Belajar dari Tokoh Anime: Oikawa Tooru

by - April 08, 2022

 

Talent is something you bloom, instinct is something you polish

     Hai pecinta anime! Kali ini aku ingin menulis sesuatu tentang Oikawa Tooru dari anime Haikyu!! nih. Buat yang belum tau, Haikyu!! adalah anime olahraga voli, yang menceritakan tentang kompetisi voli anak SMA di Jepang.
     Sekolah dari karakter utamanya sih dari SMA Karasuno, tapi mereka punya salah satu saingan kuat di prefektur mereka, yakni SMA Aoba Johsai. Kali ini aku nggak akan membahas ini lebih jauh dulu, karena topik utamanya adalah Oikawa Tooru. Nah, Oikawa Tooru ini adalah setter voli terbaik dari SMA Aoba Johsai, yang mana dia punya saingan yang bernama Kageyama Tobio dari SMA Karasuno.
     Bagi penonton Haikyu!! pasti sudah tidak asing dengan Oikawa Tooru. Karena dia memang cukup mencolok, terutama di season awal-awal. Meskipun dia terlihat sebagai karakter menyebalkan, sebenarnya ada banyak hal yang bisa dipelajari dari dia.

     Hah?! Belajar dari karakter anime? Padahal nggak nyata tuh.

     Eh, jangan salah. Seperti membaca buku, menonton anime juga bisa menambah wawasan dan mendapatkan inspirasi dari setiap karakternya loh. Apalagi kalau kita mau merenungkan pesan yang ingin disampaikan penulis lewat cerita-ceritanya. Oleh karena itu, aku akan menuliskan 2 hal yang bisa ditiru dari karakter Oikawa Tooru. Memuat sedikit spoiler.

  1. Pandai Menemukan Alternatif dari Potensi Dirinya


     Oikawa Tooru memang setter yang hebat. Tapi perlu diketahui bahwa secara bakat, dia kalah jauh dari Kageyama Tobio. Jadi mau berusaha seperti apapun, untuk menandingi skill olahraga Kageyama, rasanya akan sulit.
     Hal ini terlihat dari kilas balik mereka di masa SMP (Oikawa dan Kageyama adalah satu SMP), ketika Oikawa menangis karena ada adik kelas (Kageyama), yang diduga akan menggantikan dia sebagai setter utama SMP mereka.
     Dari situ, ia mulai berlatih keras sampai malam. Sayangnya, hal itu ternyata tidak begitu membantu, karena Kageyama tetap lebih baik secara skill. Hingga suatu ketika, dia sadar, bahwa setter adalah posisi yang mengatur kerjasama tim, bukan sekadar untuk ajang menonjolkan diri.
     Setelah menyadari hal itu, ketimbang berusaha keras menyamai skill individu Kageyama, dia malah memilih untuk memanfaatkan karakter humble-nya dalam membantu mengeluarkan kemampuan terbaik dari masing-masing anggota. Kalau di dunia kerja, mungkin kemampuan Oikawa ini disebut soft skill komunikasi. Di mana dia melakukan pendekatan kepada rekan tim-nya, untuk mencari tau seperti apa karakter dan potensi rekan-rekannya.
     Setelah mengetahui gaya bermain rekan timnya, ia pun mulai belajar berbagai jenis passing voli, agar bisa menyesuaikan dengan karakter bermain tiap-tiap anggotanya. Misalnya, si pemain A punya lompatan tinggi tapi termasuk lambat, diberikan passing jenis A. Kemudian pemain B, yang cenderung cepat, harus diberikan passing jenis B. Dan seterusnya. Dengan kata lain, dia harus pandai membangun chemistry serta rajin mengamati kebiasaan anggota pemainnya.
     Berbeda dengan Kageyama, yang waktu itu merasa kemampuannya sudah bagus untuk ukuran individu, malah cenderung egois dan enggan memikirkan bagaimana kinerja anggota tim lainnya. Secara kerjasama dia masih kurang, padahal voli adalah olahraga yang membutuhkan kerjasama. Jadi, yang mendapatkan predikat setter terbaik bukannya Kageyama, tapi Oikawa. Karena dia mampu mengeluarkan kemampuan terbaik dari tiap-tiap anggotanya.
     Inti dari pembahasan ini adalah, ketika kita merasa kalah secara bakat atau mungkin privillige dengan seseorang, dunia belum berakhir. Tapi coba renungkan alternatif lain yang bisa kita lakukan. Kira-kira, dengan cara seperti apa kita bisa memanfaatkan atau menggabungkan potensi kita dengan tujuan hidup kita. Inilah yang dilakukan Oikawa. Secara basic skill setter dia masih kalah dengan Kageyama (bahkan hingga akhir anime mungkin). Akan tetapi, dia kemudian mulai melakukan variasi supaya dia ada nilai tambah lain, yakni dengan menggabungkan skill setter serta kemampuan otak dan interpersonalnya untuk menyatu dengan tim.

2. Resilient (ulet dan tabah)




     Gagal mencapai level nasional di akhir tahun SMA-nya, tidak menjadikan Oikawa berhenti bermain voli. Dia mungkin memang sempat sedih, apalagi waktu itu dia kalah dengan sekolahnya Kageyama. Tapi, hal itu tidak berlangsung lama. Karena pada akhirnya, dia mulai menentukan tujuan baru dia: Menjadi pemain voli yang mendunia.
     Usaha demi usaha dia lakukan, termasuk pada akhirnya dia pergi ke luar negeri (Argentina). Tempat di mana pemain-pemain voli dunia hebat ada. Tentu saja ada banyak tantangan, karena dia pun harus mempelajari bahasa baru demi kelancaran tujuannya, termasuk menyesuaikan kebiasaan dan budaya mereka. Sampai pada akhirnya, dia berhasil menjadi pemain voli untuk tim lokal Argentina.
     Tahun demi tahun terus berjalan, hingga suatu ketika pertemuan Oikawa dan Kageyama pun terjadi di level Internasional. Sayangnya, Oikawa tidak lagi mewakili Jepang dalam ajang pertandingan itu, karena dia mengubah kewarganegaraannya menjadi Argentina, sehingga dia mewakili Argentina. Dan Kageyama pun yang mewakili Jepang.
     Memang, tidak ada yang bisa meramalkan hasilnya seperti apa, tapi usaha Oikawa pun akhirnya mencapai pada titik yang dia harapkan.


     Nah, jadi itu tadi adalah hal yang bisa kita pelajari dari Oikawa Tooru. Meskipun aku menulis ini dalam rangka iseng, semoga tulisan ini tetap bermanfaat ya! Terima kasih!

If you want to hit it, hit it until it breaks

You May Also Like

0 comments