Tips Kesungguhan Kerja untuk Kamu Agar Lebih Produktif

by - Juni 02, 2022



     Kesungguhan kerja adalah kemampuan untuk bisa melakukan pekerjaan secara fokus dan intens. Di mana hal ini diperlukan agar pekerjaan penting bisa diselesaikan tepat waktu dengan kualitas yang tinggi. Sayangnya, tidak semua berhasil mencapai kesungguhan kerja, dikarenakan ada banyak distraksi yang sulit untuk dihindari.

     Salah satu buku produktivitas terkenal, Deep Work dari Cal Newport, memuat insight-insight menarik, yang berkaitan dengan tips untuk lebih produktif, terutama untuk pekerjaan yang perlu konsentrasi tinggi. Kali ini, aku ingin menuliskan insight apa saja yang aku dapat dari buku ini. Oleh karena itu, bagi kalian yang ingin tahu isi bukunya tapi belum sempat baca, kalian bisa baca tulisan ini sampai selesai ya!


Pelajaran dari Buku Deep Work - Cal Newport



     Sebelum memasuki ke pembahasan lebih lanjut, Cal Newport mengklasifikasikan tingkat pekerjaan ke dalam dua jenis. Yang pertama adalah Shallow Work, yang kedua adalah Deep Work.

     Shallow Work adalah tingkat pekerjaan yang tidak memerlukan energi dan konsentrasi yang terlalu banyak. Dalam artian, kita tidak perlu memberikan waktu khusus yang intens dalam pengerjaannya. Contohnya adalah membalas pesan/email dan input data administrasi.

     Sementara Deep Work, adalah pekerjaan yang membutuhkan konsentrasi dan energi lebih. Sehingga kita butuh waktu dan fokus yang intens dalam pengerjaannya. Contohnya adalah menulis artikel ilmiah, mengerjakan laporan penting dan semacamnya.

     Sesuai dengan judul artikel ini, aku akan memfokuskan ke upaya untuk bisa mencapai Deep Work, di mana terdapat beberapa kaidah yang disebutkan oleh Cal Newport. Di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Bekerja Dengan Sungguh-Sungguh


     

Yang menjadi pertanyaannya adalah, bagaimana supaya kita bisa bekerja dengan sungguh-sungguh?

     Insight menarik yang aku dapat dari buku ini untuk pertanyaan tersebut setidaknya ada 2 tahap, yakni:

A. Menemukan Cara Bekerja yang Cocok

     Setiap orang punya cara bekerja yang berbeda-beda. Dalam buku ini dituliskan setidaknya ada 3 jenis cara bekerja yang sering dilakukan oleh banyak orang. Di antaranya:

    (a) Membagi waktu menjadi 2 bagian, waktu khusus untuk pekerjaan penting, dan sisanya aktivitas lain.
          Misalnya, dalam 1 hari, dimulai dari pukul 7-10 pagi adalah waktu wajib untuk fokus bekerja TANPA terganggu dengan aktivitas lain. Kalau perlu, kita harus menghilang dari jangkauan orang-orang, entah jangkauan secara langsung, maupun jangkauan dari Whatsapp, email dan sebagainya. 
     Setelah melewati itu, barulah bisa mengerjakan pekerjaan lain. Cara ini memang cukup ekstrem bagi sebagian orang, oleh karena itu, mari coba lanjut di cara berikutnya.

    (b) Menciptakan ritme sesuai kebiasaan
         Kunci dari cara ini adalah menjadikan pekerjaan itu sebagai kebiasaan. Jadi, kita bisa memulainya dari hal-hal kecil terlebih dahulu. Sebagai contoh, luangkan waktu 30-60 menit saja dalam sehari, untuk melakukan pekerjaan penting. Terserah di jam berapa, yang penting di rentang waktu tersebut, kita fokus bekerja.
     Hasil dari cara bekerja ini mungkin tidak terlalu intens dibanding cara pertama. Tapi, konsistensi adalah yang diperlukan dari cara kerja yang ini. Yang penting, terbiasa dulu.

    (c) Bekerja ketika menemukan waktu luang
             Mungkin ini adalah cara yang terlihat paling mudah. Cara ini ditujukan bagi orang-orang yang tidak punya "jam fokus" secara pasti dikarenakan harus mengurus seorang anak, atau hal mendesak lainnya. Misalnya, baru bekerja fokus tanpa gangguan ketika anak sudah tidur.
    Kekurangannya, hasil yang didapat tentu tidak semaksimal dengan 2 cara sebelumnya. Dan juga, orang akan cenderung menggampangkan dengan dalih "belum menemukan waktu luang".

B. Ritualkan Perlahan-Lahan


     Yang dimaksud ritualkan di sini adalah menciptakan tempat, lingkungan dan cara agar kita bisa menikmati proses ini. Sehingga, hal ini bisa terus berlanjut secara otomatis. Sebagai contoh: mengatur tempat dan meja kerja secara estetik, kemudian menciptakan suasana kerja yang diselingi dengan musik lo-fi sambil minum es kopi. Jadi setiap bekerja secara fokus, kita berada di tempat dan suasana semacam itu.


