Review Buku: Over the Moon dari Soraya Nasution

by - Februari 09, 2023

     Novel Over the Moon dari Soraya Nasution adalah kisah yang berangkat dari fenomena "balapan nikah". Pertanyaan kapan nikah memang sudah jadi pertanyaan rutin ketika kumpul-kumpul di Indonesia. Apalagi kalau usia sudah masuk ke pertengahan 20-an, dan kamu adalah perempuan. Pasti dianggap perawan tua oleh lingkungan.

      Inilah Ajeng, perempuan berumur 29 tahun yang punya kerjaan mapan di salah satu stasiun TV. Di saat teman-teman satu gengnya sudah menikah dan punya anak 3, Ajeng masih berstatus lajang. Dengan Mama yang overprotective dan cerewet, Ajeng harus betah dengan kelakuan Mamanya yang kerap mencarikan jodoh untuknya, karena takut anaknya nggak laku. Risih banget kan?



     Suatu ketika, sebuah bencana pun datang, dan Ajeng terpaksa harus menggantikan Evelyn untuk menjadi host interview acara inspiratif. Dari situ, ia pun harus bertemu Casanova kelas kakap yang pernah ditemuinya di Inggris 8 bulan silam, yakni Gandi Alfareza Siregar.

     Gandi adalah Arsitek hebat asli Indonesia yang telah lama berkarir di Eropa. Tak disangka, dia ketemu lagi dengan Ajeng, perempuan Indonesia yang menjadi "korban"-nya di Inggris. Rezeki tak kemana, pikirnya. Dengan ini dia bisa melakukan pendekatan serius dengan Ajeng.

     Gandi yang tengil, super pede dan tukang tebar pesona secara terang-terangan menunjukkan rasa sukanya di hadapan teman-teman kantor Ajeng. Bahkan, dia tak ragu untuk mengirimi teman kerja yang satu lantai dengan Ajeng kopi Starbucks dan muffin setiap hari demi menarik hati mereka.

     Yang paling parah, Gandi tak sungkan menghadiahi tas mahal untuk Nana (teman Ajeng di kantor), dan suaminya yang baru saja menikah. Pendekatan ke teman-teman Ajeng pun berjalan sukses.

    Masalahnya, Ajeng ini sulit diluluhkan gara-gara Gandi pernah berbuat salah ke Ajeng sewaktu di Inggris. Di mata Ajeng, Gandi adalah laki-laki mesum tukang tebar pesona dan kurang ajar. Alhasil, Ajeng selalu galak dan sering berkata kasar ketika bertemu Gandi. Hm, gimana cara Gandi membuktikan bahwa dia bukan orang mesum seperti yang dipikirkan Ajeng ya?

     Tak sampai situ, Mama Ajeng pun ternyata terang-terangan menolak Gandi karena suatu alasan. Malahan, Mama Ajeng menyuruh Ajeng untuk menerima "orang kantornya" yang juga tertarik dengan Ajeng. Pusing banget jadi Gandi. Padahal karirnya cemerlang, tapi kenapa percintaannya harus suram seperti ini sih?

     Siapa yang akan dipilih Ajeng? Pilihan Mamanya atau Gandi yang sudah mati-matian mengejarnya? Apakah dia lebih memilih kebahagiaan Mamanya? Lalu bagaimana dengan Gandi? Apakah berhasil menemukan pengganti Ajeng?

Kesan terhadap Buku

     Ini adalah karya Soraya Nasution yang pertama, sebelum Progresnya Berapa Persen? terbit. Jadi memang terasa banget perbedaannya, karena dapat dibilang, di novel inilah mulai muncul kritik dan saran untuk tulisannya selanjutnya.

     Mulai dari kelebihan buku, yang aku suka di sini adalah pesan cerita utamanya, yakni tentang mengutamakan keluarga di atas percintaan. Di sini, Ajeng adalah anak tunggal yang dibesarkan dari keluarga yang baik. Keluarganya benar-benar peduli dan berusaha memberikan yang terbaik untuk anaknya. Terlepas sifat Mama-nya yang terkesan cerewet dan childish, tapi tidak ada alasan lain bagi Ajeng untuk tidak berbuat baik ke orangtuanya.

     Alhasil, karena Ajeng tumbuh dan dibesarkan dengan cinta dari Papa Mama-nya. Sudah sepantasnya dia membalas kebaikan mereka, dengan patuh dan menuruti keinginan keduanya. Setidaknya selama dia mampu. Sehingga, suatu ketika Ajeng harus rela mengorbankan cintanya ke Gandi. Karena biar bagaimana pun, keluarga adalah segalanya. Apalagi Papanya sempat sakit, Ajeng semakin tidak rela untuk jauh dengannya.

     Mungkin bagi sebagian orang bakal mikir, "Tapi kan Ajeng juga punya hidupnya sendiri. Harusnya dia bisa mengambil keputusan sendiri dong". Awalnya aku sempat mikir gitu. Tapi ada kutipan yang bikin aku tersentuh:

"Kamu memilih keluargamu, karena bagimu keluarga adalah segalanya. Jadi, ketika aku menjadi bagian dari keluargamu, kamu pasti bakal melakukan hal serupa kan? Menjadikan aku salah satu prioritas utamamu.

