Mengenal Slow Living, Sebuah Seni Hidup Lebih Tenang

by - Oktober 10, 2022



      Hustle culture menjadikan banyak orang merasakan bahwa 24 jam sehari itu kurang cukup. Terutama bagi mereka yang hidup di perkotaan. Sebagian besar pekerjaan dilakukan dengan multi-tasking dengan harapan bisa segera menyelesaikan suatu tugas dan beralih ke tugas lainnya.

     Sebagian orang mungkin merasa cocok dengan gaya hidup seperti itu, namun, tak sedikit yang merasa kewalahan dan stres karena merasa kehidupan berjalan terlalu cepat. Termasuk aku, yang merasa hustle culture kurang cocok untuk diterapkan dalam keseharianku.

     Gaya hidup Hustle culture tak jarang menjadikanku sebagai orang yang serba salah, merasa kalah karena terlambat dalam meraih sesuatu. Merasa gagal ketika proses yang dijalani tertinggal jauh dibanding orang lain. Dan perasaan-perasaan tidak tenang lainnya. Hingga akhirnya, aku menemukan konsep yang selama ini aku cari slow living. Sebuah gaya hidup melambat namun penuh makna.


Apa itu Slow Living?

     Konsep ini awalnya merupakan revolusi untuk melawan pernyataan: lebih cepat lebih baik. Di mana slow living kurang setuju bahwa apapun yang dilakukan dengan cepat itu lebih baik.

    Meski demikian, bukan berarti slow living tidak setuju untuk memiliki progres. Akan tetapi lebih kepada menyelesaikan di waktu yang tepat, bukan cepat. Jadi, ketika orang-orang cenderung ikut-ikutan untuk mematok target "harus sukses di umur sekian dan semacamnya", slow living cenderung menemukan tempo yang sesuai dengan diri sendiri. Dengan kata lain, mereka punya waktu dan target tersendiri yang sesuai dengan dirinya.

     Para penganut slow living umumnya memilih untuk menikmati proses yang dijalani, ketimbang terlalu berpatokan pada hasil. Mereka biasanya selalu berusaha untuk menyeimbangkan kehidupannya, antara, bekerja dan waktu luang. Intinya, segala yang dijalaninya benar-benar dinikmati dan dimaknai.

Bagaimana cara menerapkan gaya hidup slow living?

     Meskipun aku belum sepenuhnya slow living, tapi aku mulai menerapkan beberapa hal berikut ini:

1. Mengurangi penggunaan gadget, khususnya smartphone

     Smartphone memang merupakan salah satu sumber distraksi, di mana kita seringkali mencari stimulasi darinya ketika sedang berada di situasi bosan. Alhasil kita jadi scroll terus-terusan tanpa sadar waktu yang telah dihabiskan untuk itu. Sehingga, tak jarang orang merasa menyesal karena waktu mereka terbuang untuk itu.

     Sebagaimana kata Cal Newport, hindari smartphone ketika tidak perlu, meskipun dalam kondisi bosan. Nikmatilah perasaan bosan itu sembari mencari kegiatan lain yang lebih bermakna untuk dilakukan.


2. Mindfullness

     Penerapan mindfullness merupakan salah satu kunci utama dalam gaya hidup slow living. Sebab, mindfullness sendiri mengajak kita untuk fokus di suatu sekarang, dan menikmati apa yang kita lakukan saat ini. Dengan menerapkan mindfullness, kita jadi lebih fokus dalam memperbaiki proses yang dijalani ketimbang terlalu memikirkan hasil akhir yang di luar kendali kita.


3. Kembali ke alam

     Kembali ke alam di sini, maksudnya adalah kembali fokus dengan alam yang menjadi tempat kita berpijak. Tidak harus dengan kegiatan yang muluk-muluk, melainkan seperti menikmati semilir angin di pagi hari dan kicauan burung, berjalan-jalan melihat lingkungan sekitar, sembari merasakan atmosfir alam saat itu.


4. Isi kebosanan dengan hobi yang "praktikal"

     Ketika bosan yang biasanya diisi dengan membuka media sosial, cobalah untuk mengisi dengan kegiatan yang lebih praktikal dan bersifat fisik. Misalnya, merajut, memasak, menggambar di kertas, atau bermain alat musik. Kegiatan tersebut melatih kita untuk fokus di masa kini, sebab dalam pengerjaannya, ada hubungan antara kognitif dan motorik kita (bergerak dan berpikir yang harus selaras).


5. Bergerak dan bergerak

     Tubuh kita perlu bergerak untuk mampu memaksimalkan kinerja otak kita. Bergerak di sini tidak melulu harus pergi ke gym atau lari maraton setiap pagi. Sesederhana dance sembari mendengar lagu yang disukai, pemanasan 3-5 menit setelah lama duduk diam, atau berjalan-jalan sambil menggerakkan tangan seperti stretching ringan.

     Untuk yang dance, kamu bisa mencari referensi gerakan di Youtube, misal dari chanel Pamela Reif atau cari kata kunci dance for 5 minutes (tergantung mau durasi yang berapa lama).


6. Meditasi

     Pikiran kerap kali penuh dengan ketakutan yang belum terjadi, sehingga ada kalanya perlu rem yang akan membantu untuk menenangkannya.

     Meditasi sendiri membantu untuk menjernihkan pikiran ketika sedang kalut. Ketika meditasi, kita diajak untuk mengikhlaskan segala jenis pikiran yang membuat kita takut, membiarkannya lewat, sebagai bentuk pendewasaan diri.


Slow living adalah salah satu contoh gaya hidup yang sering digaungkan akhir-akhir ini. Memang, tidak semua orang bisa merasa cocok dengan gaya hidup ini. Tapi, bagi kamu yang belum pernah mencoba, tidak ada salahnya untuk mencobanya, bukan?

You May Also Like

2 comments