Pengalaman Mengikuti Vaksinasi Covid 19
Hari Selasa kemarin, tanggal 22 Juni 2021, aku baru saja melakukan vaksinasi covid tahap dua yang diadakan oleh Puskesmas di daerahku. Dapat dikatakan, daerahku ini tergolong awal mendapatkan jatah vaksin daripada daerah lainnya. Di sini aku mau berbagi pengalamanku mengikuti vaksinasi covid, supaya siapapun yang baca ini jadi lebih yakin untuk ikut vaksin dan tidak takut untuk divaksin. Aku sengaja ngasih jeda beberapa hari setelah vaksin buat nulis ini, sambil ngelihat efek yang ditimbulkan apa aja. Oh iya, aku kemarin dapatnya Vaksin Sinovac ya.
Vaksinasi tahap satu aku sudah lakukan pada 24 Mei 2021 silam, jadi aku menunggu sekitar 28 hari untuk rentang antara vaksinasi tahap satu ke tahap dua. Untuk vaksinasi tahap satu, aku cukup membawa KTP ke lokasi vaksin. Di sana nanti akan ditanyai riwayat kesehatan dan diukur tensinya. Kalau tensi darahnya terlalu tinggi, maka tidak diizinkan untuk ikut vaksin. Begitu juga kalau tensinya terlalu rendah. Jadi aku sarankan, bagi yang punya darah rendah, sebelum ikut vaksin, makan-makanan yang dapat membantu meningkatkan tensi semacam daging sapi atau kambing, supaya lebih aman saat vaksinnya. Sementara untuk vaksinasi tahap dua, aku cukup membawa surat bukti vaksin tahap satu saja.
Apakah saat divaksin rasanya sakit?
Menurutku enggak sih. Aku sendiri sebenarnya termasuk orang yang agak takut jarum suntik, tapi pas disuntik vaksin kemarin, ternyata rasanya biasa aja. Karena sebelum disuntik, diberi semacam obat bius di kulit. Beneran gak sakit, masih jauh lebih sakit saat jari kelingking kaki kepentok kursi. Saranku, jangan membangun pikiran "sakit nih disuntik". Jangan! Karena apa yang kamu pikirkan akan berpengaruh ke sakit yang dirasakan. Kalau perlu, kamu fokusin perhatianmu ke arah lain dan gak perlu lihat pas suntiknya dimasukin ke badanmu. Biar gak berasa, karena pengalamanku kemarin aku juga gitu, ngalihin fokusku ke orang-orang yang antri, eh tiba-tiba udah selesai aja suntiknya. Gak berasa.
Apakah pasca vaksin ada efek yang merepotkan?
Untuk aku yang dapat vaksin sinovac sih, efeknya gak terlalu besar ya. Efek vaksinasi tahap satu, aku hanya merasakan nyeri di lengan yang disuntik selama dua hari saja. Nyerinya gak yang parah sih, hanya seperti habis dicubit orang aja. Efek lainnya ya jadi sering ngantuk selama 2-3 harian.
Sementara efek vaksinasi tahap dua, efeknya hampir sama dengan yang tahap satu, ditambah pasca vaksin aku sempat mengalami mata berkunang-kunang (karena tensiku tergolong rendah dan mepet syarat sah ikut vaksin). Apalagi, sebelum vaksin, aku malah begadang. Jadi sebagai orang yang punya darah rendah, begadang itu sangat tidak dianjurkan apalagi saat mendekati vaksinasi. Oh iya, entah ini efek vaksin atau bukan, tapi aku sempat mengalami bersin-bersin tiap pagi selama dua hari, yakni hari Rabu dan Kamis (biasanya jarang bersin-bersin pagi). Selain yang aku sebutkan tadi, tidak ada efek merepotkan lainnya.
Katamu, kamu gak ngerasain efek apa-apa, tapi kenapa katanya sampai ada yang sakit dan demam parah pasca vaksin?
Sebenarnya, efek yang dirasakan setelah vaksin itu bisa beda-beda tiap orang. Kalau sepengalamanku dan orang-orang di lingkunganku yang dapat vaksin sinovac, efek paling parah hanya demam 1 hari. Lagipula, efek ini terjadi karena tubuh mulai membentuk kekebalan. Sementara kalau berdasarkan cerita teman yang dapat vaksin Astra Zeneca, efek yang dirasakan memang berbeda daripada yang dapat vaksin sinovac, dikarenakan kinerja vaksinnya mungkin juga berbeda. Dapat dikatakan, penerima jenis vaksin AZ itu efeknya lebih parah. Tapi bagi penerima vaksin AZ, setelah vaksin pihak kesehatan selalu kasih obat buat membantu menghadapi itu. Jadi aku sarankan, obat yang diberikan itu diminum, supaya efek yang ditimbulkan tidak semakin parah.
Kasus semakin hari semakin melonjak, sampai rumah sakit pun kewalahan. Pasti sebagian dari kalian ada yang kesal, karena meskipun kasus setiap hari meningkat, tetapi masih banyak orang yang tidak taat protokol kesehatan. Kalau kata buku Filosofi Teras, "Kita tidak bisa mengontrol sesuatu di luar kendali kita". Sulit bagi kita untuk memaksa mereka yang tidak taat supaya taat, jadi salah satu hal yang bisa kita lakukan ya melindungi diri kita sendiri. Kalau ada kesempatan ikut vaksin, ayo vaksin! Jangan menunda dengan dalih menunggu vaksin "yang lebih bagus/efektif". Untuk saat ini, vaksin terbaik adalah vaksin yang bisa segera kita dapatkan. Meskipun dibilang "halah, cuma melindungi sekitar 60%", ya itu jauh lebih baik, daripada tidak dapat perlindungan sama sekali. Tapi yang jelas, meskipun sudah vaksin, tetap lindungi diri dengan mematuhi protokol kesehatan ya, karena kalau bukan kita yang merawatnya, siapa lagi? (Dettol, berikan aku sabun dan hand sanitizermu).
0 comments