Kurang lebih seperti itulah. Jadi dapat dikatakan, siapapun yang menjadi suami Ajeng, akan turut menjadi prioritas Ajeng. Soalnya, dapat dilihat, Ajeng aja ngutamain orangtuanya ketimbang dirinya sendiri, bukan?

     Tapi untuk di dunia nyata, hal seperti ini tidak bisa dijadikan patokan ya. Kalau nyari pasangan, tetep perhatikan Fit and Proper Test-nya dari faktor lain juga :P.

     Kelebihan lain yang aku suka, di buku ini ada sedikit ilmu tentang gambaran pekerjaan di media TV. Karena Ajeng adalah karyawan media, sedikitnya kita tahu, gimana sih mekanisme kerjaan di media TV itu.

     Sementara itu, yang menjadi kekurangan buku adalah jalan cerita yang lompat-lompat dan banyak plot holePatut digarisbawahi, banyak. Artinya hampir setiap bab mengandung plot hole. Jadi kelihatan banget kalau novel ini masih mentahan dari wattpad. Entah editornya yang gimana, atau memang konsepnya seperti itu. Alhasil muncul banyak pertanyaan, kayak "tadi Gandi gimana ya akhirnya setelah dimarahi Ajeng?", atau "Emang kapan Ajeng sama Gandi janjiannya, kok tiba-tiba jalan bareng?" dan lain sebagainya.

     Selain itu, penyelesaian masalah dan ending-nya terkesan diburu-buruin. Jadi, setelah konflik akhir terjadi, tiba-tiba bab selanjutnya langsung penyelesaian. Tidak dijelaskan dengan rinci, gimana masing-masing tokoh setelah konflik. Lebih ke "cuma ngasih tau" secara singkat. Misalnya, Ajeng sedih tapi tetap bekerja. Dan sebagainya.

     Untuk karakter tokoh, yang pertama Ajeng. Menurutku karakter Ajeng di sini terkesan pick me girl ketika dihadapkan dengan laki-laki. Dia selalu merasa, "aku tuh nggak kayak cewek lain yang gini, gitu". Beberapa kali aku sempet mikir "hah, 29 tahun masih punya pikiran kayak gini?".

     Selain itu, penulis seperti memaksakan kalau Ajeng ini bener-bener punya daya tarik yang luar biasa. Jadi biarpun dia kasar ke orang lain, laki-laki tetap banyak yang suka. Atau, makan banyak tapi nggak gemuk-gemuk. Pokoknya too good to be true. Dan sebenarnya sifat kasar dia itu terkesan dipaksakan penulis juga sih. Meskipun untuk sifat patuh ke orangtuanya, itu masih sesuai nalar dan terkesan alami.

     Untuk karakter Gandi, sebenarnya dia ini dibuat menyenangkan banget. Tengil, super PD, suka senyum-senyum gajelas, sopan dan sabar. Tapi sayang, untuk sabarnya itu beneran dipaksakan penulis. Padahal dia diusir berkali-kali, dibentak, bahkan dikatain dengan pernyataan yang cukup menjatuhkan harga diri, dia tetep ngejar-ngejar Ajeng. Ini dongeng banget (eh tapi ini emang dongeng sih). Definisi too good to be true. Di dunia nyata, kalau diperlakukan kayak gitu, entah secinta apapun, kebanyakan bakal mundur juga. Apalagi Gandi secara value dan materi, sangat jauh dari Ajeng.

     Untuk karakter Mama-nya Ajeng, biarpun aku kurang suka sama sifatnya, tapi karakter Mama Ajeng ini terkesan nyata. Hahahaha. Mama Ajeng adalah penggambaran ibu-ibu yang termakan tren "kapan nimang cucu" dan "kapan mantu". Jadi bakal sering juga ditemui di dunia nyata.

     Oh iya, pas baca ini aku keinget sama Progresnya Berapa Persen?, soalnya di sini adalah asal mula Gandi Partners terbentuk. Nah, Gandi Partners ini adalah biro arsitek terkenal yang jadi idamannya Naufal, temen April di kantor. Terus di novel Over the Moon ini juga sempet nyinggung nama Ferdinand Agung, kakaknya Dewangga.

     Secara keseluruhan, novel ini beneran kalah jauh dibanding tulisannya yang Progresnya Berapa Persen?. Entah dari segi jalan cerita, karakter tokoh-tokohnya dan penyelesaian masalahnya. Tapi namanya juga berkembang, dan tulisan Soraya di novel selanjutnya memang terlihat perkembangannya.

     Novelnya Soraya Nasution emang berhubungan satu sama lain. Karena imajinasi dia udah terlanjur di tokoh-tokoh tersebut, EHEHEH. Tapi aku suka, jadi nggak sabar, apakah Soraya bakal nerbitin novel tentang kisah sampingan karakter lain seperti Naufal dan Jelita misalnya.

     Demikian ulasan dariku. Terima kasih bagi yang membacanya, happy reading!

You May Also Like

2 comments

  1. Daripada tanya kapan nikah, mending mulai ajarin ilmu nikah 💍

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku juga pernah nulis sesuatu tentang pernikahan di blog ini. Barangkali tertarik, bisa dikunjungi ke link ini:

      https://www.duniarita.com/2023/02/catatan-baca-book-of-marriage-dari-gyta.html

      Itu diambil dari salah satu buku tentang "ilmu" pernikahan.

      Hapus