Buku The Psychology of Money Bahas Apa Aja Sih? Inilah 10 Poin Menariknya!

by - Agustus 05, 2022



      Mengelola keuangan bukanlah suatu tugas yang mudah dilakukan. Bahkan bagi seorang ahli akuntansi pun belum tentu memiliki kemampuan yang mumpuni dalam mengatur keuangan pribadi (atau rumah tangganya). Sebab, ketika kita berbicara mengenai uang, kita juga akan berbicara tentang perilaku manusia. Tentang tindakan dan psikologi manusia ketika dihadapkan dengan uang.

     Buku The Psychology of Money dari Morgan Housel adalah salah satu buku pengembangan diri tentang keuangan, di mana di dalamnya berisi tentang kisah-kisah banyak orang terkait perilaku finansial mereka. Ada yang menghabiskan uangnya untuk kesenangannya, ada yang menghabiskannya untuk investasi saham, dan ada pula yang menabungnya tanpa tujuan yang pasti. Di mana, keputusan mereka ini diambil tergantung kondisi psikologi dan perilaku, bukan berdasarkan kecerdasan atau pengalaman pendidikan.

     Mungkin bagi sebagian orang ada yang berpikir seseorang aneh, ketika ada orang yang menggunakan uangnya untuk hal remeh, seperti mengoleksi gundam misalnya. Tapi yang perlu diketahui, patokan kita terhadap cara mengelola bisa jadi hanya 0,0001% dari seluruh kejadian di dunia. Di dalam buku The Psychology of Money ini, ada banyak pelajaran penting tentang keuangan dari hasil eksplore beberapa kisah seseorang. Pada tulisan ini, aku akan membagikan pelajaran apa saja yang aku dapatkan dari buku ini. Jadi, bisa dibaca sampai selesai ya!

Pelajaran dari The Psychology of Money

     Ketimbang memberikan tips-tips mengenai investasi sebagaimana buku keuangan pada umumnya, Morgan Housel cenderung memberikan beberapa perspektif agar kita bisa lebih bijak sebelum menggunakan uang yang kita miliki. Dan tentu saja tujuannya adalah agar tidak terjerumus terlalu dalam ke permasalahan keuangan. Adapun beberapa pelajaran penting terkait keuangan yang ditulis Morgan Housel dalam bukunya di antaranya:

1. Jangan Mengambil Contoh Ekstrem dalam Mengelola Keuangan

     Tidak semua contoh dari orang-orang sukses bisa kita jadikan patokan perihal manajemen keuangan. Misalnya, ketika kita menjadikan Warren Buffet sebagai contoh investor yang sukses. Sebenarnya tidak sepenuhnya salah sih, tapi contoh tersebut sangat ekstrem perbedaannya dengan kebanyakan orang. Sebagaimana yang diketahui, Warren Buffet tumbuh dari latar belakang dan generasi yang berbeda dengan kebanyakan orang saat ini. Alangkah lebih baik kalau belajar dari kumpulan beberapa kasus umum, baru dari kasus tersebut ditarik kesimpulannya.

2. Jangan Serakah!

     Pada dasarnya, manusia memang tidak mudah untuk merasa cukup. Semisal, ketika seseorang melakukan investasi, dan ada iming-iming return yang tinggi. Beberapa orang mungkin akan tergiur dan langsung menaruh banyak uang pada investasi saham tersebut, tanpa memikirkan keadaan keuangannya seperti apa. Bukan menjadi masalah besar kalau harta yang dimiliki sudah unlimited. Tapi kalau kondisi keuangan masih pas-pasan, lebih baik hindari keserakahan semacam ini, hanya karena ingin mendapatkan kekayaan secara instan. Sebab, hal keserakahan semacam inilah yang sering menimbulkan resiko bahaya terhadap kebanyakan orang. Perasaan untuk mampu merasa cukup memang perlu ditanamkan.

3. Sebisa Mungkin Hindari Hutang

     Sudah banyak sekali contoh orang yang bangkrut karena terlilit hutang, terutama hutang untuk membeli sesuautu yang tidak penting. Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Semakin banyak hutang, maka semakin banyak tanggungan yang harus dipenuhi.

4. Selesaikan Hutang dulu, Baru Investasi

     Ada nasihat: kalau mau investasi, pakai uang dingin dan ketika semua tanggungan selesai. Hal ini dikarenakan, investasi adalah salah satu cara mengelola uang yang cukup berisiko. Mengingat, pergerakannya yang bergantung pada situasi pasar, maka, hasil yang didapatkan juga tak menentu. Bisa jadi kita untung besar bagaikan menang lotre, bisa jadi juga akan menerima kerugian besar-besaran. Dan ketika punya hutang ditambah sedang rugi besar-besaran, mau bayar hutang pakai apa?

