Selasa, 25 Maret 2025

Review Buku: The Cat Who Saved The Library dari Sosuke Natsukawa

      Ngomongin selera buku, kayaknya sebagian besar buku yang kubaca dan review di sini adalah Sastra Jepang. Termasuk buku yang aku review kali ini.

     Setelah sukses dengan buku sebelumnya yang berjudul The Cat Who Saved The Books, Sosuke Natsukawa kembali nerbitin buku yang merupakan sekuel dari buku sebelumnya, yang berjudul The Cat Who Saved The Library. Ngomong-ngomong, aku baca ini dari ARC Netgalley. Dan buku ini bakal terbit 10 April 2025 nanti.



     Langsung aja deh aku tunjukkin dulu gimana jalan cerita buku ini. Jadi, jika sebelumnya kita ketemu Rintaro sebagai protagonisnya, di sini kita ketemu Nanami, seorang perempuan SMP yang pinter, tapi punya penyakit asma, sehingga kesehariannya, dia dibatasi nggak boleh pergi ke banyak tempat. Alhasil, dia dari kecil seringnya main di perpustakaan deket rumahnya. Dan saking seringnya, dia sampai hafal tata letak buku yang ada di dalamnya.

     Suatu hari, dia menyadari, kalau ada beberapa buku yang hilang. Tiap tanya ke pustakawannya, dia selalu dijawab ketus. Oleh karena itu, dia sering berkeliling perpustakaan untuk menyelidiki siapa pelaku pencurian buku tersebut.

     Nah, hingga akhirnya, dia lihat seorang pria abu-abu yang mengendap-endap di suatu rak. Seperti dugaan Nanami, ada buku yang hilang di rak tersebut. Selanjutnya, dia pun ngikutin pria itu hingga akhirnya ketemu Tiger (kucing yang bisa bicara), yang kemudian membawa Nanami ke dunia fantasi.

     Di dunia fantasi itu, Nanami dan Tiger bertemu dengan Jendral, Perdana Menteri dan bahkan Raja yang "takut" dengan buku. Sembari beradu argumen, Nanami dan Tiger terus berupaya supaya buku-buku tersebut tidak dibakar. Sayangnya, upaya Nanami dan Tiger malah membuat mereka marah yang diikuti dengan bara api di mana-mana.

     Bagaimana Nanami dan Tiger menyelamatkan diri dari api-api tersebut? Mana yang mereka pilih, menyelamatkan buku atau diri sendiri terlebih dahulu?

     Ekspektasiku pas awal baca, buku ini ya akan ngasih kesan cozy dan heart-warming. Apalagi aku butuh bacaan ringan untuk ngobatin reading slump-ku. Tapi ternyata, buku ini berkebalikan dari buku pertamanya. Kalau buku pertama cenderung light dan hangat, sekuel ini lebih dark dan intense, apalagi saat di dunia fantasinya.

     Baca ini berasa nonton Caroline, yang dia dikejar-kejar makhluk gajelas itu. Bikin deg-degan, sesak juga mengingat kondisi Nanami yang asmanya sering kambuh, dan berasa dikejar-kejar sesuatu. Untuk gaya kepenulisannya memang keren sih.

     Objektif aja ya, meskipun aku kurang suka buku ini karena bikin aku capek bacanya, tapi nggak bisa dipungkiri kalau Sosuke berhasil ngasih tema baru di buku barunya. Dia pengen ngasih gebrakan kalau nggak semua trend buku Jepang tentang perpustakaan atau kucing tuh harus cozy, hangat dan ringan. Boleh banget loh kalau protagonisnya sengsara, alurnya nggak mulus, atau gagal dalam mencapai tujuannya. Imajinasinya juga bagus sih. Cuma, karena aku bukan tipe pembaca fantasi, tentu saja buku ini bukan jadi favoritku.

     Pesan utamanya buku ini sih terkait manusia yang nggak bisa hidup sendiri. Jadi, mau kamu sepinter apapun, semales apapun dengan manusia, atau seintrovert apapun, kamu nggak bakal bisa hidup sendiri. Hubungan manusia itu terus berputar, kalau kamu bantu A, mungkin suatu hari akan dibantu lewat B dan seterusnya. Ditunjukkan dengan Nanami yang punya asma, ketika asmanya kambuh, dia butuh seseorang buat bantu nyariin semprotan oksigennya.

     Lalu, buku ini juga menyoroti perkembangan hubungan Nanami dan Ayahnya yang awalnya renggang karena Ayahnya sibuk mencari uang. Bagaimana keduanya kemudian berkomunikasi, hingga akhirnya keduanya bisa membaik seperti Nanami waktu kecil dulu.

     Demikian ulasanku tentang buku The Cat Who Saved The Library dari Sosuke Natsukawa, semoga bermanfaat! Terima kasih sudah membaca!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar