Idul Adha 1443 H, Tentang Keikhlasan dan Kesabaran

by - Juli 10, 2022

     Selamat Idul Adha 1443 H bagi teman-teman yang merayakan!

Momen Idul Adha adalah salah satu yang ditunggu oleh umat muslim di seluruh dunia. Momen di mana, mereka bersuka cita merayakan salah satu Hari Kebesaran Muslim yang ditandai dengan penyembelihan qurban, entah kambing, sapi, domba atau unta. Tapi, dibalik suka cita Idul Adha ini, tentu ada momen bersejarah yang telah dipercayai oleh umat muslim di seluruh dunia, yakni kisah Nabi Ibrahim AS yang mendapat wahyu untuk mengurbankan putranya, Nabi Ismail AS.
     Tentu saja ini menjadi sesuatu yang dilema bagi Nabi Ibrahim AS selaku utusan Allah. Di satu sisi, ia ingin menjadi hamba yang taat kepada perintah Allah. Di sisi lain ia juga menyayangi Ismail, selaku putranya yang patuh dan berbudi luhur. Dengan keikhlasan dari pihak Ibrahim dan Ismail, mereka berdua pun akhirnya memutuskan untuk melaksanakan sebagaimana yang diwahyukan kepada Ibrahim: mengurbankan Ismail.
     Dengan segala kasih sayang Allah SWT, terjadilah sebuah keajaiban kepada keduanya: pisau tajam untuk menyembelih Ismail mendadak tumpul ketika ditempel ke leher Ismail. Padahal, pisau tersebut dinilai mampu membelah batu yang besar sekalipun. Di sinilah Allah menunjukkan, bahwa Ibrahim dan Ismail lulus dari ujian-Nya. Allah menguji keikhlasan dan ketabahan Nabi Ibrahim terkait kepemilikan duniawi. Meskipun di dunia ini Ibrahim memiliki Ismail sebagai anaknya, pada kenyataannya, Allah lah yang memiliki semua dunia dan seisinya. Termasuk Ismail itu sendiri.

     Apa pelajaran dari kisah di atas yang relevan untuk era sekarang? 
     Pelajaran paling terlihat adalah tentang keikhlasan. Mungkin, di era sekarang kita tidak sampai menerima perintah se-ekstrem Nabi Ibrahim. Tapi, ada bentuk-bentuk lain yang seringkali menjadikan kita lupa mengenai kepemilikan yang kekal. Seperti: harta, jabatan, pasangan, dan segala bentuk materi di dunia ini.
     Sebagaimana pengingat yang disampaikan buku Reclaim Your Heart dari Yasmin Mogahed, bahwa kesedihan dan kegundahan kita seringkali bersumber pada rasa "kepemilikan" terhadap hal-hal duniawi. Padahal pada kenyataannya, hidup ini adalah perjalanan menuju Allah. Dan sudah sepantasnya kita tidak menuhankan hal-hal duniawi tadi, dan fokus kepada Allah.
     Apabila Nabi Ibrahim diuji lewat mengurbankan Ismail, kita sebagai manusia yang hidup di era saat ini mungkin diuji dengan bentuk lain, semisal harta yang diambil oleh Allah, jabatan yang terancam turun, atau ditinggal pergi oleh teman dekat. Hanya Allah yang tau. Dan ketika kita sudah lulus ujian yang diberikan, Insya Allah akan diganti oleh Allah yang jauh lebih baik.

"Dunia seisinya adalah milik Allah, jadi terserah Allah hendak mengambil atau memberinya kapan. Yang bisa dilakukan kita sebagai manusia adalah berusaha menjadi lebih baik dan ikhlas dengan segala kehendak Allah".

You May Also Like

0 comments