Review Buku: We'll Prescribe You A Cat dari Syou Ishida

by - September 12, 2024



      Beberapa waktu lalu, tepatnya akhir Agustus, kucing-kucingku mulai meninggal satu per satu. Karena ini adalah pengalaman pertama melihara kucing, jadi aku bener-bener pertama kali ngerasain kehilangan kucing yang biasanya disayang-sayang. Nggak pernah nyangka bakal sesedih ini. Alhasil, aku jadi keingat salah satu buku yang baru terbit bulan Agustus lalu tentang kucing, judulnya We'll Prescribe You A Cat dari Syou Ishida. Kenapa ngingetin? Karena di buku ini beneran nunjukin gimana kucing bisa sebagai alat untuk "terapi" kejiwaan. Sebagaimana kucing-kucingku juga, meskipun mereka nyebelin tapi pas mereka sering bikin aku terhibur di tengah kehidupan yang keras ini :').

     Balik lagi ke We'll Prescribe You A Cat dari Syou Ishida, kali ini aku ingin menulis ulasan tentang buku ini. Jadi buat yang suka kucing, wajib banget baca ini, apalagi sampul terbarunya warna hijau mint dan super menarik!

Tentang Buku We'll Prescribe You A Cat dari Syou Ishida

     Buku ini berkisah tentang sebuah klinik kejiwaan misterius, yang dipegang oleh dokter Nike dan suster yang bernama Chitose. Di mana setiap orang yang konsultasi di sana akan dititipin kucing untuk dijaga selama beberapa hari. Setiap pasien tentunya akan diberikan stok makanan dan perlengkapan dasar kucing. Nah, buku ini dibagi menjadi beberapa cerita, yang masing-masing membahas tentang 1 pasien yang datang ke sana.

     Kisah pertama dari seorang pemuda yang udah capek dengan tekanan kerja kantornya. Ketika ke klinik kejiwaan ini, dia berharap akan dapat solusi terapi, tapi malahan dia diberi kucing yang bikin dia dipecat dari kantornya. Jadi seolah kucingnya ini nyuruh si pemuda buat keluar dari kantor toxic itu kalau emang udah ngerasa capek. Ini lucu sih, tapi emang kantornya tuh jelek banget sistemnya (meskipun bonafit), soalnya masih banyak gratifikasi dan senioritas, yang bahkan bikin karyawannya banyak yang mundur. Nah, setelah dipecat karena "ngerusak" dokumen, apa yang akan si pemuda ini lakukan? Mau nyari kerja di mana lagi mengingat biaya hidup tetap lanjut meskipun dia dipecat?

     Kisah kedua dari seorang anak kecil yang ngalamin drama di sekolahnya, tapi si ibu sering menyepelekan perasaan si anak. Akhirnya si anak ngotot ngajak ibunya untuk pergi ke klinik kejiwaan ini. Saat dikasih kucing oleh dokter Nike, si ibu ngerasa ada de javu terkait kucing yang dititipin itu.

     Kisah ketiga dari seorang orang paruh baya yang kesel dengan manajer baru di kantornya. Orang ini kesel karena si manajer adalah seorang perempuan yang usianya lebih muda dari dia. Ditambah, si manajer ini suka memuji pegawai lain yang bikin dia ngerasa "risih". Dampaknya, dia sering kepikiran sampai kebawa mimpi dan sering ngerasa halu dengerin suara si manajer ketawa. Alhasil pas datang ke klinik, malah dititipin kucing dengan syarat, si orang ini harus tidur bareng si kucing.

     Kisah keempat dari seorang designer tas yang ingin nyari keseimbangan emosional dan pekerjaan karena dia terkenal sangat perfeksionis sampai bikin rekan kerjanya mundur karena ngerasa bahwa si designer ini sulit dipenuhi ekspektasinya.

     Kisah kelima dari seorang geisha yang rindu dengan kucing yang pernah diadopsi, tapi tiba-tiba menghilang. Nah, karena si kucing telah hilang bertahun-tahun, akhirnya bikin si geisha ini gamau dititipin kucing pas dateng ke klinik kejiwaan ini.

     Yang jadi misteri, siapa sih dokter Nike dan suster Chitose itu? Mengapa mereka selalu nitipin kucing ke pasien yang datang berobat? Dan pas tau jawabannya, aku jadi ikutan sedih dengan masa lalu mereka.

Kesanku terhadap Buku We'll Prescribe You A Cat

     Secara konsep cerita, aku suka banget buku ini. Apalagi ini latarnya di Kyoto, salah satu kota di Jepang yang punya tempat tertentu di hatiku (ceilah). 

     Konsep cerita yang seolah ingin nunjukkin ke kita, bahwa kucing tuh therapeutic. Terutama dengkurannya yang bisa bikin hati tenang, terus badannya yang hangat saat dipeluk, atau bulunya yang lembut saat dipegang. Bahkan orang yang nggak suka kucing, lama kelamaan bakal luluh sendiri dengan kucing. Istilahnya, "kalau kamu nggak cocok pelihara kucing, coba lagi sampai kamu cocok!".

     Penggambaran latarnya juga bikin aku kebayang dengan suasana Kyoto yang tenang dan tradisional. Apik banget!

     Tentang masalah yang diusung, sebenarnya bukan masalah yang berat. Hanya saja, masalah tiap tokoh itu masalah umum yang sering kita jumpai tapi seringkali dianggap sebelah mata. Seperti, masalah kantor toxic yang beban kerjanya nggak masuk akal, biasanya kan kita bakal dibilangin "namanya kerja ya susah, udah untung dapet gaji". Alhasil, banyak orang yang nggak tau batasan: sampai mana kadar normal dari sebuah kantor yang toxic?

     Selain itu, masalah seperti meremehkan perasaan anak kecil. Sebagai orangtua, sudah seharusnya kita tidak memandang sebelah mata perasaan anak kecil. Jika dari kecil mereka sering dibilang, "halah, cuma gitu aja, jangan banyak drama deh", pas udah besar, ya mereka jadi sulit memvalidasi perasaan dan pikiran mereka sendiri.

    Nahh, jadi buat siapa sih buku ini? Buku ini cocok buat kamu pecinta kucing atau pecinta sastra Jepang yang heart-warming. Bukunya ringan, kira-kira mirip dengan vibes Sweet Bean Paste, Days in Morisaki Bookshop dan A Cat Who Saved Books. Oh iya, buku ini masih dalam versi Bahasa Inggris ya. Berdoa yuk, siapa tau ada penerbit Indonesia yang akan terjemahin ke Bahasa Indonesia :D.

     Demikian ulasan buku dariku, terima kasih Netgalley dan Random House UK Publishing atas soft copy ARC-nya. Terima kasih juga buat yang udah baca!

You May Also Like

0 comments