Review Buku: Days at the Morisaki Bookshop dari Satoshi Yagisawa

by - November 22, 2023



     Quarter life crisis emang merupakan fase hidup yang terasa berat, soalnya di usia segitu, kita akan mengalami perubahan dari fase remaja ke dewasa. Jadi, karena kita harus beradaptasi, otomatis akan timbul perasaan tidak nyaman yang dapat menjadikan kita stres. Sebagaimana yang dialami Takako dalam buku Days at the Morisaki Bookshop karya Satoshi Yagisawa, yang harus menghadapi realita hidup, bahwa tidak semua orang di dunia ini "normal" dan baik.

     Days at the Morisaki Bookshop berkisah tentang Takako, perempuan yang berusia 25 tahun, harus menerima kenyataan bahwa selama ini dia menjadi selingkuhan rekan kantornya. Lelaki yang sempat dianggap menjadi pacar Takako itu pun secara tiba-tiba mengatakan bahwa dia akan menikah dengan pacar aslinya, yang ternyata juga berada di satu kantor dengan mereka. Perasaan Takako tentu saja campur aduk, mulai dari sedih, marah dan merasa bodoh. Demi menjaga kesehatan mental, dia pun memutuskan untuk resign dari kantornya.

     Setelah beberapa hari menghabiskan waktu di apartemennya sebagai "pengangguran", secara tiba-tiba, paman Takako yang bernama Satoru menghubunginya. Dia meminta Takako untuk menempati ruko dari toko buku kecilnya yang berada di sebuah kota kecil. Karena uang tabungan Takako mulai habis, dia pun memutuskan menerima tawaran tersebut. Apakah Takako akan menemukan kebahagiaan baru di sana?

     Di satu sisi, Satoru yang terlihat ceria ternyata juga menyimpan kesedihan tersendiri. Istrinya secara tiba-tiba pergi meninggalkannya tanpa pesan beberapa tahun lalu. Satoru yang sampai sekarang terus mencari jawaban, mengapa istrinya memilih untuk meninggalkannya tanpa sepatah kata? Apa kesalahan dia? Hal ini tentu juga membuat Takako penasaran. Lantas, apakah Takako berhasil menemukan jawaban tersebut demi membantu pamannya?

Opini buku Days at the Morisaki Bookshop

     Japan literature tipe slice of life emang kadang terasa nanggung, makanya pas aku baca ini aku ya nggak mau ekspektasi tinggi. Dan ternyata ya emang nanggung. Entah dari segi penyelesaian konflik, juga dengan penggambaran alurnya.

     Buku ini terbagi menjadi dua bagian, bagian pertama membahas kehidupan Takako yang baru saja patah hati setelah mengetahui kenyataan bahwa dia jadi selingkuhan. Dia yang serba putus asa pun mulai membuka lembaran baru di Toko Buku Morisaki milik pamannya. Awalnya ya aku cukup berharap, di buku ini bakal diberikan penyelesaian tentang masalah Takako secara rinci dan sistematis. Terutama, tentang kisah percintaannya dia. Apalagi dia sempet ragu ketika mantan pacarnya meminta dia kembali.

     Sayangnya, di buku bagian 2, cerita langsung lompat ke kisah hidup Satoru yang ditinggal pergi istrinya tanpa sepatah kata. Aku yang awalnya mikir, fokus buku ini lebih ke pengembangan diri Takako, agak kecewa juga pas bagian 2 malah langsung bahas Satoru sebagai tokoh utama. Padahal masalah pertama dari Takako masih agak gantung.

     Meski demikian, Takako tetap mengalami pengembangan karakter juga kok. Apalagi dia di sekitar toko, dikelilingi orang-orang baik. Hanya saja, bagi sebagian orang yang berharap Takako percintaannya mulus, siap-siap kecewa aja, mengingat kisah percintaannya nggak dijabarkan secara detail. Soalnya genre buku ini bukan romantis, lebih ke slice of life yang fokusnya ke pelajaran hidup.

     Dengan beberapa kekurangan yang aku sebut di atas, bukan berarti buku ini nggak bagus sama sekali. Tentu saja ada beberapa poin menarik yang bikin aku betah buat menyelesaikan buku ini. Di antaranya, gaya bahasa yang ringan dan mengalir. Sebelum baca buku ini, aku sebenarnya sedang reading slump dan males lihat bacaan sama sekali. Ketika aku maksain baca buku ini, di chapter pertama udah dibuat nagih untuk ngikuti kisah si Takako. Dan karena buku ini tipis bgt, nggak sampai 150 halaman, tiba-tiba aku udah selesai aja dalam sekali duduk.

     Poin menarik selanjutnya, adalah penggambaran suasana di toko buku Morisaki yang super bikin iri para pecinta buku. Bayangin aja, kamu ada di sebuah ruangan berisi ratusan buku bagus yang super langka, dan tentu saja aroma buku yang bikin nyaman. Tak hanya itu, di sekitar toko buku Morisaki juga suasananya terasa damai. Orang-orangnya pada ramah khas kota kecil, terus ada cafe juga yang terasa cozy kalau dibayangin. Intinya, suasananya berasa calming dan heart-warming.

     Nah, buat siapa sih buku ini? Kalau kamu adalah orang yang super detail dalam baca buku, aku rasa buku ini nggak cocok sama kamu. Karena semuanya serba nanggung. Apalagi penyelesaiannya nanggung dan gantung. Tapi, kalau kamu orang yang lagi reading slump atau bukan tipe yang suka mikirin alur secara mendalam, buku ini bakal cocok, apalagi dengan vibes yang damai banget. Cocok lah buat pelarian bagi yang hidupnya di dunia nyata udah berat.

     Sekian review buku Days at the Morisaki Bookshop dariku. Semoga bermanfaat dan terima kasih buat yang udah baca! 

You May Also Like

0 comments