir dan merenung, khususnya terkait kehidupan yang kita jalani. Ngingetin aku dengan Dunia Sophie, tapi ini lebih ringan dan ramah untuk anak-anak.

     Buku ini topiknya beragam, meskipun secara umum buku ini bahas kehidupan, kita juga bakal diajak untuk eksplore seni, agama, sejarah dan sains. Mengingat tokoh-tokohnya sering mengkaitkan dengan tokoh-tokoh penting.

     Meskipun ini kesannya buku anak-anak, tapi konfliknya relate banget untuk orang dewasa. Kita bakal diajak menelusuri perdebatan batin Copper dalam mengambil keputusan, hingga dia yang menyesali keputusannya hingga jatuh sakit (psikis yang ngaruh ke fisik). Sampai aku mikir, kok bisa penulis bikin buku yang konfliknya seputar masalah anak-anak, tapi cara dia mendesripsikan perasaan si anak itu bisa nyampe ke orang dewasa.

     Buku ini indah banget (in Japanese way). Indahnya ala-ala buku Jepang yang syahdu, heart-warming dan "polos". Pokoknya emang Ghibli banget sih bukunya, mulai dari tokohnya, suasananya, bahkan latarnya juga cukup Ghibli. Pantes aja Hayao Miyazaki jadiin buku ini inspirasi film terakhirnya.

     Buat kamu yang suka Film Ghibli, cerita yang heart-warming dan ngajak merenung (reflektif), atau buku yang bisa dikhususkan untuk anak-anak, pasti bakal suka dengan buku ini. Aku pun berharap, buku-buku kayak gini loh yang seharusnya masuk di perpustakaan SD atau SMP. Pelajarannya dapet banget lah pokoknya.

     Nah, itu tadi review buku tentang How Do You Live dari Genzaburo Yoshino. Buat yang udah baca, terima kasih ya!

You May Also Like

0 comments