Review Buku: Midnight Library dari Matt Haig

by - Juni 04, 2022



     Kalau kamu punya kesempatan buat ngulang kehidupan, apakah kamu bakal memilih pilihan yang berbeda dari yang kamu pilih saat ini?

     Pilihan. Manusia kerap kali dihadapkan dengan berbagai pilihan yang kadang membuat kita dilema. Apa benar pilihan sekarang adalah yang terbaik? Kalau aku memilih pilihan lain, apakah hasil yang didapat akan lebih baik?
     Midnight Library dari Matt Haig adalah salah satu novel inspirasi yang memuat bahasan terkait pertanyaan pembuka tadi. Tentang penyesalan terhadap pilihan yang dipilih. Tentang keputusasaan karena merasa pilihan yang dipilih saat ini salah. Dan tentang upaya untuk bangkit menerima jalan hidup yang telah dipilih. Seperti buku pengembangan diri, ya? Nah, kali ini aku ingin mengulas novel ini, karena menurutku novel ini punya premis yang menarik. Jadi, kalau ingin tau, baca tulisan ini sampai selesai ya!

Sinopsis

     Nora, seorang perempuan lulusan filsafat, harus menerima fakta bahwa dia di-PHK dari tempat kerjanya, padahal pada malam sebelumnya dia harus meratapi anjingnya yang meninggal. Kakak dan sahabat dekatnya pun terlihat tidak peduli dengan kehidupan Nora saat ini. Tak hanya itu, sebelumnya ia juga gagal menikah dengan kekasihnya, karena satu dan lain hal. Merasa kehidupannya sangat kacau dan buruk, Nora pun putus asa dan memutuskan untuk bunuh diri dengan overdosis.
     Bukannya mati, tapi dia malah terjebak di sebuah perpustakaan tengah malam. Perpustakaan ini adalah batas antara kehidupan dan kematian. Di perpustakaan tersebut ia disuguhi dengan "Book of Regrets", yang berisi tentang penyesalan Nora semasa hidup. Dari sini, dia kemudian diberikan kesempatan untuk mengulang kehidupan-kehidupan  yang sebelumnya tidak dipilih. Dan petualangan Nora pun dimulai.
     Awalnya, semua kehidupan yang dicoba saat itu terlihat indah. Hingga akhirnya, semua berjalan tidak seperti yang Nora harapkan. Dari semua pilihan yang tersedia, hasil akhirnya tidak lebih baik dari kehidupan Nora saat ini. Apakah selanjutnya Nora akan memutuskan untuk memilih hidup kembali? Atau malah dia memilih lenyap dari dunia, karena merasa takdir hidupnya memang tidak baik?

Ulasan

     Premis cerita ini sangat menarik, di mana penulis memberikan alternatif kehidupan tokoh utama yang sedang mengalami putus asa. Di sini, Matt Haig seperti ingin memberikan pesan kepada pembaca, yang mungkin sedang mengalami hal serupa Nora, bahwa pilihan lain yang disesali karena tidak dipilih, belum tentu akan menghasilkan outcome yang lebih baik dari pilihan saat ini.
     Sebagian dari kita, pasti pernah mengalami dilema pada beberapa pilihan. Meskipun kita sudah mempertimbangkan secara matang pun, tidak menjamin bahwa kita tidak akan menyesalinya di kemudian hari. Apalagi ketika setelah memilih salah satu pilihan tersebut, nasib tidak baik malah yang diterima. Dan tak sedikit dari kita yang berpikir, "Seandainya dulu aku pilih A, seandainya dulu aku gak pilih B", dan semacamnya. Yang menjadi pertanyaan, apakah pilihan lain bisa memberikan hasil yang lebih baik? siapa yang bisa menjaminnya?
     Terkait jenis ceritanya, novel ini cenderung character-driven yang lebih fokus ke pengembangan karakter ketimbang alur cerita. Jadi, dapat dibilang alurnya datar dengan konflik yang tidak terlalu menonjol. Bagi sebagian orang mungkin akan menganggap bahwa novel ini membosankan. Karena secara umum, novel ini memang berisi alternatif kehidupan Nora. Sehingga pembaca merasa bahwa kisah dalam buku ini terlalu banyak repetisi (pengulangan).
     Meski alurnya terkesan membosankan, novel ini punya pesan moral yang sangat bagus. Pesan moral yang mungkin sangat dibutuhkan oleh banyak orang, terutama bagi mereka yang sedang berada di titik rendah, penuh penyesalan, namun ingin bangkit dan kembali berjuang. Ending dari buku ini yang heartwarming pun memberiku beberapa inspirasi untuk tidak banyak mengeluh tentang kehidupan yang disesali.
     Aku pribadi sangat suka dengan novel ini, karena aku sendiri merasa butuh novel inspirasi mengenai kehidupan semacam ini. Apalagi aku termasuk orang yang sering berpikir: seandainya dulu aku milih A, seandainya dulu aku begini, dan pengandaian yang lainnya. Novel ini termasuk "obat" yang membuatku kembali sadar, bahwa apa yang sudah aku pilih saat ini adalah yang terbaik. Kalaupun sedang buruk, memang waktunya aku mengalami situasi tidak menyenangkan dalam hidup, karena kehidupan memang terus berputar, bukan?
     Demikian ulasan yang aku tulis kali ini. Semoga bisa membantu, dan terima kasih bagi yang sudah membaca sampai selesai!

You May Also Like

0 comments