Review Buku: She and Her Cat dari Makoto Shinkai dan Naruki Nagakawa

by - November 23, 2023


      She and Her Cat dari Makoto Shinkai dan Naruki Nagakawa merupakan salah satu Japan Literature yang membahas tentang hubungan kucing dan manusia. Sebagaimana yang kita tahu, kucing merupakan salah satu hewan populer yang dipilih sebagian manusia untuk dijadikan peliharaan. Buku ini memuat pesan kehidupan yang meliputi kepercayaan diri, penyembuhan penyesalan dan keberanian untuk melangkah lebih jauh.

     Lewat empat kisah berbeda dari empat perempuan dan empat kucing, buku ini menyajikan kisah emosional tapi inspiratif, yang mampu memberikan perasaan hangat terhadap pembacanya. Yang tak kalah menarik, buku ini juga ditulis dengan 2 sudut pandang, yakni sudut pandang manusia dan para kucing itu sendiri. Bakal seperti apa ya kira-kira? Mengingat kucing yang kita kenal saat ini seringkali bertindak secara insting.

     Dengan latar cerita di sebuah kota di Jepang, She and Her Cat akan mengajak kita menyelami berbagai emosi manusia yang kadang sulit ditebak. Para kucing di sini pun akan menunjukkan "perannya", terhadap keberadaannya bersama manusia. Meskipun empat kisah ini berbeda, kita akan melihat adanya hubungan dari kisah-kisah tersebut. Seperti apa kisah-kisah mereka? 

Sinopsis Buku She and Her Cat

     Buku ini dibuka dengan kisah seorang perempuan penyendiri yang menemukan seekor kucing berwarna putih di sebuah trotoar. Dia pun membawa pulang kucing tersebut, yang kemudian diberi nama Chobi. Perempuan ini dalam kesehariannya dikenal sebagai orang yang "nggak enakan", sehingga hidupnya dipenuhi pikiran negatif dan menjadikannya tidak bahagia. Chobi yang merasa simpati pun ingin "si perempuan" ini berani mengambil tindakan tegas sehingga dia bisa lebih bahagia. Nah, apa yang akan dilakukan si Chobi?

     Kisah kedua berasal dari seorang seniman lukis yang cukup rebel, tapi sangat berbakat. Meskipun hidupnya berantakan dan dia sendiri cukup keras kepala, si seniman ini seringkali memberi makan kucing liar bernama Mimi. Mimi seringkali masuk ke apartemen si pelukis dan menemaninya membuat suatu karya. Tapi entah mengapa, dia enggan menjadikan Mimi sebagai kucing peliharannya, padahal dia secara tidak langsung sangat peduli dengan Mimi. Apakah alasan si perempuan pelukis ini? 

     Kisah ketiga berasal dari perempuan yang mengalami sedih berkelanjutan akibat perasaan bersalah atas kematian sahabatnya. Dia merasa, dialah penyebab kematian sahabatnya, setelah mengatakan ucapan yang menyakiti. Alhasil, dia selalu mengurung diri di kamar. Ibunya yang prihatin pun membawakannya seekor kucing bernama Cookie, untuk mengurangi kesedihan si perempuan ini. Cookie yang selalu dikurung di kamar bersama si perempuan pun lama-lama tidak betah karena ingin pergi ke dunia luar. Bagaimana cara dia agar bisa keluar bersama perempuan ini?

     Kisah keempat berasal dari seorang perempuan tua yang selama hidupnya dihabiskan untuk "merawat" orang lain, sehingga dia tidak tau tujuan hidupnya seperti apa. Suatu hari, anjing peliharannya mati karena usia, dan di sebelahnya ada kucing yang biasanya menjadi teman anjingnya. Karena terbiasa "merawat" peliharaan, si perempuan tua ini pun akhirnya memutuskan untuk merawat kucing yang bernama Kuro. Bagaimana petualangan Kuro dalam menemani perempuan tua menuju perkembangan karakter yang lebih baik?

Opini terhadap buku

     Buku ini punya kesan yang unik buatku. Soalnya, di awal terasa membosankan, mengingat alur dari kisah pertama hanya sekadar kisah kehidupan sehari-hari. Tapi entah kenapa, tiap mau tutup buku, seperti ada dorongan buat terus baca karena nagih (??). Bingung nggak sih, bosen tapi nagih karena penasaran?

     Dari sekian cerita yang ada di buku ini, aku paling tersentuh dengan kisah Mimi dan Reina di chapter 2. Reina yang merupakan seorang pelukis, enggan memelihara Mimi tapi dia selalu ngasih dia makan. Di satu sisi, Mimi pun tahu diri kalau dia bukan peliharaan Reina, jadi dia nggak berani tidur di sekitar apartemen Reina.

     Nah, di bagian ini, ada sedikit flashback tentang masa lalu Mimi. Dia sejak kecil selalu menjadi yang "tidak dipilih". Ketika dia lahir, saudara-saudaranya banyak yang "ngambil" buat dipelihara. Sementara dia nggak ada yang mau, soalnya dia paling terlihat lemah dan sakit-sakitan.

All my siblings were taken away, but nobody wanted me, and I was dumped just like that. I was the smallest and would often throw up my milk, and I was hard of hearing, so they didn't find me so adorable. I was the weakest of us all.

     Dan ketika dia udah beranjak dewasa, dia seperti kehilangan kepercayaan dirinya. Namun, saat ada manusia yang setidaknya peduli untuk memberinya makan, dia merasa punya ikatan dengan orang itu, dan berusaha menunjukkan bahwa dia kuat, kuat demi Reina yang selalu memberinya makan, padahal dia hanyalah kucing liar.

I wanted to be able to show Reina I could be independent too. (hal. 44)

I wanted to pay her back someday for all the food she gave me. (hal. 46)  

     Bahkan ketika dia akan melahirkan, dia berusaha untuk tetap mandiri, karena enggan menyusahkan Reina dengan suara teriakannya ketika melahirkan. Alhasil dia bersembunyi di suatu tempat, yang justru malah hampir membuatnya celaka. Apakah Mimi akan selamat? Dan bagaimana caranya Reina bisa bertemu dengan Mimi?

     Dari segi narasi, bahasanya sangat mengalir, jadi terasa ringan aja. Nggak butuh mikir untuk memahami lebih dalam. Setiap tokoh perempuan di sini juga manusiawi banget, nggak terlalu lebay dalam menggambarkan kesedihannya, dan nggak terlalu lebay juga dalam penyampaian kelebihan tokohnya. Rasa sedih yang muncul dari masing-masing tokoh itu sering banget kita temui sehari-hari, seperti sedih karena cinta sepihak, atau karena merasa kemampuan sendiri kurang, juga sedih karena penyesalan di masa lalu.

     Selain itu, penggambaran hubungan antara kucing dan manusia itu terkesan natural. Misalnya, Chobi dan Miyu. Miyu menemukan Chobi di pinggir jalan, lalu membawanya pulang. Awal-awal, dia ya memberi makan dan merawat sekadarnya, nggak sampai yang langsung terikat secara emosi. Barulah seiring berjalannya waktu, mereka bisa dekat. Begitu juga dengan kucing dan pemilik lainnya.

     Buku ini cocok ditujukan bagi pecinta kucing, pasti bakal relate dengan kisah-kisahnya. Vibes-nya juga heart-warming, tapi emosional juga. Kalau pernah nonton animasi karya Makoto Shinkai lainnya, pasti paham maksudnya. Pokoknya, ini recommended lah!

     Sekian review buku She and Her Cat dari Makoto Shinkai dan Nagakawa, terima kasih buat yang udah baca!

You May Also Like

0 comments