Catatan Baca: Membangun Kebiasaan ala Buku Atomic Habits
"Tidak ada yang sempat kalau tidak disempatkan".
Kebiasaan yang berimbas baik, bagi sebagian orang memang cukup susah untuk dilakukan. Apalagi kalau punya jadwal yang padat karena sekolah maupun pekerjaan. Tapi Ibuku seringkali menyinggungku dengan ungkapan "Gak ada yang sempat kalau gak disempatkan". Hingga akhirnya aku berpikir bahwa hal tersebut ada benarnya juga. Setelah melihat beberapa teman yang sibuk kerja tetapi nilai tetep bagus, mereka pasti masih nyempet-nyempetin belajar di tengah kesibukan atau waktu istirahatnya. Oleh karena itu, kali ini konteks tulisanku adalah 'niat dalam membangun kebiasaan baik'.
Beberapa waktu lalu, aku sempat mengulas buku tentang kebiasaan yang berjudul Atomic Habits dari James Clear. Buku ini adalah salah satu buku yang bersifat praktikal, karena di dalamnya cenderung membahas hal-hal yang harus langsung dipraktikan, bukan kata-kata bersifat 'tamparan' ataupun motivasi.
Nah, pada tulisan kali ini, aku akan merangkum poin-poin penting yang tertanam di otakku dari buku ini (sudah aku coba terapkan karena menurutku mudah diikuti), lebih tepatnya tentang "bagaimana cara membangun kebiasaan baik ala Atomic Habits?" Baiklah, langsung saja.
1.Melakukan Format Kebiasaan
Yang pertama adalah melakukan format kebiasaan. Apa sih format kebiasaan itu? Format kebiasaan adalah rancangan pola kebiasaan yang akan kita lakukan. Misalnya, aku mau baca buku di pagi hari.
Mungkin di sini ada yang mikir, "hah, ngapain bikin-bikin jadwal semacam itu, aku gak suka rutinitas". Tapi tunggu dulu, ini bukan jadwal semacam to-do-list yang memuat banyak aktivitas harian seperti yang dibayangkan. Fungsi format ini adalah untuk mempertegas kapan dan di mana kita akan melakukan kebiasaan itu.
Sebagai contoh adalah orang muslim yang mau shalat, mereka sudah punya waktu dan tempat yang jelas untuk melakukan kegiatan itu. Misalnya, sudah masuk waktu maghrib >> ambil wudhu >> shalat di mushola/kamar. Kebanyakan dari mereka sudah lama mengulang-ngulang ini di setiap harinya, bahkan ada yang secara tidak sadar ambil air wudhu di saat mereka lagi gak boleh shalat (karena datang bulan). Format kebiasaan semacam inilah yang menurut James Clear adalah faktor penting dalam memulai kebiasaan.
Pemikrian James Clear ini didasari dengan banyaknya orang yang berpikir bahwa mereka gagal menjalankan kebiasaan baik dikarenakan mereka kurang termotivasi. Padahal penyebab ini bisa terjadi karena mereka melakukan sesuatu tindakan itu tempat dan waktunya tidak jelas. Malah, ada yang menghabiskan waktu untuk menunggu kapan waktu yang tepat untuk melakukan perbaikan itu, sampai akhirnya belum terealisasikan. Dalam buku ini, James Clear memaparkan strategi sederhana untuk memperjelas waktu dan tempat berkaitan dengan memulai kebiasaan, yakni:
Aku akan [KATA KERJA] pada [WAKTU] di [LOKASI]
Semisal, aku ingin membangun kebiasaan membaca, maka kalau diterapkan berdasarkan rumus di atas akan menjadi:
Aku akan MEMBACA selama 30 menit pada WAKTU SUBUH di KAMAR TIDUR.
2. Menjadikannya Terlihat
Dalam bukunya, James Clear menuliskan bahwa kebanyakan orang akan memilih sesuatu berdasarkan “dimana” produk itu berada, bukan “apa” produk itu. Sebagai contoh, ketika kamu pergi ke ruang makan, dan di meja ada sepiring kue, kemungkinan besar kamu akan mengambil kue itu meskipun pada awalnya tidak sedang lapar.
Sama seperti ketika kamu menaruh camilan
di meja belajar, maka kemungkinan kamu makan di saat belajar akan sangat besar. Sehingga James Clear menegaskan: Kebiasaan bergantung pada ruangan kita berada
dan petunjuk-petunjuk yang ada di depan mata.
Berkaitan dengan itu, James Clear mengajak pembaca untuk merancang lingkungan kita supaya lebih mendukung dalam membangun sebuah kebiasaan. Sebagai contoh: Jika ingin membangun kebiasaan membaca, maka taruh buku di dekat tempat tidur, atau mungkin BAWA buku ke mana-mana. Supaya buku ini terlihat oleh kita.
Selain membangun kebiasaan baik, James Clear juga menuliskan tentang cara menghilangkan kebiasaan yang “kurang” baik. Di mana, caranya adalah kebalikan dari kaidah pertama ini, yakni menjadikannya tidak terlihat.
Sebagai contoh: Kalau kamu punya kebiasaan mengecek HP setiap bangun tidur dan ingin mengurangi kebiasaan ini, maka sebelum tidur taruh HP di ruangan lain atau dimasukin di dalam lemari paling dalam.
Awalnya mungkin susah, karena merasa aneh ketika tidak ada HP di meja atau kasur. Tapi aku sarankan untuk dicoba dulu selama kurun waktu tertentu, misal “Selama satu minggu, sebelum tidur aku akan menaruh HP di ruangan sebelah/lemari. Besoknya, boleh ngecek HP setelah 30 menit dari waktu bangun tidur”. Cara ini yang pernah aku gunakan baru-baru ini, dan di pengalamanku ini cukup ngaruh. Di mana, secara gak sadar, aku malah gak kepikiran untuk ngecek HP. Sebab, HP-nya sendiri tidak terlihat di depan mata.
3. Menjadikannya Menarik
Di sini, ia menerapkan strategi berupa “menyelipkan kebiasaan baik ke dalam sesuatu hal yang kita sukai“. Dalam buku ini ia menuliskan semacam rumus sebagai berikut:
Yang kalau
diterjemahkan ke penerapan adalah sebagai berikut,
Setelah [LARI PAGI
10 MENIT], aku akan [NONTON ANIME SAMBIL REBAHAN].
- "Membaca sebelum tidur malam", diubah menjadi "Membaca satu halaman". Kalaupun di awal memang masih membaca satu halaman, itu bukan masalah, lama kelamaan, bakal bertambah juga. Ketimbang menargetkan langsung membaca sekian halaman selama sekian menit, yang ada malah membuat kita jadi terbebani. Alhasil, kebiasaan jadi tidak berlanjut. Prinsip James Clear adalah demikian.
- Contoh lain adalah "Belajar untuk kuliah besok", diubah menjadi "Membuka buku catatan".
- "Lari 1 km", diubah menjadi "Memakai sepatu lari". Yang penting pakai aja dulu sepatunya, urusan nanti hanya jalan-jalan setengah kilometer, gak masalah. Lama kelamaan, bakal lari juga. Hehehe.
0 comments