Review Buku: Man's Search for Meaning dari Viktor E. Frankl

by - Juli 28, 2022



"Jika hidup benar-benar memiliki makna, maka harus ada makna di balik penderitaan, karena penderitaan adalah bagian yang tidak bisa dipisahkan dari manusia"-Viktor E. Frank, Man's Search for Meaning.

      Banyak dari kita mungkin pernah mengalami masa kelam yang menjadikan kita menderita, terpuruk dan hampir kehilangan harapan hidup. Berbagai ungkapan motivasi dan semangat rasanya sudah tidak terlalu terasa efeknya, karena yang terdengar saat itu hanyalah omong kosong tanpa solusi. Lantas, solusi apa yang diperlukan ketika sedang dalam kondisi tersebut?

     Manusia hidup di dunia ini selalu ada tujuannya. Entah tujuan dari Allah maupun tujuan dari manusia itu sendiri. Tanpa tujuan yang memiliki makna, hidup akan terasa kosong dan hampa. Sehingga untuk bisa terus bertahan dari cobaan hidup yang berat, proses pencarian makna diperlukan. Sebagaimana pengalaman Viktor ketika menjadi korban holocaust yang selamat, dan kemudian menuliskannya ke dalam buku yang berjudul Man's Search for Meaning.

     Tragis namun penuh inspirasi. Man's Search for Meaning merupakan sebuah buku psikologi populer yang berisikan teori logoterapi dari Viktor E. Frankl, yakni sebuah teori tentang pencarian makna untuk bertahan hidup. Teori ini ditulis berdasarkan pengalamannya berada di kamp konsentrasi Nazi di era Perang Dunia II silam.

Isi Buku Man's Search for Meaning

     Buku ini terbagi menjadi 2 bab utama, yakni pengalaman Viktor di kamp konsentrasi selama 3 tahun dan penjabaran mengenai logoterapi.
     Pada bab Pengalaman di Kamp Konsentrasi, kita akan disuguhkan seperti apa tragisnya kehidupan para tawanan di kamp. Tentang penyiksaan para tawanan oleh serdadu SS, persaingan antar tawanan untuk bertahan hidup, para tawanan yang terserang penyakit tertentu, serta percobaan bunuh diri yang terjadi berulang kali oleh para tawanan. Kematian adalah hal biasa yang dilihat setiap harinya. Dan Viktor sendiri, sebisa mungkin menguatkan fisik serta mentalnya untuk bisa bertahan dari kamp itu. Bab ini lebih mirip sebuah memoar, tetapi dalam penjabarannya, Viktor beberapa kali menyelipkan istilah-istilah psikologi untuk menjelaskan teori yang akan disampaikannya.
     Kemudian pada bab 2 adalah mengenai Logoterapi. Sebuah teori Viktor tentang proses pencarian makna hidup seseorang. Pada bab ini dijabarkan beberapa istilah psikologi terkait proses logoterapi serta contoh penerapan pada beberapa pasien yang datang kepadanya.

Kesan terhadap Buku

     Sebenarnya aku merasa familiar dengan inti dari yang disampaikan Viktor dalam buku ini. Sebab, pesan yang disampaikan kurang lebih sama dengan apa yang aku pelajari dalam agama, yakni tentang upaya untuk mencari hikmah di balik sebuah kejadian. Aku rasa, agama apapun pasti juga memberikan pelajaran mengenai ini. Jadi kalau sering dengar ceramah tokoh agama, maka tidak akan asing juga dengan inti buku ini.
      Akan tetapi, yang menarik dari buku ini adalah penyampaian pesan-pesan dari Viktor lewat pengalamannya selama di kamp, sehingga buku ini tidak terkesan nasihat belaka, karena Viktor sudah pasti menerapkannya demi bisa bertahan hidup.
     Selain itu, pengalaman yang ditulis seperti sebuah novel, menjadikan buku ini lebih mudah dipahami dan dibayangkan oleh orang awam semacam kita. Dan dikarenakan penyampaian pesannya tersirat, setiap pembaca mungkin akan memiliki kesan yang berbeda. Meskipun inti utamanya sama: pencarian makna kehidupan.
     Buku ini memberikan kesan yang cukup unik di aku. Jujur, aku sendiri tidak terlalu ingat mengenai detail-detail isi yang ditulis oleh Viktor di dalamnya, akan tetapi buku ini cukup memberiku percikan semangat dengan pelajarannya yang tersirat. Jadi meskipun aku lupa dengan isinya, aku masih bisa mengingat apa saja pelajaran yang membuatku terkesan.
     Untuk aku sendiri, pelajaran yang menurutku masih terngiang di otakku di antaranya:

1. Manusia diselamatkan oleh cinta

     Di buku ini ditunjukkan bahwa selama di kamp, Viktor selalu membayangkan istri yang dicintainya agar dia punya semangat meskipun kondisinya terpuruk. Dengan membayangkan dia akan bertahan dan segera bertemu istrinya ketika keluar dari kamp, mampu memberikan dia motivasi untuk terus bertahan melawan penderitaan di kamp. Perasaan cinta yang tulus ternyata mampu memberikan kekuatan dalam ketakutan.

2. Kita tidak perlu berharap pada hidup, biarkan hidup yang berharap pada kita

     Dengan melihat beberapa kawannya yang meninggal akibat dihantui harapan kosong tentang "kapan mereka bisa bebas", Viktor menilai bahwa manusia yang terlalu berharap pada kehidupan menjadi lupa akan tanggung jawabnya terhadap hidup, yakni berjuang. 

3. Penderitaan itu tidak ada batasnya

     Di kamp konsentrasi, yang bisa dibilang memiliki penderitaan yang sangat sadis, tawanan yang bebas menganggap bahwa setelah bebas, mereka akan "khatam" dengan penderitaan. Namun ternyata, yang terjadi malah sebaliknya. Setelah bebas, justru penderitaan lain pun bermunculan satu per satu, seperti perasaan sepi karena orang yang dicintai telah tiada, atau kesulitan untuk menyesuaikan dengan masyarakat luar.

4. Tujuan hidup adalah penyelamat di saat fase hidup yang kritis

     Mereka yang bertahan dari upaya bunuh diri di kamp konsentrasi adalah mereka yang memiliki cita-cita apabila mereka berhasil keluar dari kamp. Bahkan kata-kata semangat pun tidak ada gunanya ketika seseorang sudah kehilangan keinginan dalam hidupnya. Oleh karena itu, mencari makna dari segala kejadian, serta menemukan tujuan hidup adalah hal terpenting ketika sedang berada di kondisi terpuruk.

     Dengan beberapa pelajaran yang aku dapatkan dari buku Man's Search for Meaning ini, aku jadi diingatkan kembali akan pentingnya kekuatan spiritual dan kepercayaan terhadap kehendak Allah. Allah memberikan penderitaan bukan serta merta karena benci dengan manusia, tapi tentu saja ada maksud lain yang belum kita temukan jawabannya. Entah itu untuk memberikan pelajaran hidup, atau sebagai sebuah perlindungan dari penderitaan yang lebih besar lagi.

You May Also Like

0 comments