Review Buku: Wizard Bakery dari Gu Byeong-mo

by - Desember 04, 2023



      Sastra Korea Selatan seringkali berani menyuguhkan topik novel yang mungkin agak bikin "ngeri" bagi sebagian orang, seperti bunuh diri dan pelecehan anak di bawah umur. Sebagaimana salah satu topik yang diusung dalam Novel Wizard Bakery dari Gu Byeong-mo ini.

     Kalau dilihat dari judulnya, mungkin banyak yang mengira novel ini cenderung bahas kue-kue-an atau sihir yang ajaib. Emang benar sih, novel ini ada unsur sihir dan kue. Tapi yang menjadi "topik" utama adalah tokoh "aku" yang mengalami kekerasan fisik di rumah dan difitnah melecehkan adik tirinya. Alhasil dia kabur dan bersembunyi ke toko roti misterius. Seperti apa kisah toko "aku" dalam novel Wizard Bakery ini?

Sinopsis Buku Wizard Bakery dari Gu Byeong-mo

     Tokoh "aku" sejak kecil ditinggal ibunya bunuh diri. Beberapa tahun setelahnya, ayahnya memutuskan untuk menikah dengan seorang guru yang mempunyai anak perempuan yang usianya di bawah tokoh "aku". Kehidupan baru bersama ibu tiri dan saudara tiri memang cukup menyesakkan baginya. Apalagi, ayahnya seolah menutup mata dengan ketidakadilan yang terjadi di keluarganya.

     Suatu hari, tokoh "aku" menemukan noda darah di pakaian dalam adik tirinya. Sang ibu yang kebetulan melihatnya pun langsung bertanya kepada anak perempuannya, siapa pelaku pelecehan itu? Anak perempuan yang saat itu berusia 8 tahun pun selalu menjawab tidak konsisten, hingga akhirnya, dia menunjuk tokoh "aku" karena terus didesak ibunya untuk menjawab pelakunya. Lantas, siapa pelaku sebenarnya? 

     Secara spontan, si ibu pun langsung memukul tokoh "aku". Tokoh "aku" yang gagap pun tidak mampu membela diri, sehingga dia memutuskan untuk kabur dari rumah dan bersembunyi ke toko roti langganannya yang buka 24 jam. Nggak disangka, ternyata toko kue yang bernama Wizard Bakery ini menyimpan rahasia yang mungkin sulit dipercaya orang-orang: menciptakan roti yang mengandung sihir tertentu. Meskipun dia menjual kue bersihir, tapi Wizard Bakery juga menjual kue "normal" yang dijual untuk orang-orang yang tidak tertarik dengan sihir.

     Lewat toko roti bersihir itu, tokoh "aku" menjalani pengalaman aneh. Dia yang bersembunyi di balik oven ketika dikejar keluarganya, bahkan dia juga bisa melihat kejadian "bagaimana ibunya melakukan bunuh diri?" secara detail. Sayangnya, tokoh "aku" tidak bisa terus-terusan berada di toko roti ini karena sebuah peristiwa. Peristiwa apakah itu? Bagaimana hubungan pembuat roti dan tokoh "aku" selanjutnya? Dan apa yang akan terjadi ketika tokoh "aku" kembali ke rumahnya? 

Opini terhadap Buku

     Dari tadi aku nyebutnya "tokoh aku", karena di bukunya sendiri tidak diberi tahu siapa nama tokoh utamanya. Dan aku baru sadar ketika cerita udah mulai masuk bab-bab akhir. Jadi, dari awal hingga akhir cerita, kita cuma diberikan narasi "aku", atau ketika orang lain memanggilnya jadi, "hei kau", atau "dasar anak kecil". Tapi anehnya, cerita tetap bisa mengalir bahkan bikin beberapa pembaca nggak sadar (termasuk aku). Saking mulusnya penulis dalam mempersatukan cerita dan narasi.

     Topik yang disajikan mungkin nggak bakal bikin nyaman sebagian pembaca, apalagi bagian pelecehan anak dan bunuh diri itu dijabarin cukup detail. Kayak gimana kondisi dan proses tubuh mayat yang bunuh diri dan semacamnya.

     Meskipun ada unsur bikin kuenya, sebenarnya nggak terlalu detail banget. Mungkin cuma disebutin beberapa jenis kue dan rasanya kayak gimana. Tentang proses pembuatannya pun cuma dijabarkan secara umum, jadi ya kalau berharap bakal nemuin resep kue atau detail penjelasan tentang rasa kue, sepertinya salah sasaran.

     Tokoh "aku" yang dibuat gagap pun sebenarnya agak menyebalkan ya, soalnya bikin greget aja ketika dia pas jadi korban malah "diem" aja. Tapi sebenarnya ada penjelasannya, kenapa dia bisa gagap di bab-bab awal. Meskipun di beberapa bagian, agak cenderung dipaksakan.

     Di toko kue itu ada pembuat kue laki-laki dan kasir perempuan. Untuk kasir, dijelasin dikit latar belakangnya. Dan dia cenderung ramah kepada tokoh "aku". Tapi untuk si pembuat kue, dia dingin dan tegas, tapi peduli. Sempet bertanya-tanya tentang latar belakangnya, tapi sempet dijelasin dikit tentang masa kelamnya dulu.

     Untuk ibu tiri si tokoh "aku", sebenarnya nggak sepenuhnya salah. Dia bertindak demikian demi melindungi dirinya sendiri, mengingat patriarki di Korea Selatan masih cukup tinggi. Dan juga aku kasihan banget ketika dia minta keadilan terkait tindakan pelecehan terhadap anak perempuannya, si jaksa malah berbelit dan memaksanya untuk berdamai dengan memberinya sejumlah uang. Sementara suaminya (ayah si tokoh "aku"), cenderung diam tak membantu sama sekali. Alhasil, si ibu tiri harus menahan malu dan anaknya terpaksa memfitnah si tokoh "aku".

     Novel ini mengombinasikan dunia fantasi yang penuh magic atau sihir dengan fenomena sosial yang sering terjadi di masyarakat. Seperti iri, dendam, yang kemudian dilampiaskan lewat sihir. Mirip santet, tapi ini jalur kue (makanan).

     Terkait perkembangan tokoh "aku" selama di toko kue pun ada sedikit. Dan di akhir cerita, akhirnya aku mulai melihat perkembangan karakternya yang walaupun sedikit tapi memuaskan. Dia yang gagap, sedikit-sedikit udah mulai belajar bicara lagi.

     Ending-nya gantung, di mana pembaca dipersilakan menyimpulkan sendiri. Tapi menurutku cukup memuaskan sih.

     Nah, untuk siapa buku ini? Kalau kamu suka sastra Korea Selatan dan nggak masalah dengan warning yang sempat aku sebut tadi, sepertinya nggak masalah baca buku ini. Soalnya unsur magic-nya kalau untuk orang Indonesia mungkin lebih mirip dukun santet kali ya. Jadi masih familiar.

     Sekian review buku Wizard Bakery dari Gu Byeong-mo. Terima kasih buat yang udah baca!

You May Also Like

0 comments