Review Buku: A Man Called Ove dari Fredrik Backman

by - April 20, 2022



      Hai semua! Apakah ada yang suka bacaan slice of life yang heartwarming? Kali ini aku akan mengulas salah satu novel dari Fredrik Backman yang berjudul  A Man Called Ove. Kira-kira buku ini tentang apa sih? Kelebihan dan kekurangannya apa? Lalu pelajaran moralnya apa? Baca tulisan ini sampai selesai yuk!

     A Man Called Ove adalah buku tentang seorang laki-laki pensiunan bernama Ove yang terkenal grumpy di lingkungannya. Ia baru saja ditinggal pergi istrinya beberapa bulan sebelumnya. Karena dia merasa tidak punya tujuan hidup lagi (pensiun dan istri sudah gak ada), dia memutuskan untuk mengakhiri hidupnya.

     Utang, gak punya. Wasiat sudah ditulis. Tinggal menyusun skenario bunuh diri yang elegan. Sayangnya, upaya dia untuk bunuh diri selalu gagal karena gangguan di lingkungan sekitarnya. Entah tetangga yang tiba-tiba minta bantuan, atau kucing "adopsinya" yang tiba-tiba memunculkan diri, dan hal-hal lainnya. Lantas, apakah pada akhirnya Ove akan berhasil bunuh diri?

     Novel ini berkisah tentang timeless love dari Ove kepada istrinya. Kesetiaan Ove kepada istrinya yang tak lekang oleh waktu digambarkan pada beberapa adegan yang cukup menyentuh hati. Dimulai dari pertemuan mereka pertama kali, hingga maut memisahkan mereka. Terutama pada bagian Ove yang berusaha keras untuk istrinya pasca "kecelakaan", seperti memperjuangkan bantuan Dewan Kota untuk istrinya, hingga membuat peralatan yang bisa membuat istrinya nyaman. Bahkan, hingga istrinya meninggal pun, sulit bagi Ove untuk melupakan kehadiran istrinya.

     Kritik terhadap birokrasi pemerintahan juga disinggung dalam novel ini lewat kelakuan Dewan Kota. Fredrik menggambarkan rumitnya sistem administrasi birokrasi yang menghambat eksekusi suatu tindakan, ia juga menggambarkan bagaimana Dewan Kota yang seringkali semena-mena dalam kebijakannya, dan juga bagaimana tuntutan masyarakat yang hanya dianggap angin lalu oleh mereka. Tak hanya itu, Fredrik juga memberikan contoh kelakuan para pegawai Dewan Kota yang seringkali merasa memegang kuasa.

     Kehidupan sosial dalam bertetangga juga cukup kental di sini. Dimulai dari interaksi Ove dengan tetangganya untuk urusan sepele, seperti membantu memperbaiki sesuatu, mengajari menyetir dan mengantarkan ke suatu tempat, hingga urusan rumit seperti menentang Dewan Kota, membantu pencegahan KDRT dan keamanan lingkungan. Pada bagian ini digambarkan, bahwa manusia itu saling membutuhkan. Entah sekesal apapun kita terhadap tetangga, terkadang mereka lah yang akan membantu kita ketika sedang dalam masa kesulitan.

     Novel ini ditulis dari sudut pandang orang ketiga dengan fokus pada karakter dan pikiran Ove. Menggunakan alur maju mundur guna menjelaskan latar belakang dibalik sifat Ove yang cenderung keras. Latar tempatnya adalah di sub-urban Swedia. Dengan penyajian yang apik antara selingan humor dan kisah yang menyesakkan atau membuat marah, novel ini berhasil mengaduk-aduk emosiku dari yang tertawa, terhibur, terharu, sedih hingga marah.

     Yang menjadi kelebihan novel ini bagiku adalah kekayaan makna yang dimuat di setiap ceritanya, di mana topik yang diusung sangat relevan dengan kehidupan zaman sekarang. Selain itu, konflik yang disajikan juga bervariasi, sehingga berhasil membuat emosi pembaca terbolak-balik. Dan juga, perkembangan karakter Ove dari awal hingga akhir pun juga terlihat.

     Meski demikian, novel ini juga punya beberapa kekurangan. Kalau dari sudut pandangku, penggambaran latar tempatnya kurang terasa, alhasil aku tidak merasa bahwa Ove sedang berada di Swedia. Selain itu, karena ini cenderung character-driven, alur berjalan lambat karena harus menelusuri setiap peristiwa satu per-satu, dan bagi sebagian orang bisa jadi ini terasa membosankan. Untuk alasan kedua, sebenarnya bukan masalah untukku. Karena aku masih bisa ikut mengalir ke dalam ceritanya.

     Dapat disimpulkan, aku sangat suka novel ini. Novel yang heart-warming dan kaya akan pesan moral, seperti:

  1. Bunuh diri tidak akan menyelesaikan masalah.
  2. Menjadi berguna bagi orang lain itu menyenangkan.
  3. Manusia adalah makhluk sosial dan saling bergantung satu sama lain.
Serta banyak pesan tersirat lainnya. Ove yang setia dengan mobil Saab-nya sangat berkesan di aku dan juga berkesan bagi para tokoh di dalamnya. Ada yang tertarik untuk baca bukunya juga?

You May Also Like

0 comments