5. Pahami Perbedaan Rich vs Wealth 

     Meskipun keduanya sama-sama memiliki arti kekayaan, tapi secara makna keduanya berbeda, yakni. Rich (menjadi kaya) yang kuncinya adalah pada kemampuan untuk mendapatkan uang. Sementara Wealth (mempertahankan kekayaan), kuncinya adalah pada kemampuan untuk menjaga uang. Sebab, mendapatkan uang dan menjaga uang itu lain cerita.
     Pasti pernah dengar kata pepatah: mendapatkan sesuatu itu lebih mudah daripada mempertahankan. Begitu juga tentang uang. Untuk mendapatkan uang, memang ada kesulitannya sih. Seperti kita yang butuh sikap optimis dan berani ambil risiko. Tapi untuk menyimpan uang, tantangannya lebih besar lagi, sebab diperlukan rasa takut dan rendah hati (dalam artian hemat), di mana musuh utamanya adalah nafsu untuk membelanjakannya.
     Oh iya, sebagai pengingat, kita harus tau juga bahwa dalam proses mendapatkan uang, terdapat beberapa faktor keberuntungan yang belum tentu akan terulang di masa depan. Jadi kalau mikirnya, ah pengen hedon, karena uang bisa dicari lagi. Lebih baik diubah lagi ya mindsetnya. Tapi kalau menggunakan uang untuk hal-hal baik, seperti nyenengin orang tua, menambah skill atau bersedekah, tentu saja itu bukan masalah kok. Malah bagus banget.

6. Jangan Menggunakan Uang Hanya Karena Ingin Dikagumi

     Banyak orang yang membeli beberapa barang mahal hanya karena ingin pengakuan dari orang lain. Ingin dikagumi, dihormati atau pun dianggap "wah". Padahal sebenarnya, yang dipandang orang lain adalah barang mewahnya, bukan pemiliknya.
     Sebagaimana paradoks orang dalam mobil mewah. Seringkali ketika kita melihat mobil mewah lewat di hadapan kita, yang kita kagumi sebenarnya adalah mobil mewah-nya. Bahkan, terkadang kita sendiri tidak tahu siapa orang di dalamnya (apakah pemiliknya, atau dia adalah sopirnya).
     Dengan kata lain, barang mewah bisa jadi tidak mendatangkan banyaknya rasa kagum dan hormat dari orang lain seperti yang dibayangkan. Jika ingin mencari rasa hormat dan kagum, perbaikan perilaku dan skill akan lebih banyak mendatangkan daripada harga barang mewah.

7. Impulsive Buying adalah Cara Tercepat Menghabiskan Uang

     Kita sering menilai seseorang itu kaya atau tidak berdasarkan apa yang kita lihat. Sebagai contoh, ada orang yang memiliki mobil seharga 1 milyar. Orang ini terlihat kaya karena dia bisa mengeluarkan 1 milyar untuk itu. Padahal, dengan mengeluarkan 1 milyar tersebut, data yang sudah pasti terlihat adalah uang dia juga berkurang 1 milyar. Lebih buruk lagi, kalau kemungkinan dia membelinya secara utang, yang berarti dia punya tambahan tanggungan 1 milyar itu.
     Sebagaimana yang terjadi pada penyanyi Rihanna yang menggugat penasihat keuangannya, karena dia hampir bangkrut setelah berbelanja berlebihan. Dan tanggapan penasihat keuangannya adalah: apakah aku perlu memberitahu, bahwa ketika mengeluarkan uang untuk membeli barang, yang kita dapatkan ya barang, bukan uang?

8. Tak Perlu Ada Alasan Khusus Untuk Menabung

     Menabung untuk membeli mobil atau rumah memang suatu motivasi yang bagus untuk menabung. Tapi ketika tidak punya sesuatu yang ingin atau perlu dibeli dalam jangka waktu dekat, diharapkan kita pun tetap menabung. Sebab, hidup ini penuh kejutan. Jadi, menabung untuk hal-hal yang sulit diprediksi juga merupakan salah satu alasan yang penting untuk menabung. Tabungan semacam inilah yang di kemudian hari akan menjadi pelindung kita.

9. Di Dunia Ini Tidak Ada Yang Gratis

     Selalu ada harga yang harus dibayar untuk hal-hal yang baik. Sebagai contoh, ketika kita mau belajar tentang investasi, pasti ada kalanya kita akan mengalami kerugian. Kerugian ini adalah contoh harga sebuah pengalaman belajar. Ada juga harga yang tidak terlihat seperti penyesalan, ketakutan dan keraguan, ketika ingin memutuskan sesuatu. Di mana, ada harga yang harus dibayar ketika kita mengalami keraguan. Misalnya, karena kita ragu, kita jadi kehilangan peluang untuk hal baik. Memang, praktik lebih sulit ketimbang teorinya. Tapi yang terpenting, ketika kita bisa mengidentifikasi suatu harga keberhasilan, kita tidak akan ragu untuk membayarnya.

10. Pahami Permainan Keuangan yang Dilakukan

     Berkaitan dengan pelajaran nomor 1, ketika berkaitan dengan permainan keuangan, jangan asal mencontoh patokan orang lain. Setiap orang punya permainan yang berbeda. Dan otomatis, tujuan keuangan setiap orang pun pasti berbeda. Pastikan kita paham mengenai permainan kita sendiri, dan jangan sekali-sekali terpengaruh dengan permainan orang lain. Ibarat kata pepatah: kertas ujian kehidupan setiap orang itu berbeda, jadi kerjakan sesuai yang ada di kertas itu. Bukan menyontek pekerjaan orang lain.

     Demikianlah pelajaran terkait keuangan dalam buku The Psychology of Money dari Morgan Housel. Memang, sebenarnya tidak ada patokan khusus mengenai cara menggunakan uang. Akan tetapi, dengan memahami prinsip dan pola permainan terkait keuangan, diharapkan kita bisa lebih bijak dalam menggunakan uang. Selamat mengelola keuangan!

You May Also Like

0 comments