2. Merengkuh Kebosanan



     Internet adalah salah satu distraksi terbesar di era saat ini. Oleh karena itu, banyak yang cenderung lari ke internet ketika merasa bosan. Sebenarnya, bukan hal yang buruk untuk membuka internet, browsing sesuatu dan lain-lain. Tapi terkadang, kita jadi kebablasan, sehingga gak sadar sudah membuka internet dalam jangka waktu lama.
     Oleh karena itu, perlu ada penjadwalan dalam penggunaan internet. Sebagai contoh, hanya boleh buka internet ketika jam 1 siang. Kalau pekerjaanmu adalah tipe yang perlu komunikasi via internet (Whatsapp, Email), coba jadwalkan dengan sistem Pomodoro, misalnya buka internet 5 menit setiap berhasil kerja fokus selama 40 menit.
     Bagi sebagian orang, pasti akan mengalami fase bosan sebelum bisa buka internet. Namun, hal ini memang perlu ditahan, dengan mengalihkan kebosanan itu ke pekerjaan lain. Misal meditasi, atau berjalan-jalan sambil berimajinasi mencari solusi.


3. Meninggalkan Media Sosial




      Media Sosial memang banyak membantu untuk menjangkau orang-orang yang jauh dari kita. Akan tetapi, semakin ke sini, media sosial malah menjadi hal candu, di mana orang-orang seakan sulit untuk melepasnya.
     Kalau pekerjaan kamu memerlukan media sosial untuk branding, kamu bisa melewati bagian ini. Tapi kalau pekerjaan kamu gak terlalu perlu menggunakan media sosial, alias kamu hanya menggunakannya untuk mencari hiburan, kamu bisa melanjutkan membaca bagian ini.
Lantas, bagaimana cara untuk meninggalkan media sosial secara perlahan?
     Mungkin akan susah untuk melepas media sosial secara penuh. Tapi, langkah awal yang perlu dilakukan adalah menanamkan mindset bahwa orang lain sebenarnya tidak terlalu peduli dengan keberadaanmu di media sosial. 
     Sulit dipercaya memang. Apalagi, kita sering kali bertukar like dan komentar di platform tersebut. Untuk itu, coba buktikan sendiri dengan tidak aktif sementara di media sosial. Sebagian teman di platform tersebut mungkin tidak sadar bahwa kamu "menghilang". Kecuali, kamu adalah seorang influencer terkenal.
     Setelah itu, coba evaluasi penggunaan media sosial harian. Renungkan, sekiranya apa manfaat membuka media sosial? Dan apa yang bisa dilakukan kalau tidak bermain media sosial? Evaluasi semacam ini mungkin akan memberikan insight baru untuk kamu.
     Kalau selama ini kamu menggunakan media sosial untuk mencari hiburan, coba alihkan ke hiburan lain. Misalnya, membaca, merajut, bermain alat musik, atau menulis sesuatu di blog.

4. Menghilangkan Kesembarangan



     Terkadang, setiap pekerjaan yang kita lakukan dalam sehari itu tidak jelas waktunya. Dalam artian, kita tidak tahu, berapa jam waktu yang kita habiskan untuk bekerja fokus? Berapa yang kita gunakan untuk bersantai? Sehingga terkadang, kita masih sering merasa "tidak melakukan apa-apa" di hari itu. Dikarenakan, kita tidak sadar dengan jadwal harian kita.
     Dalam buku ini, kita diminta untuk menjadwalkan kegiatan kita setiap menit. Semisal, dalam rentang jam 8-10 pagi, kita akan bekerja fokus selama berapa menit? Lalu berapa menit waktu yang dihabiskan untuk bersantai di jam itu? Setelahnya, lakukan evaluasi kira-kira kegiatan apa yang mendominasi di rentang waktu tersebut, dan berapa durasi waktu yang tidak sesuai dengan rencana awal.
     Selain itu, kita juga perlu mengukur standar kegiatan kita. Semisal menentukan mana pekerjaan yang shallow, dan mana pekerjaan yang deep. Setelah itu barulah kita menentukan manajemen waktu untuk pekerjaan tersebut. Misal jam berapa kita mengerjakan pekerjaan fokus, jam berapa kita mengerjakan pekerjaan ringan.


     Melakukan tips di atas memang bukan hal yang mudah. Apalagi kalau sebelumnya kita tidak terbiasa dengan hal semacam ini. Oleh karena itu, diperlukan proses untuk menuju perubahan.
     Demikian tulisan tentang tips kesungguhan kerja dari buku Deep Work yang ditulis oleh Cal Newport. Semoga bisa menambah pandangan baru terkait produktifitas. Terima kasih sudah membaca hingga selesai!

You May Also Like

0 comments