With Love, from Cold World, Novel Romance dengan Isu Keluarga

by - Juli 25, 2023

      Udah lama banget nggak bahas novel, kali ini aku mau bahas salah satu novel yang bertema romance, tapi ada pembahasan isu yang cukup kompleks. Judul novelnya adalah With Love, from Cold World dari Alicia Thompson. Sebenarnya ini terbitnya masih 2 Agustus 2023, tapi Alhamdulillah kemarin sempat dapat Advanced Reader Copy-nya. Nah, bagi penyuka office romance, family issue dan polar opposite, wajib baca review buku ini sampai selesai!



Rangkuman Novel

     Novel ini berkisah tentang Lauren dan Asa, yang merupakan pekerja di sebuah taman hiburan bernama Cold World. Keduanya punya sifat yang berlawanan, di mana Lauren adalah perempuan introvert yang reserved dan suka overthinking. Dia gampang banget khawatir bikin orang lain kecewa, alhasil dia selalu berusaha untuk perfeksionis. Sementara itu, Asa adalah laki-laki yang easy going, dengan penampilan yang agak nyentrik (rambut dicat biru dan bertato).

     Lauren dan Asa awalnya nggak terlalu akrab, hingga akhirnya mereka terpaksa berada di situasi yang mengharuskan mereka bersama. Dari situlah mereka akhirnya mulai mengenal satu sama lain. Dan ternyata, keduanya punya permasalahan yang serupa, yakni family rejection. Lauren sejak kecil harus tinggal di panti asuhan. Sementara itu Asa, di usia 18 tahun diusir keluarganya, dan memulai hidup sendiri dengan bekerja di Cold World (hingga saat ini).

     Selain diusir keluarganya, Asa ternyata adalah biseksual. Dia pernah pacaran dengan sesama lelaki, bahkan bantuin orang-orang yang "tertolak" karena masuk golongan LGBT. Nah, Lauren dan Asa sebenarnya sama-sama saling suka, tapi sayangnya aturan kantor melarang mereka untuk berpacaran. Apakah mereka bakal lanjut pacaran? Kalau beneran pacaran, nasib kerjaan mereka gimana? Nyari kerjaan baru kan sangat susah.

Kesan terhadap Buku

     Awalnya, aku tertarik baca ini karena covernya bagus banget! Aku suka vibes elektrik light kayak gini. Nah, sebenarnya aku sendiri nggak terlalu berharap sama bukunya. Tapi setelah dibaca, ternyata menarik juga.

     Di awal buku udah dikasih disclaimer kalau novel ini bakal bahas tentang isu keluarga. Kedua tokoh sama-sama punya tragedi terkait keluargnya. Nah di sini aku mau nyoroti gimana penolakan keluarganya memengaruhi karakter mereka.

     Pertama Lauren, sejak kecil dia dikirim orangtuanya ke Panti Asuhan. Dia yang saat itu masih belum tau apa-apa merasa "salah" dengan dirinya, seperti apakah aku tidak jadi anak yang baik? apakah aku kurang pintar? Alhasil dia berusaha perfeksionis dan susah buat percaya dengan orang, karena takut kalau dia berbuat "tidak seperti yang diharapkan orang lain", dia bakal ditinggalin.

     Selain itu, Lauren selalu "menerka-nerka" asumsi orang lain. Seperti, apakah aku sudah melakukannya dengan benar? Apakah aku bakal dipecat? Apakah mereka kecewa dengan tindakanku? Alhasil, dia jadi capek sendiri karena bingung dengan apa yang dia hadapi.

     Selanjutnya Asa, yang diusir keluarganya di usia 18 tahun karena dia adalah biseksual, sementara orangtuanya religious mengingat ayahnya adalah seorang Pastur. Sejak muda, dia harus pergi ke suatu tempat tanpa arah hingga akhirnya dia bekerja di Cold World. Dia juga sempat mempertanyakan identitasnya sebagai biseksual, seperti mengapa orang seperti dia dibenci? Apa yang harus dilakukan terkait orientasi seksualnya? Dan semacamnya. Hingga akhirnya, dia bertemu dengan teman-teman yang "satu suara" dengan dia.

     Ngomongin tentang keluarga Asa, sebenarnya aku antara pro dan kontra sih. Maksudku, Asa diusir karena keluarganya tidak setuju dengan kelakuan Asa yang biseksual. Nah, aku sendiri nggak menyalahkan keluarganya, kenapa mereka tidak setuju dengan tindakan Asa. Mengingat ayahnya adalah pemimpin agama yang "ngasih ceramah" buat menghindari biseksual.

     Di satu sisi, aku agak menyayangkan, kenapa langsung diusir? Kenapa nggak dikasih pengertian dulu? Mengingat usia segitu emang masih labil-labilnya. Harusnya mereka diskusi dulu, kayak nanyain kenapa Asa gini, kenapa orangtuanya punya prinsip itu.

     Nah, yang aku kurang suka, penulis di sini terkesan FULL nyalahin keluarganya. Bener-bener menggambarkan keluarga Asa itu sebagai sosok "jahat", gara-gara mereka kontra dengan LGBT. Jadi terkesan "maksain" cerita agar pembaca bisa setuju dengan LGBT (pas baca bionya, penulisnya emang biseks sih). Harusnya, kalau emang pengen kampanye LGBT lewat novel, jangan bikin narasi "tersakiti" untuk kaum LGBT-nya. Padahal orang-orang homophobic juga punya alasan kenapa mereka bisa gitu. Saling menghormati nggak harus setuju kan?

     Oke, balik lagi ke Lauren dan Asa. Hubungan antara Lauren dan Asa ini cukup menarik dinamikanya, tentang gimana awalnya mereka saling nggak suka karena "beda" karakter dan tujuan. Hingga akhirnya mereka bisa menyatakan perasaannya masing-masing. Candaan antara keduanya cukup seru, dan aku juga suka dengan gimana penulis menggambarkan pekerjaan mereka yang cukup kompleks, seperti bikin ide project, nyoba departemen lain dan semacamnya.

     Kisah akhirnya pun cukup heart-warming, meskipun konfliknya terlalu cepat diselesaikan. Apalagi, perkembangan karakter Lauren juga "agak" dipaksakan. Tapi secara umum, buku ini seru dan ringan untuk dibaca.

     Demikian ulasan buku dariku, terima kasih buat yang sudah baca!

You May Also Like

1 comments

  1. Jadi penasaran deh, relate sama kehidupan masa kini

    BalasHapus