Review Buku Blink dari Malcolm Gladwell

by - Agustus 16, 2021


Apa yang terlintas di kepalamu saat pertama kali melihat orang asing bertato, bertindik, rambut dicat mencolok serta baju yang sobek-sobek?

     Buku Blink: The Power of Thinking Without Thinking dari Malcolm Gladwell adalah buku yang membahas tentang bagaimana otak manusia berpikir. Judul Blink di sini merujuk pada kemampuan seseorang dalam menyimpulkan sesuatu dengan sekejap mata. Sebagaimana pertanyaan pembuka tadi, setiap orang pasti punya kesan tersendiri ketika bertemu dengan orang semacam itu untuk pertama kali. Ada yang takut karena menganggap orang itu berbahaya baginya. Nah, bagi yang takut, hal ini dikarenakan, otak telah mengumpulkan informasi bahwa “kebanyakan” orang yang berciri-ciri demikian itu menakutkan.

 Pertanyaannya, apakah asumsi yang dibentuk dari otak selalu benar?

     Tentu saja kesimpulan yang ditarik dari otak kita ketika melihat orang dengan gambaran di atas belum tentu benar. Ada kalanya orang bisa salah karena manusia memang penuh kejutan. Dalam buku ini, Gladwell memberikan gambaran tentang apa itu blink, khususnya berkaitan dengan proses otak ketika menerjemahkan suatu informasi yang didapat. Ia juga memberikan beberapa contoh studi kasus terkait fenomena blink yang terjadi pada peristiwa terkenal.

Gambaran Isi Buku Blink dari Malcolm Gladwell

     Gladwell membuka buku ini dengan menuliskan kasus kejanggalan patung di Museum Paul J. Getty beberapa puluh tahun lalu, di mana patung tersebut diklaim dibuat sejak sebelum masehi. Awalnya, banyak yang percaya kalau patung tersebut benar-benar “antik”, bahkan seorang ahli geologi pun. Akan tetapi, ada beberapa orang yang merasakan kejanggalan dari patung tersebut ketika ia pertama kali melihat patung itu, salah satunya Thomas Hoving, salah seorang petinggi di Museum Metropolitan. Dari peristiwa ini, akhirnya dilakukan penelitian ulang hingga penelitian itu membuktikan bahwa patung tersebut palsu.

     Peristiwa yang dituliskan pada pembukaan tadi setidaknya menyoroti 2 hal menarik:

1.     Fenomena yang terjadi di otak saat mengalami blink, seperti yang terjadi pada Hoving. Kok bisa Hoving tau kalau patung itu palsu padahal baru pertama kali lihat?

2.     Perbedaan akurasi blink antara seorang pakar dan orang biasa. Apa yang menyebabkan akurasi blink pada pakar dan orang biasa berbeda?

     Setelah menuliskan contoh studi kasus pada pembuka tadi, Gladwell langsung menuliskan fenomena menarik mengenai pikiran bawah sadar kita, yakni rapid cognition dan snap judgment. 

     Berbicara mengenai rapid cognition, terdapat fenomena yang terjadi pada otak bawah sadar kita, yakni thin-slicing, atau kondisi di mana pikiran bawah sadar kita mengumpulkan pola informasi secara singkat dari situasi yang dihadapi berdasarkan pengalaman masa lalu. Misalnya, seperti contoh ilustrasi pada pembukaan artikel ini, ketika kita melihat orang baru dengan ciri tertentu, secara tidak sadar otak kita akan melakukan thin-slicing, yang berujung pada keluarnya first impression pada seseorang itu. 

     Sementara snap judgment akan berlangsung lebih cepat daripada rapid cognition tersebut. Yakni ketika secara gak sadar, kita memberikan reaksi terhadap sesuatu secara spontan. Misal dalam kasus di atas, bisa saja kita akan langsung jaga jarak atau lari ketika bertemu dengan orang dengan ciri-ciri tersebut tanpa kita sadari. Kedua fenomena ini, baik rapid cognition maupun snap judgment terjadi di suatu ruang yang disebut locked door. Benar-benar misterius.

     Sebenarnya, otak kita telah menyimpan banyak informasi yang didapat dari masa lalu. Hal inilah yang membuat kita dapat melakukan thin-slicing yang menghasilkan rapid cognition atau mungkin snap judgment.  Meskipun demikian, kesimpulan yang kita dapat dari kedua hal tersebut tidak selalu benar. Karena kapasitas penyimpanan informasi dan pengalaman setiap orang berbeda. Dalam bukunya, Gladwell juga memberikan contoh kasus lain yang menunjukkan kesalahan dari blink itu sendiri. Dia menyatakan kalau insting seorang ahli akan berbeda dengan orang biasa, sebab seorang pakar atau ahli lebih sering dan telah lama terbiasa dengan pola-pola yang sama. Sebagaimana pernyataannya pada halaman 188 

“Whenever we have something that we care about, that experience and passion fundamentally change the nature of our first impression”. 

     Yang intinya, kalau kita suka dan tertarik akan sesuatu, maka kita akan memperhatikan pengalaman atau informasi terkait dengan perhatian mendalam. Hal inilah yang terjadi pada para ahli. Dalam buku ini Gladwell juga memberikan contoh studi kasus yang menunjukkan blink orang ahli dan blink orang awam. Meskipun demikian, bukan berarti orang awam tidak bisa memprediksi dengan baik, hanya saja mungkin akurasinya berbeda dengan para pakar.

     Kalau dikaitkan dengan kebiasaan para pecinta buku, pasti kalian pernah merasakan “wah, aku sepertinya bakal suka buku ini deh”, padahal belum pernah baca atau punya bukunya. Seperti itulah kira-kira yang ingin dijelaskan Gladwell, ketika manusia bisa berpikir atau menyimpulkan sesuatu tanpa berpikir, dan bisa saja simpulannya benar.

Kesimpulan

     Secara umum, buku ini memang menarik, terutama bagi orang-orang yang tertarik dengan fakta dibalik fenomena trivial, semacam berpikir tanpa berpikir ini. Gladwell juga menuliskan dengan baik yang disertai dengan berbagai studi kasus, jadi orang biasa pun bisa mendapatkan gambaran, seperti apa sih blink ini, atau mungkin mengenai istilah asing yang termuat di dalam bukunya.

     Akan tetapi, karena ini bukan jenis buku akademik, maka jangan berharap bakal mendapatkan penjelasan yang mendalam tentang fenomena otak tadi. Kamu bisa mencari referensi sumber lain, karena buku ini memang ditujukan untuk semua kalangan, khususnya orang awam.

     Demikian ulasan buku dariku. Semoga bermanfaat, dan terima kasih karena sudah membacanya!

 



You May Also Like

0 comments