Review Buku: Penance dari Minato Kanae

by - Desember 14, 2021

 


"Meski Tuhan mengampuni kalian, aku tidak"

     Penance dari Minato Kanae merupakan novel bergenre misteri dan psychological-thriller, yang berkisah tentang empat orang anak kecil yang menjadi saksi pembunuhan temannya sendiri. Karena ini misteri, sudah dapat dipastikan bahwa novel ini akan mengajak kita untuk memecahkan teka-teki dari pembunuhan tersebut. Sementara itu, karena ini psychological thriller, sudah pasti akan terjadi permainan mental untuk pembacanya. Menarik, bukan? Seperti apa sih bukunya? Apalagi buku ini cukup hype di kalangan pecinta bacaan literatur Jepang, khususnya genre misteri. Nah, kali ini aku akan menulis ulasannya di sini. Jadi baca sampai selesai ya!

Isi Buku

Trigger warning: pelecehan seksual di bawah umur, darah, pembunuhan, pukulan benda tumpul secara keras.

     Novel ini ditokohi oleh 5 orang anak kecil usia SD, yakni Emily (seorang anak pindahan dari kota) beserta Sae, Maki, Aiko dan Yuka (penduduk asli daerah setempat). Di mana, pada suatu hari mereka harus mengalami dan melihat kejadian memilukan di sekolah mereka, yakni pembunuhan.

     Emily dibunuh oleh seorang pria asing di sekolah, ketika ia sedang bermain dengan teman-temannya tadi. Kondisi Emily pasca pembunuhan terlihat mengenaskan, karena sebelum pembunuhan terjadi, dia juga sempat mengalami pelecehan seksual yang dilakukan oleh pelaku. Sae, Maki, Aiko dan Yuka, yang menjadi saksi dari pembunuhan tersebut, mengalami guncangan hebat secara mental. Yang menjadikan mereka mengalami trauma hingga dewasa.

     Pasca kejadian pembunuhan itu, Ibu Emily pun meminta 4 orang anak itu untuk mengingat ciri-ciri pria pembunuh Emily. Sayangnya, tidak ada satupun dari mereka berempat yang mengingat secara pasti sehingga membuat Ibu Emily marah besar, hingga menuntut mereka berempat untuk "ganti rugi". Ganti rugi yang dimaksud di sini sungguh ambigu, sehingga mereka berempat menafsirkan secara berbeda. Tuntutan ibu Emily ini jugalah yang memengaruhi kondisi mental 4 anak ini semakin terganggu hingga dewasa.

     Buku ini berisikan beberapa bab, di mana tiap-tiap bab ditulis dari sudut pandang yang berbeda dari masing-masing tokoh, yakni dari Sae, Maki, Aiko, Yuka dan Ibu Emily mengenai fenomena kejadian pembunuhan itu serta kondisi masing-masing tokoh tersebut saat dewasa. Karena kita diajak untuk menyelami pikiran dan ingatan dari tiap-tiap tokoh,  secara tersirat akan bisa menangkap kondisi mental keempat anak tersebut yang cukup terganggu hingga mereka dewasa. 

     Ending-nya dibuat menggantung. Meskipun pada akhirnya pelaku diungkap setelah 15 tahun berlalu, kita tidak tahu langkah yang diambil setelahnya. Selain itu, mengenai nasib 4 anak tadi setelah melakukan tindakan kriminal pun tidak diceritakan lebih jauh. Jadi segala keputusan mengenai akhir cerita ini, terserah imajinasi pembacanya.

Kesan terhadap Buku

     Secara umum, buku ini bagus banget, apalagi bagi pecinta misteri. Menurutku ini page-turner dan bikin gak sadar tiba-tiba udah mau selesai. Gaya bercerita Minato Kanae di sini bener-bener nagih. Aku dibuat penasaran dengan perkembangan karakter dari masing-masing tokoh. Keterhubungan antara trauma dan kondisi tiap anak pada usia dewasa pun cukup jelas dan masuk akal. Kecuali di bagian Sae yang tidak menstruasi sampai usia 20 tahunan, sepertinya aku tidak bisa berkomentar apapun karena bukan bagian keilmuanku. Meskipun aku sendiri mikir kalau bagian itu tidak masuk akal.

     Dan aku greget banget sama karakter ibu Emily yang suka seenaknya. Apalagi di masa lalunya. Dia sendiri nggak introspeksi diri dengan kesalahannya sendiri. Seenaknya menyalahkan 4 anak tak bersalah dan sampai bikin mental mereka terganggu. Dan di masa lalu dia juga seenaknya mempermainkan perasaan orang lain. Di sini aku merasa bahwa Minato Kanae kayak ngasih tau bahwa karma orangtua bisa menurun ke anaknya. Serem sekali.

     Di bagian ending, sebenarnya tiap tokoh sudah mulai menunjukkan perkembangan yang lebih baik. Termasuk ibu Emily. Meskipun aku agak merasa kasihan juga dengan nasib 4 anak tadi. Dan mengenai pelaku pembunuhannya sendiri, pas tau siapa pelakunya, perasaanku cuma "oh, gitu" aja. Karena aku sendiri terlalu dibuat fokus dengan kondisi mental dan perkembangan karakter dari tiap-tiap tokoh.

     Dengan trigger warning yang sedemikian rupa, setelah membaca buku ini, ada sedikit perasaan tidak.nyaman di aku. Karena memang beberapa fenomena yang tidak mengenakkan diceritakan secara detail, termasuk kondisi Emily pasca pembunuhannya. Jadi, aku tidak menyarankan baca buku ini kalau ada yang takut atau tidak nyaman dengan trigger warning-nya.

     Demikian ulasan buku kali ini. Bagi yang belum baca, semoga bisa menambah pandangan terkait buku ini dan happy reading! Dan bagi yang sudah membaca, gimana pendapat kalian tentang buku ini?



You May Also Like

0 comments