Review Buku: Botchan dari Natsume Soseki

by - Desember 28, 2021

 



"Hanya karena seseorang pandai berargumen, tidak berarti orang itu baik"

     Botchan dari Natsume Soseki adalah salah satu sastra klasik Jepang hingga saat ini masih dikenal di kalangan pembaca, khususnya pecinta literatur Jepang. Berkisah tentang seorang pemuda yang ingin menentang sistem feodal di tempat dia mengajar, yang terletak di sebuah desa terpencil Jepang. 
     Novel ini memberikan pelajaran tentang kejujuran yang sering dikesampingkan banyak orang, hanya karena takut menimbulkan konflik di lingkungan sekitar. Disampaikan dengan beberapa humor, menjadikan novel ini bisa diterima berbagai kalangan hingga sekarang. Pada kali ini aku ingin menuliskan ulasan mengenai novel ini. Jadi, bisa dibaca sampai selesai yuk!

Isi Buku

     Botchan adalah salah pemuda asal Tokyo yang terkenal bandel, ceroboh dan suka berkelahi sejak kecil. Orangtuanya pun selalu meremehkan dan cukup mengabaikannya, yang menjadikan Botchan lebih akrab dengan Kiyo, asisten rumah tangganya, yang selalu mendukung tindakan Botchan. Panggilan Botchan sendiri berasal dari Kiyo, yang berarti "Tuan Muda".
     Ketika Botchan memasuki usia dewasa yang mengharuskannya bekerja, ia terpaksa menjadi guru di daerah pinggiran, dikarenakan nilai-nilai semasa sekolahnya tidak bagus. Bertemu dengan orang desa yang masih kolot ditambah Botchan yang bersumbu pendek, menjadikannya dia terlibat adu argumen dengan lingkungan barunya.
     Di sekolah tempat ia mengajar pun, ia lebih sering memanggil sebagian guru-guru dengan julukan tertentu, semisal Kepala Sekolah dipanggil Tanuki, Kepala Guru dipanggil Kemeja Merah, ada si Badut dan si Labu. Di sekolah ini pula, ia bertemu dengan teman yang "satu frekuensi" bernama Hotta. Kecocokan mereka disebabkan karena mereka sama-sama sumbu pendek dan punya tujuan serupa.

Kesan terhadap Buku

     Baca buku ini rasanya mengalir saja, saking ringannya. Awalnya ngira, ini setipe dengan tulisan beliau yang judulnya "Kokoro", di mana pas baca itu aku mendadak merasa slow reader. Kalau Botchan ini, karena ada sisipan humor ala-ala anime, jadi gak kerasa kalau sudah halaman jauh.
     Mengenai alur, aku sempat merasa bingung karena ceritanya lompat-lompat ditambah narasi yang sangat panjang, membuatku sedikit bosan karena merasa terlalu bertele-tele. Tapi mengenai isi cerita sendiri, aku tidak menemukan masalah. Karena topik ceritanya sendiri tergolong ringan, sehingga aku tidak perlu berpikir terlalu keras.
     Selain itu, karakter-karakter yang tertulis di sini juga bagiku mengesankan, karena masing-masing punya karakter unik dan karakternya sering sekali aku temui di dunia nyata. Jadi tidak ada karakter yang super sempurna atau semacamnya. Rasanya aku seperti melihat fenomena masyarakat langsung.
     Buku ini temanya slice of life, tentang kisah kehidupan yang sering ditemui sehari-hari. Dan menurutku, meskipun ini novel sudah ditulis berpuluh-puluh tahun lalu, rasanya sampai sekarang masih relevan. Isu yang diangkat bener-bener relate dengan fenomena sosial di masyarakat desa, khususnya di kawasan Asia.
     Mengenai tokoh utamanya yakni Botchan, meskipun dia ini "kurang pintar", bersumbu pendek dan idealis, tapi aku suka sekali dengan dia karena kalau ngomong suka bener. Dan percakapannya masih cocok kalau dipakai untuk sindiran di masa sekarang. Salah satunya ini:
"Kalau kau bisa membeli kekaguman seseorang dengan uang, kekuasaan, atau logika, maka lintah darat, polisi, dan profesor universitas akan memiliki banyak pengagum lebih dari siapapun"

Karena entah kenapa, pernyataan tersebut aku rasa masih cocok dengan era saat ini. Apalagi, sering ditemui di beberapa tempat bahwa orang-orang yang punya kekayaan dan kekuasaan, sering "dipandang benar", meskipun apa yang dilakukan kadang salah.

Pelajaran yang Dapat Diambil dalam Buku

     Sistem dalam kepentingan umum semacam pendidikan atau politik, seringkali dicampur aduk-kan dengan kepentingan pribadi. Rasanya, tak sedikit ada sosok individu yang berkuasa dalam sistem tersebut yang mampu "menendang" orang-orang yang tidak satu pemikiran dengan mereka. Sehingga, ada banyak penjilat yang tidak jujur agar karir mereka bisa selamat. Hal semacam inilah yang membuat kebanyakan orang diam ketika suatu penyelewengan terjadi.
     Selain itu, karena novel ini berkisah tentang Botchan yang bekerja sebagai guru, maka bisa dijadikan panutan oleh kalian yang juga ingin menjadi guru. Meskipun Botchan dulunya adalah orang yang sumbu pendek dan ceplas ceplos, dia di sini adalah orang yang jujur. Orang yang mau mengakui kesalahannya dan enggan menjilat sistem demi keselamatan karirnya. Berbeda sekali dengan murid dan guru lain di sekolah tempat dia mengajar, di mana mereka sering berlaku licik dan main belakang.

     Demikian ulasan novel yang berjudul Botchan dari Natsume Soseki ini, semoga bermanfaat. Terima kasih juga sudah membacanya hingga selesai, happy reading! 

You May Also Like

0 comments